Saturday, May 18, 2013

Merpati, Kau Pernah Ingkar Janji!

On the way back home in an airport lounge. I seem to know the man sitting on the corner who talk with other men's, wearing the same batik. They seem so serious. No doubt, he was the president of an airline that was once reported me and four other journalists to the Police Criminal Investigation (Bareskrim Polri). Merpati Nusantara Airlines. How are you Mr SJT?! Without saying hello I pretending not to know and continue to read the newspaper. Suddenly my memories fly to the moment in the last 2011.

I got three times call from the police as a witness related slant news. But, based on AJI and my editorial consideration it should be ignored. Tuduhannya tentang pencemaran nama baik. Ia tidak terima jika maskapai yang saat itu digawanginya dikatakan kolaps alias bangkrut, merugi miliaran rupiah selama ia menjabat. Tak ada perubahan, baik sebelum dan sesudah ia menjabat. He sued the papers, online media, and my source, his name IT (one of head division of the airline) for slander.

Beberapa lembar copy laporan keuangan tahunan maskapai sdh kami pegang, blm lagi rekaman soal mangkirnya hanggar maskapai itu dari PLN - telat bayar listrik beberapa bulan yang berujung pada protes karyawan di hanggar krn harus tersiksa dalam gelap gulita ketika malam, diperparah dg gaji karyawan yang dicicil selama beberapa bulan (meski akhirnya dibayarkan), apa itu belum cukup menjadi bukti jika maskapai sedang sakit? Regional head maskapai setempat saat dikonfirmasi enggan berkomentar. Keesokannya, pihak corporate secretary maskapai mengirimkan fax yg berisi sanggahan. Tayang, nyaris tanpa edit (di edisi online)

Namun, dirut yg baru menjabat 2 tahun itu tetap tak puas. Ia pun memecat karyawan bernama IT yg untungnya sdh mendekati masa pensiun dalam hitungan bulan. Tak puas dg pemecatan, ia ingin memenjarakan IT bersama media yg menulis cerita ttg maskapai yg diambang sakaratul maut tersebut. Tak berselang lebih dari 6 bulan, dirut berusia 42 tahun itu akhirnya juga dipecat secara halus oleh Menteri BUMN yg kebetulan mantan wartawan. Ia diminta mengundurkan diri. Sebuah arogansi kekuasaan yg berakhir tragis! Kasus pun berhenti. Kami hanya tersenyum kecut. Puluhan media akhirnya mengorek dan melansir ttg kebangkrutan maskapai itu dari hulu sampai hilir. Diperkuat dg statement resmi dari Kementerian BUMN. Jadi, mengapa hrs kebakaran jenggot terhadap kebenaran yg berusaha diungkap? It demeans you sir, to cover rotten meat with honey!

No comments: