Saturday, June 7, 2014

Tuhan tidak sedang bercanda

Seperti neraka2kecil di dalam surga. Seperti simalakama, dimakan ibu mati, tdk dimakan bapak mati. Entah ini bencana atau sebuah keberuntungan. Mata ini tak lagi bisa melihat dg jernih. Membaca dg hati. Meraba dg halus. Mengamini segala yang baik. Sampai di titik mana kebaikan itu terhenti, seakan sedang tidak berpihak di sini. Semuanya jauh. Ketika nafas terengah-engah berjalan dan berpikir bahwa ujung jalan itu bukanlah tikungan. Ketika peluh hampir di tetes terakhir, tiba2 surga benar2 beranjak pergi. Apakah syukur ini harus tetap terucap?

Hidup ini menjadi aneh ketika kejutan yg datang tidak sempurna. Sempurna tak selalu bahagia, ia datang atas nama kebaikan dari Tuhan. Ia bukan keinginan manusia yg terdalam, bukan pula pencarian yg tiada henti, ia hanya sesuatu yg menamakan diri sebagai kebutuhan. Ah, biasanya Tuhan membisikkan sederet kata menjemput fajar, mengetuk pagi dg keajaiban, lalu menghembuskan badai di kala senja. Menghantarkan gemericik hujan dan sejumput petir. Lalu muncul pelangi. Untuk kebaikan manusia?

Sejenak terkesiap pesan Paulo Coelho, "If u only walk on sunny days, you'll never reach your destination." Hidup mjd sempurna ketika ada siang dan malam. Too much light burns us, while in the darkness we cannot see. But together we have shade. Hidup adalah tentang ketidakpastian. Kebaikan sejati tak pernah berpihak pada siapapun. Sebab ia bertindak atas nama kebaikan itu sendiri. Neraka malam dan surga pagi teach us that life always comes with complete surprise.