Sunday, December 22, 2013

Manusia Tanpa

Butuh perjuangan berat ketika kita harus bertahan di antara yg serba-tiada, dari yg semula ada (form hero to zero) selama bertahun-tahun. Dari manusia dg gelimang kemudahan, hujan fasilitas, pengakuan status sosial, kecukupan materi, tiba2 menjadi manusia "tanpa". Tanpa semua itu. Tanpa kemudahan, tanpa fasilitas gratis, tanpa pengakuan status sosial, tanpa kecukupan materi. Manusia telanjang dg atribut yang dilucuti dalam sekejab. Manusia tanpa atribut atas dijatuhkannya sebuah pilihan. Manusia yg sedang melakukan bunuh diri kelas.

Selalu ada harga yang harus dibayarkan. Ketika kau mendapatkan banyak hal, kau juga kehilangan banyak kesempatan lain. Tak ada hidup yg tanpa pilihan. Sebaiknya saja tak ada yg perlu disesali. Seorang teman berpesan, janganlah tamak menjadi manusia. Kehidupan pasti mengajarkan kita banyak hal. Apapun pilihanmu. Nikmati saja pelajarannya.

Pilihan yg kita pikir bisa memberikan jaminan, tak selalu benar2 bisa memberikan kepastian. Sebaliknya, pilihan yg kita abaikan pada akhirnya justru bisa memberikan kebaikan lebih banyak dibandingkan pilihan yg pertama. Sebab tak ada jaminan dalam hidup. Jaminan hidup nyaman oleh materi? Hidup tenang tanpa masalah? Bahagia itu kan tak bisa terukur ketika hidup sendiri adalah ketidakpastian. Bahagia ada di kepala kita. Kita sendiri yg menciptakan. Bukan di mana kamu berada atau seberapa banyak materi engkau miliki atau siapa saja org2 penting di sekelilingmu bisa memberimu sesuatu. Kalau itu namanya bahagia semu yg memberikan "kepastian" semu.

Saturday, December 21, 2013

Tabir

Dua tabir dalam satu waktu
Kenyataan nampak sbg sesuatu yang mengerikan
Menyayat hingga darah mengucur deras
Menampar hingga kaku leher tak sanggup memutar
Menghujam ulu hati
Sakit hingga ke ubun-ubun
Tak ada lagi kata
yang sanggup mewakili
Episode dlm drama kehidupan itu

Kutuk dan sumpah serapah
perlahan tapi pasti kembali
Pada mulut-mulut yang sombong
Layaknya boomerang para Aborigin
Jadi simpan saja amarah kata itu
Bukalah maaf seluas samudera

Karma bukan milik kamu
Ia milik jagad ini
Menyatu sbg lingkaran magnet kehidupan
Terus-menerus tak terputus

Maka tak perlu bangga kau manusia
Ketika ia yg kau kira nyaris menyeret ajalmu
Menunduk di hadapanmu
Mengemis seribu maaf
Kau pikir dosa hanya di tangan ia
Terlalu lelah kau sesatkan pikirmu sendiri

Boomerang itu akan kembali
Menyusup ke pintu-pintu ragamu
Yg tak sekalipun pernah kau duga

Siapkan samudera maafmu
Sebab hanya itu
yang lebih mudah memenggal
mata rantai kutukan sesat itu

Selamat Jalan Pak Ali..

Kerut di wajahmu belumlah banyak
Hanya uban yg kian tak terhitung
Usiamu jauh melesat menyamai ayahku

Santun dan ramah
Jujur dan berani
dengan bahasa yg tak berjarak
Pada siapapun

Aku tak terlalu dekat mengenalmu
Hanya beberapa kali perbincangan
Saat kita masih menggunakan jubah yg dulu
Aku dg jubahku
Engkau dg jubahmu
sebagai pejabat publik

Tuhan mempertemukan kita kembali
yg ternyata itu kali terakhir
Ketika kita jauh berada di negeri seberang
Madinah-Mekkah

Selamat jalan Pak Alisyahbana...
Doa kami menyertaimu
Innalillah wainnailaihi rojiun

Friday, December 20, 2013

Kepada Kawan

1 Senja di 6 Purnama
Kita cukupkan sua kemarin
Bersama raut wajah
dan hati yg saling berdegup

Legit
Bersama waktu

Singkat
Membungkus kesan
Tepat di jantung hati

Jika waktu berputar kembali
Bolehkah kubingkaikan
Cerita kita

Di sudut jiwa yg saling mengisi
di antara detik pergantian senja

-pengujung Desember-