Friday, May 17, 2013

SBY : Obama

Pernahkah membandingkan TL @SBYudhoyono dengan @BarrackObama? Perhatikan soal konten kicauannya. Jauh! Saya menjadi follower keduanya karena ingin lebih dekat mengetahui "pemikiran" kedua pemimpin negara yang sama2 dilahirkan dari asas demokrasi tsb.

Siapapun dibalik akun tsb, entah sang presiden sendiri atau timnya yg jelas kicauan yg terpampang dalam TL baik secara lgsg maupun tidak, telah mendapat persetujuan presiden. Sebab, kicauan yg memperburuk citra presiden pasti akan langsung diDEL. Twit dari presiden langsung akan diberi tanda *SBY* atau *BO*.

Satu hal menyolok yang membedakan kedua akun tersebut adalah model interaksi dg rakyatnya. Kicauan SBY jauh lebih pasif, membatasi diri dari interaksi langsung dengan rakyat, kebanyakan "hanya" berupa himbauan, pesan, penegasan sikap dan foto aktivitas keluarga maupun kenegaraan. Obama lebih banyak membuka diskusi interaktif, baik lewat retweet, mention, dll yang terhubung dg website resmi atas nama www.barrackobama.com.

Obama lebih aktif meretweet pemberitaan yang terkait regulasi, kegiataan kenegaraan, menjaring opini, menggali pemikiran rakyatnya, mencari feedback dg komunikasi dua arah secara langsung. Pemberitaan negatif pun tdk dipermasalahkan jika memang dinilai berbobot, lalu ia akan mengomentari dan mengajak semua untuk sama2 berpikir di balik dampak dari regulasinya atau respons negatif dr regulasinya tsb. Sikap keterbukaan Obama mengesankan bahwa ketika ia terpilih berdasarkan aspirasi rakyat, maka setelah terpilihpun benar2 menampung aspirasi rakyat yang memilihnya.

Apakah presiden saya masih terlalu gaptek sehingga tdk memfungsikan social media dan webnya (www.presidenri.go.id) utk berinteraksi secara optimal? Atau sikap birokrat yg membuatnya menjadi demikian. Apa hrs maklum ketika menyadari bahwa SBY newbie di twitter? tak heran jika followernya baru 2,084 juta dg following 66 (rasionya 0,0032%) tidak sebanding dg Obama yg nangkring di twitter sejak 2008 dengan follower mencapai 31,532 juta dan following 662.624 dg rasio 2,1%.

Saya geli ketika seorang SBY menuliskan status layaknya Mario Teguh maupun motivator handal lainnya "Orang bijak berpesan : Jika tidak bisa membantu, jangan mengganggu" *SBY*. Ada lagi, "Kritik itu laksana obat. Ketika obat itu benar sesuai jenis penyakit dan dosisnya tepat, itu membuat sehat." So sensitive and sentimentil! Saya pikir, masih banyak isu krusial yang bisa didiskusikan lewat 140 karakter ketimbang menuliskan sesuatu yg berpotensi menimbulkan prasangka. Begitu dpt mention dari seorang artis cantik Nadya Hutagalung tentang kampanye penyelamatan orang utan dan hutan Aceh saja langsung diberi label "top tweet" anehnya tanpa membalas dg komentar apapun. Berikutnya malah nulis status soal BBM. Ciyus nih pak?!

No comments: