Thursday, May 9, 2013

Anger

Ada sebagian orang yang memang hobinya marah. Every minute, every hour, every day, nggak kehitung berapa kali ia marah dalam seminggu, sebulan, setahun? Marah atas hal2 yang paling kecil sekalipun. Don't you feel tired? Age and education really do not define how awesome your anger management or how mature you are.

Seperti halnya hidup, marah juga sebuah pilihan. Keadaan yg tdk berjalan sesuai keinginan, bisa disikapi dg dua hal : kepala dingin atau emosi. Here, I won't give you suggestions from the most sublime theories of anger management because I'm not a psychologist.

Many people agree that anger comes from emotional pain, and people usually get angry because they don't get what they want. I used to walked away when someone angry at me. Masih ingat ketika kelas 5 SD disuruh mengerjakan soal Matematika di papan tulis, bu guru melotot dan membentak karena garapan saya salah. Saya pikir, Bu Sur adalah guru yang paling jahat saat itu. Setiap kesalahan murid langsung direspons dg amarah. Dia berpikir ilmunya tidak terserap dg baik, anak2 malas belajar, dll. Salah siapa?!

Jadi, setelah adu argumen di depan papan tulis (krn dia bertanya darimana saya dpt rumus2 itu lalu saya terus menjawab, ia pun naik pitam - dia bilang seharusnya saya diam dan tertunduk) maka saya pun meletakkan kapur dan melenggang ke tempat duduk ketika ia mengomel. Tak pelak, ia melemparkan kapur tulis ke kepala saya. "Cethaaak!"  "Aduh!"  "Siapa yang nyuruh kamu duduk?!" bentaknya. Sejenak saya berhenti dan mengamati teman2 yang ngikik melihat aksi tsb tanpa menoleh ke Bu Sur. Saya melanjutkan langkah kaki ke arah tempat duduk dan menegakkan wajah ke arah Bu Sur, layaknya robot. Wanita itu lalu mendekati meja saya dan menggebrak, menyuruh saya keluar kelas selama jam  pelajarannya berlangsung. Saat itu saya berpikir, itu bukanlah sikap menentang tapi berani bertanggungjawab.

I learned anger management from my dad as my role model. He walked away when my mom rant and angry. He used to smash things up when angry or just walked away, but I choose the last option. Now, I think problem should be solved, not away-walked. I'm tired of being angry, it's draining me of patience and happiness.

Angry is normal, tapi seberapa penting persoalan itu harus diwujudkan menjadi emosi yang menguras tenaga dan pikiran? When we angry we use lots of energy. Our whole sympathetic nervous system goes on hyper-drive -- blood vessel dilation, increased breathing rate and heart rate, brain and senses working hard at being super-alert, etc.

A friend once told me, "You shouldn't put all your problem into your mind, like pouring down of all kind of waters into a bottle without filter." Marah tetap harus berlogika, karena logika sering berhasil membuat kepala kita tetap dingin. Bedakan mana masalah yg hrs kamu pikir dan mana yg hrs kamu abaikan. Tidak perlu berlebihan menyikapi masalah karena banyak permasalahan yg tdk bisa terselesaikan dg emosi. Then, just believe that there's no problem without solution!

No comments: