Thursday, December 31, 2015

Separo Perjalanan

Masih separo perjalanan
Ketika ujung jalan belumlah nampak
Daun pun belum mengering
Mungkin, ia baru saja gugur
Aroma tanah samar tercium hujan
Ah, rasanya sudah seribu kali kulalui
perjalanan serupa ini

Bukankah Tuhan pernah berjanji
Jika sayapmu sudah cukup kuat
Engkau bisa terbang
Ke manapun benih gandum
kau tebar di muka bumi
Jika kini, hanya kaki yang kau kuatkan
Engkau hanya bisa berjalan dan berlari

Bersabarlah...
Akan ada masa di mana kaki dan sayapmu
Tegak berdiri, terbang berputar
menjemput mimpi di sana

Monday, December 28, 2015

Kebaikan

Taukah kau dari mana datangnya kebaikan? Dari kebaikan yang lain. Kejutan2 manis dalam hidup saya, sering berasal dari orang2 yg tak terduga tanpa pernah diminta. Mereka memberi inspirasi dalam hidup saya agar selalu memberi.

Terlepas dari apa profesi saya di masa lampau, dan apa tendensi pemberi kebaikan tsb pada saya, bagi saya kebaikan tetap saja kebaikan. Tiba2 saja, di saat perpisahan saya dikado Ballpoint Parker oleh seorang teman sekaligus "guru." Tiba-tiba saja pesta karaoke disiapkan seorang anggota dewan utk perpisahan saya dg teman2, atau tiba2 saja ada traktiran makan di mal yg disiapkan utk perpisahan saya oleh seorang kawan.

Tiba2 yang lain, sebelum saya berangkat umroh diberi seperangkat baju muslim dan jilbab cantik oleh seorang kawan wanita yang baru saya kenal. Seorang pedagang laki2 di Mekkah yang kemudian memberi saya baju gamis Arab cuma2 tanpa menuntut saya jadi istrinya. Padahal saya ngga jadi beli di toko itu. Dia memberikan tas kresek berisi gamis, lengkap dengan peci Arab warna putih, lalu tersenyum dg mengangguk isyarat bahwa saya boleh keluar dari tokonya tanpa membayar. Saya bengong lalu tersenyum berkata sukran Alhamdulillah.

Atau tiba2 lainnya, saya mendapatkan native guide pada saat lost in Seoul. Kawan baru saya itu menemani saya ke setiap titik Seoul dan menolak imbalan sepeserpun. Malah beberapa kali makan, dia yang bayar. Gomawo oppa! Thx God, I wasn't that lost and I was the happiest backpacker. Congmal! ^^

Tuhan telah demikian banyak memberi. Tak perlu menunda kebaikan pada saat hati terketuk. Percayalah, kejutan manis itu akan kembali padamu. Mungkin bukan dari dia yang kau beri kebaikan, tapi dari orang lain. Indeed, God has many invisible hand.

Friday, December 11, 2015

Mutasi

Hampir setiap minggu baca email resignation dari teman2. "TERIMA KASIH DAN MOHON PAMIT" -- begitu subjeknya.

Pada banyak alasan pengunduran diri, mutasi sering menjadi penyebabnya. Terutama jika mutasi tersebut tidak disertai kenaikan jenjang karir yang jelas, dan dengan parameter yang jelas pula. Orang2 yg merasa telah mengabdi cukup lama namun tak ada perubahan jenjang karir, sering memilih cara ini.

Perusahaan kami adalah perusahaan multinasional, yg seharusnya sejak awal rekrutmen mereka paham akan kemungkinan mutasi lintas kota di Indonesia. Apalagi sejak tahun lalu perusahaan kami ekspansi ke Filipina. Maka gelombang mutasi ke sana pun terbuka.

Namun, pada orang2 yang telah menemukan zona nyaman maka mutasi selalu dilihat sebagai ancaman. Apalagi bagi mereka yang telah berkeluarga dan istri/suaminya bekerja di kota yg sama selama ini. Bakal hidup berjauhan dg keluarga menjadi sangat tidak enak. Begitu komentar yg sering saya dengar.

Pada banyak kasus, perusahaan sering tidak menyoal pengunduran diri karyawannya kecuali dia adalah karyawan istimewa dan alasan pengunduran dirinya tdk cukup kuat. Dalih perusahaan, di luar sana ada banyak pelamar kerja yang memiliki kualifikasi lebih bagus dan mau digaji lebih rendah serta mau dimutasi ke mana saja, jadi lepaskan saja.

Alasan lain pengunduran diri adalah soal gaji hingga kenyamanan lingkungan kerja. Klo bilang soal gaji bisa jadi sangat relatif. Sebagai karyawan, saya sepakat jika gaji bukan semata2 alasan seseorang mengundurkan diri dari pekerjaan. Sindrom "tired complex" lebih sering mencuat. Lelah karena lingkungan pekerjaan alias org2nya, lelah dg perlakuan manajemen, lelah dg sistem yang diterapkan perusahaan, lelah dg beban pekerjaan, yang ujung2nya beban kerja dianggap tidak sesuai dengan gaji.

Segala macam kompromi tentu pernah dijalani hingga seseorang mencapai satu masa di mana kompromi itu memang harus diakhiri dalam satu kata bernama titik jenuh. It's ok not to be ok... Setiap orang mengalami fase up and down, dan hanya mereka yang berani memutuskan dan terus mencoba yang akan mengalami perubahan nasib yang lebih baik. Seperti kata Mario Teguh, setiap org memiliki jatah gagal. Habiskan jatah gagalmu di masa muda.

*Setidaknya, saya selalu merasa muda utk menimba ilmu dalam sekolah kehidupan ini

Tuesday, December 8, 2015

Nama Panggung

Entah siapa yang mempelopori penyingkatan nama, tapi saya menduga sejak nama Joko Widodo populer sebagai Jokowi maka orang2 latah menyingkat nama. Termasuk Budi Waseso, mantan Kabareskrim yang kini jadi Kepala BNN lebih kece dg nama Buwas. Itu sebabnya, saya sempet mengernyitkan dahi ketika di grup BBM teman kantor hari ini muncul nama Busan.

Sumpah saya kira lagi bahas Busan Korea Selatan. Sebab ngga baca detil reply pic chat yg uda kadung puluhan itu. Males. Ternyata ketika Busan diulang2 akhirnya ketauan. Budi Santoso. Aha, kece juga singkatannya. Klo nama saya disingkat jadinya Depe donk ^_^