Thursday, June 29, 2017

Selamat Jalan Guruku...

Laurentius Dyson. Civitas akademik Universitas Airlangga pasti mengenal beliau. Sosok berwatak keras namun berperawakan lucu. Pembawaannya serius santai ketika menyampaikan materi kuliah. Semalam, Rabu 28 Juni 2017 tepat pukul 21.30 WIB beliau menghembuskan nafas terakhir di Graha Amerta RSU dr Soetomo Surabaya.

Pengujung 2013 saya masih sering bertemu dalam perkuliahan. Sosok yang lucu dan pemurah nilai ini selalu memberikan nilai A pada semua mata kuliah yang aku ambil. Terakhir yang aku ingat pesannya ketika aku berniat mengambil beasiswa ke luar negeri, beliau salah satu dosen yang bersedia memberikan rekomendasi. Lama tak terdengar kabarnya, bahkan ketika profesor dengan cara berpikir out f the box ini sakit selama sebulan di ICU sayapun tak tahu. Teman2 ramai di Facebook, namun krn akun FB sdh lama nonaktif hingga pagi ini tetiba mendapat pesanberantai di grup WA bahwa beliaun telah pergi selamanya.

Selamat jalan bapak.... Selamat jalan guru.... Selamat jalan teladan mahasiswa.... Semoga ilmumu menjadi amal jariyahmu. Aamiin...

Tuesday, June 27, 2017

June 18th

Dua kado termanis 18 Juni 2017
Dari dua wanita "malaikat" Tuhan

Kebersamaan di Lauk Pauk
dengan saudara baru
menandai awal perjalananku
di karir yang lain

Pesan singkat dari jauh
yang memberiku tiket gratis
berjumpa kembali dengan baitullah

Terima kasih Yaa Allah...

Mataharimu

Mataharimu tlah terbenam
Ketika cakrawala menatap sepi
Juni tak datang hanya bersukacita
Ada Juli terpanggil menyerta duka

Jika masih tersisa makhluk sepertimu
Katakan pada sisa bulan di pengujung tahun
Segeralah beranjak dari mimpi
Mentarimu hanya elok di cakrawala pertama

Mungkin, malam pun murka
Mengintip cerita jiwa yang sesuka hati
Jika berharap cemara itu sempurna
Penantian harus kau bayar mahal

SINDO

Kiamat kecil itu tertanggal 5 Juni 2017. Begitu kata mereka. Ketika perusahaan tempat mereka bekerja selama lebih dari 1 dekade dinyatakan pailit. Sindo. Media cetak milik MNC Grup itu resmi tutup per 23 Juni 2017. Semua teman Sindo mengirim pesan berantai sekaligus permohonan maaf sekaligus meneruskan pengumuman resmi perusahaan pada 2 minggu sebelum penutupan. Semua berkas dikemas rapi dalam box. Kaki  dan hati bersiap hengkang. Ada banyak kawan kukenal di sini. Itu sebab mengapa nafas ini berasa tercekat mendengar kabar pagi itu.

Mungkin, ini akhir dari zona nyaman yang belum dipersiapkan sebagian besar kawan2 Sindo. Saya sedikit bercerita pada seorang kawan melalui pesan singkat, bahwa kondisi ini pernah saya alami. Perusahaan media tempat saya bekerja magang memang tdk pailit. Tapi hidup segan mati tak hendak. Bisnis koran cetak tend to decline. Karir saya stag. Suasana kerja membosankan. Duit dan gengsi memang bergelimang, tapi saya tak lagi menemukan secuil nafas bernama tantangan. Pimpinan terlalu mendikte. Mengintervensi jam bebas yang bernama cuti. Bahkan ketika weekend harap lapor seperti pada Pak RT.

Inikah suasana kerja yang sehat? Saya terus bertanya mau ke mana hidup saya jika terus seperti itu. Hingga suatu saat saya benar2 hengkang setelah resmi berpamitan. Lega. Saya pun cari hiburan dengan berkeliling Korea. Pulang ke Tanah Air mengambil kursus kuliner, lalu melanjutkan S2.

Beberapa teman menawari kerja dan sempat mencobanya namun pada akhirnya yang berjodoh adalah di tempat yang tidak pernah saya duga sebelumnya.

Jangan patah semangat kawan! Dunia ini masih berputar. Kalian tak akan selamanya memikul derita. Segeralah bangkit dari mimpi yang bernama zona nyaman. Buang jauh jubah elite bernama wartawan. Banyak profesi lain menanti dengan segudang ilmu yang telah kalian miliki.

Thursday, June 1, 2017

Indah

Bukankah semua indah
Meski tak sesuai rencana
Bukankah jejak itu masih ada
Meski coba ditutupi
Bukankah semua berpuas diri
Meski telisik datang berjingkat2

Ketuklah tiga kali
Semua yg indah terasa indah
Ketuklah tiga kali
Semua yg indah harus berakhir

Biarkan malam bergumam
Menikmati aroma keraguan
Di antara bibir yg terpagut

Biarkan burung malam bercerita
Menitip desah yg tak kau minta
Di antara desir yg tercekat


Doa

Adakah doa yang sempurna
Jika di setiap ketuk
Engkau terdiam

Kumintakan cinta sempurna
Kau hadirkan fana
Kumintajan hati yg tulus
Kau hadirkan yg pamrih
Kumintakan hidup yg manfaat
Kau hadirkan yg sia sia

Mungkin pendoa itu
Tak searif mauMu
Tak sesuci inginMu
Tak sehebat pemujaMu