Friday, August 28, 2009

i have to leave

lonceng itu nyaring
kembali berbunyi
memekakkan telinga
dari ujung jauh menara

tanda harus pergi

tak kutinggalkan sepatu
karena cukup sisa waktu terlalui
aku akan pergi
meski tak sanggup lagi berlari

bunyi lonceng itu menyakitkan
membuyarkan pikiran
hingga tak dapat kupikir
tentang apa-apa lagi

Thursday, August 27, 2009

DRM

Gamis merah maroon pucat
Semburat kotak bergaris
Terhimpit diantara shaf
Rapi. Sedikit berjejal

Tepat di Ramadhan
Lima tahun silam
Beberapa langkah aku dibelakangmu
bersama yg lain
Di atap gedung yg sama ini

Tepat di Ramadhan
Lima tahun silam
Cerita itu pernah terukir

Nyaris tak kusentuh lagi jejak itu
Hingga.. suatu sore aku kembali
Kusentuh bayang2 gamis itu
Aku rindu
Tapi tak ingin kembali

Monday, August 24, 2009

another person

another name in paradise
another heart for sacrifice
is it you?
i start to think about u
not to remind how long
we've get along each other
but to remind how we've been through

God always comes
with complete surprise

the eyes

sepasang mata dan sebilah hati
diantara gerimis yg menyela mentari
jauh melintas samudera

hanya aku terpaku
pada lembut pasang mata itu

tak hendak aku berpaling
tapi tak jua ingin bertahan
hanya selangkah mundur mengerjap

lalu ia ada disisi
membawa kejutan manis
menyungging senyum
mengamit jemari yg kaku
tak berbalas

napasku terhenti
sejenak aku melihat sosok masa lalu
yg menyergap pengap kekinian ruang batinku
tak hendak aku berlari serta

namun kedua mata nan lembut itu
menggenggam hati

Wednesday, August 19, 2009

1

Aq tahu hanya butuh 1
Namun merangkul 2 dan 3
Entah pikir apa menyergap
1
Hendak kuberi pada yg lain
2
Hendak kusisihkan utk disana
3
Untukku
Atau tidak benar-benar untukku

Permainan angka yg cantik
1 2 dan 3 Tak selamanya disini
Ia berputar lalu menghinggap
hanya sementara

Ia datang
mengaduk-aduk pikir

Aku tunduk
menyelesaikan hitungan rumit
yang tersusun daripadanya
Lalu beranjak

Kala tersadar 1 2 dan 3
cuma permainan bocah lugu
yg tertarik tentang alam

tentang kepastian
yg lanjut menyodorkan ketakpastian

Friday, August 14, 2009

kamu dan dia

Ada kesamaan antara kamu dan dia
Melenggang di bawah belenggu kebebasan
Nikmat dlm aroma tembakau.. tanpa bicara
Menjelma dlm sosok misterius
yg tiba2 pergi entah kmana
lalu datang dlm sekejap
membawa kejutan baru

Rupa2 hidup kau sulut diantara ribuan kata yg tak pernah bisu
Bingkai peristiwa kau tumpuk manis
Engkau membukukannya dg sempurna
hingga tak ada satu masa pun yg terlewati
dlm pikirmu

Keindahan itu ada pada kecerdasanmu
Aku menemukan kekaguman pada dirimu
Aku, puisi, kamu dan dia
diantara jejak kata yg mematut hati
Ah, rasanya aku menemukan kembali
puing2 yg baru saja menghilang

Thanx God

"Ma, aku boleh kawin lagi nggak?," tanya seorang suami pada istrinya. Sejurus istrinya pun menjawab singkat, "Memang aku punya hak bilang ngga?" sahut sang istri enteng seraya membenahi rambut putri semata wayang mereka yang baru berusia 3,5 tahun.

Sang suami pun sedikit terkejut. Padahal, pernyataan senada kerap dilontarkan, namun istrinya tetap setia. "Kamu kan bukan milikku, dan aku bukan milikmu. Masing2 tidak punya hak yang mengikat. Kita ini milik Tuhan, ya tanya saja sama Tuhan. Peranku cuma sebagai istri dan ibu," ujar sang suami menirukan alasan istrinya.

Wah, luar biasa tuh si mba. Hare gene masih ada yg ikhlas punya pikiran macem gitu. Ato jangan2 dia capek mikirin ulah suaminya, dari yg awalnya uring2an menerima kenyataan, kesel, jumpalitan, silang sengkarut lalu pasrah bongko'an.

Ya, begitu itu risiko punya suami yg (sok) kecakepan. Narsis. Pede sundul langit. Gaji ndak seberapa sudah macem2. Gimana kalo gaji suami jauh lebih besar?? Tapi, sebesar apa sih gaji seorang wartawan!!

"Istriku memang luar biasa. Tiap aku kencan ama siapapun aku mesti jujur ke dia dan dia oke aja sesampaiku di rumah," sahutnya. Sinting!! Rumah tangga macam apa?

Apa begitu itu yg namanya istri idaman pria? "Kasihan deh istrimu mas! Pasti awalnya dia meradang, lalu bingung ngga tau mesti gimana lagi karena uda terlanjur punya satu anak," celotehku kesal.

Temanku bilang, "Ngga juga. Istriku cintanya besar, tapi dia org yg cuek. Aku lebih suka yg begitu," katanya.

Kata tmn2, dia memang pintar memilih istri. Tdk cantik tdk seksi tapi ortunya tajir bo'. Sementara si cowok? Modal ganteng, mata kece lirik sana-sini, suara lembut mendesah *uhuk! Soal uang, belakangan.

Wah, aku jadi keki ama persoalanku kmrn yg trnyata bukan apa2 dibandingin mereka. Plis deh mrk sdh menikah, punya anak. Dulu mrk pernah dpt julukan "the hottest couple of the year" krn kalo lg pacaran emang hot.

Si mba hebat banget, ngga ngira bisa punya sikap kek gitu. Eniwe, wanita itu kdg di mulutnya bilang sabar tapi hati jumpalitan. Bibirnya bilang ikhlas tp hati mendidih. Hmm.. pantes aja status si mba di FB sering kulihat merenung- renung, bertanya-tanya, mencoba ikhlas dan pengen lari dr kenyataan. Emang si, tdk ada pernyataan tersirat ttg rumahtangganya, tp hampir selalu statusnya galau.

Ah, semoga ketabahan menyelimuti hati mrk.. Mungkin itu cuma ujian yg kemudian bisa mereka lalui bersama hingga maut memisahkan mrk. Aku? Mungkin harus lebih banyak bercermin pd persoalan org lain, agar beban mjd lebih ringan.

Terima kasih Tuhan

Thursday, August 13, 2009

@ June

June 6th 2009
di kaki bukit
janji itu pernah terukir
janji dua anak manusia
mematri bintang

menggapai mimpi
menerjang kabut
pd dingin masih menyeruak

matahari masih saja sembunyi
sinarnya hanya menyembul tipis
tertutup lekat awan
ketika waktu beranjak sore
ia membaur bersama warna ilalang

di kaki bukit itu
janji itu pernah terukir
dua manusia yg berserapah kepada alam
menggenggam masa depan
memeluk mimpi
yg tersandar letih di bahu kami

tak dapat kuingat lagi tempat itu
setidaknya, tak (ingin) dpt kuingat lagi
utk yg pertama dan terakhir
kami pernah singgah
membingkai sejarah yg manis
dlm balut sejuk aroma pegunungan

jejak itu masih ada
sepertinya baru kemarin sore
lubang itu juga masih utuh
tertancap ribuan jarum
yg lalu tercerabut paksa
darah itu mengalir deras
namun sedikit telah mengering

waktu akan terus merekam sejarah
dan tak mungkin bisa memperbaikinya lg

waktu tak akan sanggup menghapus jejak itu
maka biarlah luka itu tetap menganga
biarlah darah itu mengucur
lalu mengering sendiri tergilas waktu

karena hanya dg cara itu
manusia bisa menerima sejarah kelabu
biarlah lubang itu menganga
utk dijadikan pelajaran baginya

pedal tetap harus dikayuh
roda tetap harus diputar ke depan
sesekali tengoklah spion
utk melihat apa yg terjadi di belakangmu
namun lebih seringlah melihat jalan di depanmu
karena menengok ke belakang terlalu lama
akan membuatmu tersandung

bergegaslah, karena waktu tak pernah bisa berkompromi

time is ticking
and story was never been told

Tuesday, August 11, 2009

a journey

that was strange
kind a.. weird somethin
and vapid

i know it wont last 4eve
but it just a begining

that was a night
when a ship come over me
with a man reach my hand
asking me to get along across the sea

i cann't remember how it was
was only in dream
in mid July 24th
one day after shit
i cann't remember how it was
but im sure it was a message

that was a night
when a ship pull over
i cann't see how the anchor was
but i keep stood up

im totally keep my mouth shut
wether doubt or sure
then i hold the man's hand
so i woke... just all that

dear, its not the last chance
and its not the first
let the time give the answer

somethin i must be carefull afterall
somethin that deserve 4u and me
i cann't promise anything
when it just the first step i've made

too early... too soon
too easy to come
too easy to forget
and i wont...
i wont be the same like used to be
i wont crying tears so fast
like used to be

how many tears are in there
not much...
so i must be carefull

do nothing

i just dont start
to read this heavy book
just standing at gate
and smoking cigarette

i just dont start
cause i'd have known
the last page so well
i cann't read the first
it is, the same old brand new!

some kiss may cloud my memory
and other arms may hold a thrill
its a wing, hug that smells like hell

do nothing till u hear me
pay no attention to what's said
do nothing.. but you never will

apenas necesito…(i just need...)

as i sit in this empty room
the night about to end
i waste my time with strangers
but this pen my only friend

God i just need to rest in arms
Keep me safe from harm
in pouring rain

I'll grow through this pain
then i need to be heal
I know I've been taught
to take the blame
and it's not my fault

Rest assured my angels
Will catch my tears
Walk me out of here
I'm in pain

i cann't find my way in
outside and under like a shit
it must be a different in me
but im failed

Rumah Terakhir

-- maaf mengutip sajak kawan : Eri Irawan --

ini adalah rumah terakhir kita
awal dari sebuah nafas pendek
agar hidup menjadi lebih panjang

ini adalah rumah terakhir kita
tempat menjangkau yang luput
dari pandangan mata yang melumut

ini adalah rumah terakhir kita
payung dari awan yang lelah
menjadi penghuni langit kemarau

ini adalah rumah terakhir kita
pukat yang akan menangkap gelap
lantas mendekapnya erat-erat

ini adalah rumah terakhir kita
tempat ramai dilipat dan senyap
dirayakan dengan meluap-luap

ini adalah rumah terakhir kita
: hati yang sepi, tak berpenghuni

Persimpangan

(masih mengutip sajak kawan)

tak ada yang sempat kita tuliskan
di lembaran kertas ini, sebagai
pesan terakhir untuk rumah
yang akan kita tinggalkan
setelah sekian lama aku dan kau
mengeramnya dengan gerimis yang
terus menderas ke arah wajah.

kau ke barat, aku ke timur,
tanpa ada yang bisa ditorehkan,
juga janji-janji yang ramai,
berangkat membawa lari
jejak-jejak di cermin yang
kita lipat di dua bola mata
yang entah bermakna apa.

kita tak menyisakan sedikit
kenangan di rumah ini, karena
kita tak rindu pada derai tawaku
dan tawamu ketika memaklumi
bahwa hidup adalah tubuh-tubuh
yang lapar pada kenyataan, juga
haus pada mimpi yang kita simpan di laci.

--Eri Irawan--

Monday, August 10, 2009

Sejengkal Waktu

Pastikan aku disini
Engkau disana
Tak usah lagi mendekat
Karena kita telah berbeda
Selamanya berbeda

Sampai kapanpun
di jalan ini aku berdiri
di jalan mana engkau memilih
Garis pembeda itu kian meruncing

Pastikan semua telah kau bawa pergi
Tak ada yg tersisa di langkah kemarin
dimana air hujan pernah menjadi saksi
dimana malam pernah bersorak girang
diantara ciuman syahdu
diantara jalan berliku di kaki bukit
yg membisikkan janji kesetiaan

Pastikan semua telah kau bawa pergi
Tak ada yg tersisa di langkah kemarin
dimana secangkir kopi hangat
selalu menemani kita
mengantar malam menjemput fajar
diantara puing-puing tawa
dan pelukkan hangat
pesan singkat manis penghantar tidur

Pastikan permadani itu telah kau bawa pergi
Permadani yg pernah kita naiki bersama
menyeberangi lautan rindu
Usang, lusuh, namun tetap mewangi

Setetes rindu itu pernah meresap
hingga ke pori-pori kulit ari

Aku juga akan pastikan...
semua telah kubawa pergi
Bingkai kerinduan waktu itu akan ku kubur
bersama ribuan detik yg kita lalui
bersama wewangian yg kau beri
tepat di ulang tahunku

Ah, sepertinya baru sejengkal waktu
kita memikul hari berdua
Namun terasa sesak napas ini
ketika jalan yg kita pilih tak lagi bisa sama

Aku ingin tetap disini
Engkau tetap angkuh disana
Berceloteh dg caramu
Memaksaku dg gayamu

Tapi aku... masih ingin
tetap begini... disini
Berseloroh lagu kerinduan
dengan caraku

Pergi

(mengutip sajak kawan) *lagi

semalam kita hanya sempat mendendangkan lagu
supaya dunia tak curiga bahwa kita sedang ragu
pada ruang, pada waktu, di masa yang melaju

pagi ini kita terbangun merapikan piyama rindu
tapi tetap membisu menatap sinar yang sendu
lalu menampungnya di mata yang penuh jejak tisu

kita lantas bergegas pergi dari rumah ringkih
yang baru saja akan kita benahi dan niati
sebagai peraduan aku dan kau mendekap mimpi

tanpa menoleh, juga ucap selamat tinggal
kita lewati rumah yang masih tergenang hujan
tapi kita tak juga lekas sadar

: di ujung jalan, lengkung warna seperti tak terkejar

--Eri Irawan--

satu purnama, dua belah sabit

satu purnama bulat penuh
dalam siklus yg sempurna
menampak di sejengkal langit temaram
namun sedikit tak kuasa kuintip
dibalik rimbun dedaunan
begitu dekat
namun tak sanggup kuraih
begitu nyata
namun tak sanggup kuabadikan

tepat disisi purnama
dua sabit 3/4 berjajar
kuning redup
indah

adakah Tuhan mencipta rembulan
lebih dari yg pernah ada saat ini
adakah pesan dibalik apa
yg ingin Tuhan tampakkan
di sepertiga malam itu
usai doa dua rakaat
diantara pilihan kebimbangan
diantara ikhlas yg masih tertekam waktu

hanya di dua rakaat itu
sujud kubalut syair Illahi
merenda keputusan
namun tak sedang menanti zaman

Tuhan menjawab
diantara dua sabit dan satu purnama
diantara siklus purnama
yg kusaksikan hanya sekejap

Ia berbisik tentang keajaiban
di luar masa yg pernah ada
tentang keikhlasan, tentang kebaikan
yg tak terbantah apa saja
sekarang atau nanti

Ia berbisik tentang kesengsaraan
yg ikhlas berbuah manis
di lembar perjalanan hidup ini

Kadang Tuhan memang sembunyikan matahari
Ia menampakkan petir dan kilat
sesekali hujan
Lantas kemana perginya sang mentari?
Rupa-rupanya Tuhan hendak menampakkan pelangi

Hanya ada sejumput derita dibalik sejuta kebahagiaan
God always comes with complete surprise
(Dios viene siempre con sorpresa completa)

Sunday, August 9, 2009

Mengunci Fajar

duduk di singgasana
menatap bintang yg sedang berkaca
mencari lekuk peta cakrawala
diantara sudut2 terangnya
indah.. menari-nari

duduk di singgasana
ditemani wangi dupa yg tersulut redup
gemertak dagu menahan dinginnya malam
aku tetap berseru dlm hati

akan tetap kunikmati sinarnya
di sisa-sisa malam itu
akan kunikmati lentera semu
yg sesaat menyeruakkan kebusukkan
hingga dupa tak lagi mampu menahan aromanya

sejurus ia datang bertepuk dada
bak juru pembebas yg haus nirwana
bak juru pembebas
yg lepas dr cengkeram kuku2 elang

ia datang bertepuk dada
berserapah tentang keingkaran
berserapah tentang seribu dusta
pada mulut sang penasehat
mendustai hati yg pernah lapar

ia datang bersilang kaki
membawa selendang keangkuhan
bersama wanita setianya
yg menyaru sbg juru penasehat di pagi buta
yg menyimpan sejuta cinta rahasia
diantara keduanya

juru penasehat bermuka dua
yg memporakporandakan serpihan kesetiaan
yg mencabik2 mulut perawan suci
yg menghunus pedang
tepat di bola matanya
seraya berucap tanpa sengaja

perang telah dimulai
singgasana itu masih berdiri

aku beranjak tak hendak mengalah
namun mencari ruang di tepi telaga
yg bisa menghanyutkan simpul kebodahan
sang pangeran dan penasehatnya

aku beranjak tak hendak mengalah
namun kembali dg obor yg lebih terang menyala
menyirami bara hati
membungkam seribu kata

menanti sang pangeran dan penasehatnya pergi berlalu
di tempat dimana aku pernah duduk bersila
di tempat dimana singgasanaku pernah direbut

wahai malam, tak hendak aku singkirkan mereka
aku hanya akan menunggu mereka pergi
aku hanya akan merebut kembali singgasana biruku
perlahan namun pasti..
agar aku dapat kembali
menikmati hening dan mengunci fajar
memanggil sejuta bintang
yg masih sudi berkaca ke bumi
tak ada lagi dupa
karena dupa hanya akan menjadi pembeda yg jelas
diantara aroma kebusukkan yg menyeruak

aku masih di singgasanaku
namun akan pergi jauh darimu
dan dari penasehat bermuka dua
pergi dari keingkaran dan seribu dusta
di janji kesetiaan yg selamanya semu
dari mulut pangeran kesiangan
yg merayap lirih dan memicingkan mata
membutakan kedua mata ini

aku masih di singgasanaku
diam merajut simpul kejujuran
yg pernah terlewatkan
meneguk segelas air kesetiaan
penghilang dahaga