Friday, April 1, 2011

Indo & TKI

Bagi org Saudi n Malay, Indonesia benar2 identik dg TKI.
Isya di Masjidil Haram. Seorg wanita Arab nan jelita di sebelahku tiba2 membuka obrolan "Indonesian?" "Yes. Hi."
"Would you work for me? In my house?" ujar wanita berjubah hitam itu dg spelling English yg terbata-bata. "Im sorry, im a pilgrim." "Yes i know, all Indonesian came here for pilgrim, but most of them work here eventually," lanjutnya.
"How much money did you spend for pilgrim. How if i pay u as much as that every month," bujuknya. "1700 USD," sahutku meringis (*tampang saya TKI banget ya?).
"U should think about my offering. Will u? I hv 5 kids at home and I need a babysitter. My earlier babysitter also Indonesian."  "And now?"  "She returned to her house."
Sholat jamaah pun dimulai. Imam telah mengumandangkan iqomah yg sgt merdu. Thx God.
No mam. Thank you. I love my job in my country. I'm not interesting. I've said that i've spent 1700 USD doesnt mean i agree with ur offer.
Modus TKI "sandal jepit" mungkin kek gini. Berangkat umroh, pulangnya nyangkut gk mau balik dg rombongan. Itu jg alasan mgp biro perjalanan pegang paspor semua jamaahnya smpai ibadah selesai.

Tapi apa ya bener si wanita tadi mau nggaji segitu per bulan? Ada yg minat?
Saudi, di sisi lain terus membangun, bener2 lagi bikin megaproyek. Setiap tahun ada perluasan Masjidil Haram. Semua digusur, mau rumah penduduk, hotel, apa saja digusur. Belum lagi gagang pintu hotel yg rata2 berlapis emas. Kaya banget pokoknya. Minyak man! Meskipun dpt ganti rugi gede ngga peduli di kawasan itu punya byk nilai sejarah yg hilang akibat pembangunan.
Hotel aja senantiasa berubah alamat, bkn direnovasi tp dirobohkan dan bikin baru lg. Gila nggak?
Penduduk Mekkah rata2 juga kasar dan kurang ramah. Meskipun tahu klo Indo penyumbang devisa terbesar di negaranya, tapi perlakuan mrk tetap menyamakan org Indo dg budak. Padahal ngga semua org qt pergi kesana buat kerja.
Gaya bicara mrk keras dan lantang. Nawari taksi kek ngajak duel. Untung guide-ku paham bener bahasa Arab. Nawar anggur jd 5 SR (Saudi Real) lgsg dibentak dg bola mata yg nyaris keluar "Anam Real!" Waduh, nyali ciut ngga jd nawar. Sebagian besar pedagang di sono bisa nyebut angka2 dlm Bhs Indo.
Klo adzan tiba, pedagang d Mekkah lgsg menggulung dagangannya, lalu lampu toko dimatikan. Ditinggal gt aja meski tak ada pintunya. Gakda yg berani nyuri. Klo di Indo? Heheeh..amblas dlm sekejap.

Masih soal TKI nih. Sehotel dg rombongan dr Malay. Ampun sombongnya dah. Ceritanya gini, hotel qt di Mekkah (Elaf al-Khalil) kan sempit tp menjulang mpe lantai 27 *klo gk salah. Nah, tempat buat makan prasmanan aja harus berbagi, sisi kiri dan kanan. Rombongan dr Indo adalah sisi kiri dan Malay sisi kanan. Masuklah aq n friends ke hotel dr masjid usai dhuha lgsg ke sisi kanan persis di menu buffet mereka. Salah seorang wanita Malay lgsg menyela dg suara tinggi persis di telinga dan pandangan sinis "Indo sebelah sana!" OMG ngomong baik2 knapa bu, apa qt spt pengemis atau pembantu? Kan juga bayar sama.
Hampir sejam berlalu, jatah menu buffet Indo terrnyata masih bnyk dan giliran punya Malay yg habis. Salah seorang jamaah pria yang dtg telat dari menunaikan dhuha di Masjidil Haram lgsg nyerobot menu punya rombongan qt setelah tau menu di bagian Malay sdh hbs. Apa ada yg protes? Not at all! Dia sempat celingukan tapi akhirnya cuek makan. Aq n temanku yg tau sjk awal klo bapak itu berasal dr rombongan Malay diem aja. Cuma istighfar ingat ulah wanita arogan Malay tadi. Kali aja si wanita itu mikirnya Malay is better than Indo. Blo'on!
Sjk 'tragedi' itu benci banget ama org Malay. Tapi eh, mgkn Tuhan nggk ngebolehin umatnya saling benci. Ceritanya, Jumat itu pas dhuhur (jumatan) aq ngga kebagian tempat. Full booked deh. Jamaah meluber. Ternyata, klo niat Jumatan d Masjidil Haram hrs dtg 2 jam sblm dimulai buat booking tempat. Terpaksa hrs nyari2 tempat sholat agak k depan. Tiba2 seorng wanita melambaikan tangan memanggilku dan mengajakku menggelar sajadah di sampingnya. "Sini sini."
Perawakan wanita itu spt org Indo. "Terima kasih banyak ya bu," kataku. Dia mengangguk tersenyum. " Indonesian?" tanya dia. "Iya. Ibu darimana?" tanyaku. "Kuala Lumpur," ujarnya dg cengkok Melayu. Olalaaa... I shouldn't hate Malayan!

Hidup dan Mimpi

Jika kamu pernah bermimpi tentang Ka'bah, yakinlah bahwa kamu akan menjumpanya. Tuhan memilihmu agar kamu melihatnya dlm mimpi terlebih dulu. Mimpi itu muncul seiring obsesi berhaji yg rasanya 'mustahil.'

Usai sholat malam, dulu sekali aku pernah melihat diriku di tengah kerumunan manusia dan adzan. Setelah kuamati seksama, jarakku hanya beberapa jengkal dg Ka'bah.

Aku melihat kelap-kelip lampu dan sinar yang tak pernah padam. Pagi dan malam yg hampir serupa. Orang2 sibuk mengelilingi Ka'bah. I woke up n realize that was only a dream.

Tuhan menjawab mimpiku. Berada di lantai Ka'bah. Menyentuh dindingnya. Menyentuh hajar aswad. Usai tujuh putaran.

Jika berhaji terasa mustahil dg wkt tunggu yg begitu lama dg duit besar, umroh mjd pilihannya.

Dalam mimpi ketika terbang menuju Madina, aku melihat arsitektur masjid yang cantik, di depannya ada banyak tangga yg langsung menghubungkan ke dalam masjid. Subhanallah, itu Masjid al Haram atau Masjidil Haram. I didn't even see it on television.

Tahukah kau.. hidup dan mimpi berasal dari lembaran-lembaran yg sama