Thursday, June 27, 2013

Krisis Identitas

Mengapa seseorang yg berdarah campuran Indonesia dg asing, jika berada di negeri orang malu mengakui darah Indonesianya. Atau, org pribumi Indo yg lama tinggal di negeri orang, sering tidak mau mengakui darah Indonesianya. Tanya kenapa! Tak hanya Cinta Laura yang lebih memilih diakui sebagai orang Jerman ketimbang Indonesia, beberapa orang yang saya temui di beberapa perjalanan di luar Indonesia juga menunjukkan sikap yang sama.

Speak English-nya nerocos, tapi kulitnya orang Melayu. Saya tanya lebih lanjut usut punya usut akhirnya dia mengaku bahwa salah satu orangtuanya asli orang Indonesia. "Where are you from?" "I'm Singaporean," kata seorang wanita yang sekamar dg saya di Seoul. Singaporean berlogat Melayu dan berkulit Melayu. "How many years do u live in Singapore?" "About 10 years." "Oh, I'm from Indonesia." "Indonesia? I like nasi goreng and sate." "Really? How do you know that foods?" "Actually my dad from PurwokertoCentral Java." "You've been to your dad's city?" "Of course. I lived many years in Purwokerto." Ngggg... Ok, i c... (semoga dia tidak membaca blog saya ini, xixixixi)

Kejadian lain ketika di Kuala Lumpur. Seorang wanita asal Tulungagung yang menikah dengan orang Malaysia dan telah bermukim selama 4 tahun. Bahasa Melayu-nya fasih, English-nya no! Setelah terlibat obrolan agak lama, terlihat bahwa ia bangga hidup di Malaysia, ujung2nya mengaku "I'm Malaysian," she said. Anehnya, ketika ia mendengar saya dan teman saya berbahasa Jawa ia fasih menjawab dengan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. "You also learn bahasa Indonesia and Javanese?" "Aku iki aslie Jowo mbak, tapi yo gae opo ngomong Jowo nang kene percuma gak onok sing ngerti." Lhoalaaaa mbakyu.. mbakyu.. Gitu bilangnya I'm Malaysian. Ya, ngomong kek dari tadi!

Kejadian lebih lucu malah di Masjidil Haram. Seorang tukang sapu pelataran masjid yang terlihat berkulit Melayu pernah saya tanya sebelum saya memberinya tips beberapa real. "Indonesia or Malaysia?" tanyaku. Eh, dia malah balik tanya. "Are you Indonesian?" "Yes" Lalu dia menjawab, "Saya Indonesia." Ketika sampai pada tukang sapu lainnya, pertanyaan saya juga dibalik dengan pertanyaan yang sama. Aneh. Apakah para TKW yg saya duga kebanyakan orang Indonesia itu takut untuk tidak jadi diberi jika mereka dari Indonesia dan si pemberi dari Malaysia? Maka mereka memastikan terlebih dulu, kalau si pemberi adalah Malaysian sebaiknya dia mengaku Malaysian? Apa begitu? Benar-benar krisis identitas.

Resignation ~ 사직

Ada banyak alasan mengapa seseorang memutuskan mundur dari perusahaan tempat ia bekerja selama bertahun-tahun. Memang sulit membedakan apakah ia benar-benar mundur atas keinginan pribadi atau mundur karena disingkirkan secara halus oleh perusahaan, dg segala cara dibikin tidak nyaman.

Setahu saya, alasan yang paling lazim mengapa seseorang mengajukan resignation letter, bisa karena menikah atau mengikuti suami/istri di kota yang berbeda. Alasan lain, karena kondisi lingkungan kerja yang sudah tak nyaman, atau karena munculnya regulasi baru dalam perusahaan yang sudah tidak sesuai lagi dengan jiwa karyawan yang bersangkutan, atau karena kesejahteraan yg minim. Dan dari semua alasan tersebut, yang juga paling sering saya dengar adalah faktor kejenuhan.

Ada beberapa kategori orang yang mudah mengakhiri hubungan kerjanya dengan perusahaan dimana ia bekerja, dalam rentang waktu 7 tahun sudah berganti perusahaan 5-6 kali. Ada yang salah? Saya sering menduga bahwa orang semacam ini adalah orang yang sulit beradaptasi dan sulit menerima tekanan dari pihak manapun. Ada pula kategori orang yang terlalu hati-hati ketika memutuskan hubungan kerja dg banyak pertimbangan. Mungkin, saya termasuk tipe yang kedua ini. Sebab, sejak lulus kuliah saya hanya bekerja pada satu perusahaan saja yakni perusahaan dimana saya mengakhiri hubungan kerja 2 bulan kemarin.

Faktor kejenuhan mungkin bisa menjelaskan semua alasan. Namun, untuk sampai pada titik jenuh selalu ada penyebabnya. Banyak teman saya selalu mengingatkan, hati2 dengan zona nyaman ~ zona dimana orang tak ingin melangkah kemanapun, tak ingin melompat pada perubahan apapun krn berpikir zona yg saat ini bisa memberi apa yg ia mau. Melangkah hanya menciptakan risiko baru yg tdk aman dan tidak nyaman, begitu pemikiran saat itu. Saya pun nyaris terjebak dalam zona ini hingga pada suatu masa saya memberanikan diri utk benar2 melompat.

Keinginan saya saat memantabkan diri mengajukan resign hanya dua, yakni tantangan baru dan perubahan yg lebih baik. Hidup yg monoton sungguh membosankan. Bekerja dg pola yang sama, tekanan yg sama, metode yg sama, menghadapi sikap keras kepala orang-orang yang sama, kelelahan yang sama, gaji yg sama (sebetulnya nyaris tak banyak bergerak dari waktu ke waktu). Saya terus berpikir dalam hati, apakah saya bisa sampai pada hak saya untuk mendapatkan cuti besar (minimal masa kerja 10 tahun), apakah pekerjaan saya kelak akan berakhir di tempat ini hingga masa pensiun tiba? Dari waktu ke waktu jawabannya semakin pasti. Tidak!

Michael Gates Gill dalam memoarnya How Starbucks Saved My Life mengaku bahwa ia sempat terlena dg zona nyamannya hingga pada suatu saat perusahaan "menyingkirkan" ia setelah pengabdiannya selama 25 tahun. Ironisnya, org yang menyingkirkannya adalah org yang dulu pernah ia promosikan jabatannya. Di usianya yg 63 tahun, ia tak memiliki sandaran lain selalu perusahaan itu. Jabatan prestis, gaji tinggi, membuat ia dan keluarganya terlena hingga suatu saat perusahaan tempat ia bekerja diakuisisi perusahaan lain dg investor dari luar negeri. Mereka mencari tenaga2 muda yg aktif dan bersedia dibayar rendah. Tenaga berpengalaman dan cerdas menjadi tak terlalu penting. Yg dibutuhkan adalah tenaga muda pekerja keras dan mau bekerja sama.

Bandingkan dg Gill : tua, tdk aktif, dan harus dibayar 4x lipat. Perusahaan melakukan efisiensi dg menyingkirkan ia dengan pesangon yang tak seberapa. Zona nyamannya benar2 membawanya pada neraka. Belum lagi, paska ia dipecat, ia divonis menderita kanker otak, lalu istrinya menceraikannya akibat ia berselingkuh dan memiliki anak dari wanita lain. Kondisi yg bnr2 terpuruk membawanya linglung hingga setiap hari kerjaannya cuma menghabiskan waktu dg nongkrong ngga jelas di cafe yang bernama Starbucks. Tapi justru disinilah titik balik kehidupannya dimulai. Seorang wanita berkulit hitam iseng2 membuka obrolan dan lalu menawarinya utk melamar pekerjaan karena kebetulan Starbucks sedang membutuhkan karyawan. Ia yg semula seorang bos dan dilayani, akhirnya harus bersedia mjd karyawan rendahan, melayani org hingga membersihkan toilet. Namun, jalan panjangnya bergabung bersama Starbucks berhasil mengangkat kembali hidupnya menjadi salah seorang pucuk pimpinan sampai saat ini.

Memang dua hal yang berbeda, apa yang saya alami dan apa yang Gill alami. Namun, hal yang perlu dicermati disini adalah warning tentang zona nyaman. Jangan sampai menyesal karena terlambat memutuskan. Meski tak setiap orang mengalami nasib mujur setelah ia terjatuh, namun tak selamanya org yang jatuh akan terus berdarah-darah. Hidup adalah soal ketidakpastian, jadi mengapa hrs takut menghadapi ketidakpastian? Jika kebetulan sedang melihat seseorang dlm kondisi yg tdk pasti, jangan buru2 menghakimi nasibnya. Anda tidak akan pernah tahu sampai kpn perusahaan tempat Anda bekerja saat ini memberi jaminan nyaman seperti yang Anda bayangkan. Jangan terlena melaut di ombak yang tenang. Bersiap-siaplah dg menebar jaring dan memasang umpan lain sebelum air benar-benar pasang. Teruslah melihat peluang di luar dan jangan takut untuk melangkah. Salam!

Believe the unbelievable, dream the impossible and never take no for an answer  ~ Tony Fernandes

Monday, June 24, 2013

Wajib Militer (Wamil)

Isu pecahnya peperangan akibat ketegangan abadi antara Korsel - Korut sempat menjadi kekhawatiran tersendiri bagi saya sebelum datang ke kota Seoul. Media lokal dan internasional hampir setiap hari ramai-ramai melansir pemberitaan tentang pertikaian kedua negara tersebut. Tapi, setibanya saya di Seoul saya semakin menyadari bahwa pemberitaan tsb jauh lebih heboh dari kenyataannya. Saya jadi ingat ketika masih bekerja di media massa, sekali ada seklumit isu yang dianggap menarik maka seterusnya isu tsb akan menjadi "nafas" bagi wartawan. Ia bakal terus menggali kelanjutan beritanya. Kondisi yang sebetulnya tidak terlalu bikin panik bisa disulut menjadi "panas" lewat tulisan. Dibikin agar publik tercengang membacanya. Tujuannya memang itu : Bagaimana membuat berita atau media kita dibaca orang. Maka setiap media pun berlomba-lomba mendapatkan angle yg menarik (menarik tapi belum tentu penting).

Orang awam akan menilai, mungkin sedang benar2 terjadi masalah berat di daerah seperti yg ditulis si wartawan. Padahal, ya tidak selalu demikian. Bisa saja itu hanya wacana, tapi si wartawan menulisnya dg gaya majas totum pro parte (Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian). Saya menduga ini juga yg terjadi pada konflik Korut-Korsel. Apa benar Korut akan membumihanguskan Korsel? Saya sangat ragu. Apa benefit yg akan didapat Korut jika itu benar2 terjadi selain menjemput ego Kim Jong-un, presiden Korut yang dijuluki "tong kosong" nyaring bunyinya. Muda, bodoh, gampang emosi, tdk berpihak pada rakyat, parahnya lagi tamak. Mengapa identik dg tamak? Presiden negara miskin tp memiliki tubuh tambun, apa ia sedang menunjukkan ironi pada dunia bahwa kekayaan Korut ia nikmati sendiri?

Sebelum saya datang ke Seoul, teman saya yg berkuliah di kota Suwon, Korsel mengatakan kondisi Seoul aman-aman saja. Kecemasan munculnya travel warning tidak terbukti. Bahkan, ketika saya di Seoul berdiskusi dengan seorang teman native Korea ia mengatakan jika Kim Jong-un selama ini memang sering melontarkan gertak sambal. Amarah Kim Jong-un bukan urusan mereka (dan warga lainnya). Itu hanya bagian dari wacana dan kegelisahan di ranah pikir sang presiden. "I've been completed the mandatory of military service for 21 months 4 years ago, dan jika perang bnr2 terjadi kami sudah siap. Tapi saya yakin itu tidak akan terjadi," he insisted. Korut-Korsel memang tdk pernah mendeklarasikan fakta perdamaian, yang ada hanya gencatan senjata. Jadi, secara teknis kedua negara tsb masih dalam status perang. Itu sebabnya, semua warga negara pria wajib memiliki pengetahuan dan kemampuan membela negara.

Setiap pria warga negara Korea berusia di atas 18 tahun wajib mengikuti wajib militer (wamil), tak terkecuali pria-pria berdarah campuran asing, selama ia tercatat sbg warga negara Republic of Korea maka wamil tetap diwajibkan sebelum ia berusia 35 tahun. Demikian halnya pria Korea dengan dobel kewarganegaraan ia tetap wajib wamil jika perolehan dobel kewarganegaraannya di atas usia 21 tahun (Misalnya warganegara Korea dan juga AS). Anak lelaki asal Korea yg diadopsi oleh warga negara asing dan tdk melaporkan perubahan status kewarganegaraannya sebelum usia 18 tahun juga tetap wajib wamil. Bagaimana jika ia lalai terhadap kewajibannya hingga berusia lebih dari 35 tahun? Sanksinya, ia tidak akan mendapatkan izin bepergian lintas negara, dipenjara lalu diusir dan dicoret dari daftar warga negara Korea. Wow! Serius juga sanksinya (Wamil ini membuat saya paham mengapa begitu banyak oppa-oppa keren bertubuh tegap dan kekar ~ ah, ternyata dampak wamil).

Masih menurut teman saya yg native Korea itu, lama menempuh wamil bisa bervariasi. Untuk angkatan darat 21 bulan, angkatan laut 23 bulan, dan angkatan udara 24 bulan. Bisa memilih salah satu diantaranya. Ada dua kategori warga negara yang bisa dibebaskan dari wamil ini, yakni seorang atlit medali emas atau atlit yang memenangkan kompetisi bergengsi dan pria yang tidak menamatkan pendidikan sekolah menengahnya. Lalu, dimana pria2 Korsel melaksanakan wamil mereka berbulan-bulan itu? Lokasinya di kawasan kecamatan Yongsan dimana seperti yang saya sebut dalam tulisan saya sebelumnya disitu terdapat distrik bisnis bernama Itaewon, sekaligus terdapat masjid terbesar Seoul dan Russian Club. Yongsan-Garrison nama camp tempat mereka wamil.

Bilamana negara mengetahuai bahwa warganya telah menjalani wamil atau belum? Apa melalui perubahan semacam KTP atau ID Card? Ternyata, ketika seseorang berhasil menyelesaikan pendidikan wamil, secara otomatis Badan Pertahanan Nasional Korsel akan menginput namanya ke dlm data base. Tak perlu ada perubahan status dlm KTP, sebab KTP penduduk Korsel berlaku seumur hidup dan bukan seperti negara kita yang setiap 5 tahun sekali harus diperbarui. Setiap provinsi, kota bahkan hingga kecamatan di Korsel telah memiliki data yg terintegrasi dg data wamil milik Badan Pertahanan Nasional Korsel. Jadi, seorang pria yang mangkir dari kewajiban wamil hingga berusia lebih dari 35 tahun tsb jelas akan kesulitan mengurus proses administrasi apapun. Sebab, petugas di kantor administratif itu akan melakukan pengecekan data setiap kali ada permohonan penerbitan surat apapun untuk warganya.

Friday, June 21, 2013

Soju and Makgeolli

Saya memang bukan penggemar minuman beralkohol, tapi jika mampir ke suatu daerah atau negara pasti tak bakalan melewatkan food and beverage khas dari daerah itu. Wisata kuliner is a must (tentu disertai dg minuman khasnya). Ketika saya banyak sekali mengoleksi DVD Korea, dulu saya sangat penasaran dengan yg namanya soju. Soju is a very popular and traditional alcoholic drink in Korea. Ya, mereka bilang itu bir. Soal rasa, silahkan nikmati sendiri sensasinya. Sensasi rasa soju maksud saya, jangan salah baca sensasi rasa SuJu ~ Korean boysband Super Junior yang super unyu-unyu.

Seorang teman asal Indonesia yang sdg berkuliah di kota Suwon (1 jam dari Seoul) bernama Yessi juga memperkenalkan saya pd jenis minuman khas lainnya asal negeri ginseng ini selain soju. Namanya Makgeolli (막걸리) atau semacam rice wine, rasanya lebih ringan dibandingkan soju. Semua resto di Korea Selatan (baik resto kelas pinggir jalan hingga hotel berbintang) menjual kedua minuman ini, tidak ada ceritanya stok bakal kosong lalu pembeli hanya disuguhi air mineral atau jus atau es teh. Ini karena minuman ini merupakan minuman wajib utk menenami santap pagi, siang, sore, malam.

Makgeolli rasanya semacam tuak beras Bali. Mengapa tuak Bali? Karena rasa tuak itulah yg paling saya ingat. Ketika dulu saya menjalani kuliah lapangan di Kabupaten Badung Bali, seorang teman membeli dua botol besar dan menyembunyikannya dari tuan rumah. Kata dia, sbg stok berakhir pekan yg murah meriah di dalam kamar. Tiba saat akhir pekan kami menikmatinya ramai2 di kamar dia (saat itu di rumah penduduk tempat kami menginap hanya tersedia dua kamar, satu utk para pria dan satu utk para wanita). Semuanya mabuk kecuali saya dan dua teman lainnya. Cairan tuak beras Bali berwarna putih, khas aroma gula yang difermentasi, ada rasa manis dan pahitnya. Begitu juga makgeolli.

Sebotol makgeolli yang banyak dijual berukuran 750 ml kemasannya dari plastik, dijual seharga 10.000 원 (Rp 90.000). Kalau sebotol soju berukuran 375 ml kemasan kaca dijual seharga 3.000 원 (Rp 27.000). Saya tidak mengerti mengapa maggeolli sedikit lebih mahal dibandingkan soju, mungkin itu sebabnya soju yang paling banyak laku. Lagipula memang tidak semua makanan enak dinikmati bersama makgeolli. Sebelum saya ke Korea, saya pernah mampir ke Kogyo (sebuah restoran Korea-Mexico yang berada di dalam Surabaya Town Square - Sutos) untuk mencari soju. Harga sebotol kecil kemasan 375 ml sangat fantastis Rp 180.000 (mungkin karena pemerintah Indo menerapkan cukai minuman beralkohol impor yg sangat tinggi, jadi jatuhnya harga ke konsumen juga selangit).

Aroma soju hampir mirip aceton, cairan alkohol yg dipakai utk membersihkan cat kuku atau kuteks. Rasanya juga agak pahit and quite similar with vodka. Bagi penggemar minuman beralkohol mungkin rasa pahit soju biasa aja, kandungan alkoholnya 20-40%. Sejarah beberapa abad silam, soju sebetulnya terbuat dari fermentasi air beras seperti halnya maggeolli tapi karena pemerintah saat itu mengalami kelangkaan beras maka bahan baku soju pun diganti alkohol sintetis. Salah satu slogan lucu tentang soju yg bisa Anda temui di Korea, "Save Water Drink Soju".

Saya jadi geli sendiri, tanpa embel2 "save water" saja habit orang Korea dg sendirinya sudah membuat stok water mereka aman. Ini karena mereka jarang minum air putih atau air mineral di setiap kesempatan. Banyak orang Korea lalu lalang menenteng minuman di jalanan, coba lihat apa yang mereka bawa : minuman botol atau kemasan tapi selain air mineral (minuman supplemen, jus jeruk/ jambu kemasan dan minuman teh kemasan yang tehnya semua berasa tawar). Mungkin ini juga alasannya mengapa air mineral selalu disediakan cuma-cuma di setiap restoran, karena kurang diminati. Jadi, jika Anda penggemar air mineral seperti saya bisa minum sepuasnya alias free flow kalau makan di restoran di Korea.

Thursday, June 20, 2013

Kkanbu Chicken ~ 깐부 치킨

If you are a big fans of chicken or fast food chicken and you have a trip to Korea, you should come to the Korean fried chicken restaurant Kkanbu Chicken (깐부 치킨). Harganya bervariasi, seporsi mulai 16.000 - 22.000 원 (won) atau setara Rp 145.000 - 200.000. Seporsi bisa dimakan berdua, tanpa nasi, hanya ayam cocol saus, sebab makanan ini kategori snack bagi orang Korea. You can add fried potatoes, but only in menu Phoenix Chicken dan Crispy Boneless Chicken. Sausnya diolah khusus, tidak seperti saus sambal McD, KFC, Wendy's, CFC ataupun TFC. Bumbu tepungnya juga lebih crunchy ketimbang ayam di resto cepat saji asal AS. Menu ini adalah alternatif bagi visitors yang jenuh dengan sajian menu tradisional Korea yang serba spicy.

Seorang teman saya yang asli Korea merekomendasikan restoran kkanbu chicken ini setelah kami berjalan-jalan di kawasan Insadong. Ada sekitar 10 variasi menu (yang bisa juga dilihat di official web kkanbuchicken), dan kami memesan Crispy Chicken and Green Onion Chicken. Untuk minumannya, jarang ada resto korea yg menyediakan minuman jus buah seperti orange juice, es teh atau lemon tea. Kebanyakan hanya menyediakan mineral water, soft drink, maggeoli (rice wine) dan soju (the best known liquor from Korea). Khusus mineral water akan diberi cuma-cuma meski minum sebanyak apapun. Tapi jarang sekali org Korea pesan minum air putih klo lagi makan, seringnya sih soju atau maggeoli.

I don't know what's the ingredients of kkanbu chicken, but the taste is unique. Mereka bikin olahan tepung bumbu rahasia, saus yg yummy plus side dishes berupa acar bengkoang dan mentimun (dishes khas Korea selain kimchi). Dalam bahasa Korea, kkanbu artinya the same team, with whom you would cross little fingers as a promise in our childhood. Jumlah outletnya di Seoul ada lebih dari 10, termasuk di kawasan Insadong, Gangnam dan Hongdae (Hongik).

a Note to My Mayor

Surat kepada Walikotaku : Memimpikan Kali Mas seperti Cheonggyecheon Seoul

Melihat pesona kawasan sungai Cheonggye atau Cheonggye Stream atau Cheonggyecheon di Seoul rasanya iri banget Kali Mas (sering tertulis Kalimas) di Surabaya bisa seperti itu. Tapi kapan ya? 10 kali periode walikota pun rasanya masih mustahil. Tapi, pernahkah pemkot berpikir ke arah sana. Setidaknya studi banding kesana lalu berkomitmen menerapkannya di Surabaya. Jika menengok sejarah sungai yang mengalir di kawasan komersial Dongdaemun ini, wajah Cheonggye 10 tahun lalu tidak seperti sekarang. Kumuh, banyak rumah non permanen di bibir kali, rumput liar bertumbuhan, airnya sangat keruh dan aromanya tak sedap karena sampah. Polusi udara dimana-mana akibat warga seenaknya mengoperasikan kendaraan pribadi dan sistem transportasi massal belum baik benar.

Walikota saat itu (Lee Myung-bak yang akhirnya menjadi presiden South Korea pd periode 2008-Feb 2013) punya komitmen yg luar biasa. Menggunakan APBD yang hampir menyentuh angka ₩400 juta atau setara Rp 2,8 miliar di tahun 2003, wajah Cheonggye sepanjang 8,5 km disulap sedemikian rupa selama kurun waktu dua tahun. Butuh komitmen, kerja keras, disiplin yang luar biasa dan tentu saja jauhi korupsi. Jika menilik kemampuan APBD Kota Surabaya, biaya yang tak sampai ratusan miliar itu sebetulnya jauh dari kata mustahil. Persoalannya, pemkot Surabaya bersedia atau tidak untuk mengubah wajah Kalimas spt Cheonggyecheon.

Bandingkan dg biaya yang dibutuhkan untuk membangun gelora Bung Tomo (Surabaya Sport Center) menyentuh angka yg sangat fantastis mendekati Rp 450 miliar. Tapi lihat nasibnya sekarang? Akses jalan masih rusak berat, ketersediaan fasilitas listrik dan air tidak memadai, dinding dan pilarnya sudah retak-retak, padahal proyek belum genap 5 tahun. Kemana larinya duit ratusan miliar itu? Ini proyek setengah hati. Bandingkan jika harus merestorasi Kalimas menjadi spt Cheonggyecheon, tak butuh duit sebanyak itu. Currency exchange korean won ke rupiah tahun 2003 tidak banyak berfluktuasi sampai saat ini, ₩1 kalau tidak salah saat itu masih Rp 6,7-7 (sekarang Rp 8,5 tapi kalau beli won di pasar harganya ngga pernah ada yang di bawah Rp 9).

Saya mengapresiasi Tri Rismaharini yg perlahan-lahan mengubah wajah kota Surabaya menjadi semakin cantik. Taman dimana-mana (mungkin karena dia lulusan Arsitektur ITS jadi nyeni tamannya menonjol), tapi jangan lupa tata kota Surabaya  masih banyak yang perlu dibenahi. Surabaya semakin sesak dengan ledakan jumlah penduduk dan jumlah kendaraan pribadi, transportasi umum dan infrastruktur masih jauh dari kata memadai.

Bagi Anda yang berasal dari luar Surabaya, Kali Mas adalah pecahan sungai Brantas yang berhulu di Kota Mojokerto. Mengalir ke arah timur laut dan bermuara di Surabaya, menuju Selat Madura. Di beberapa tempat Kali Mas menjadi batas alam Kabupaten Sidoarjo dengan Kabupaten Gresik.

Apakah terlalu bermimpi jika membandingkan wajah Surabaya dengan Seoul? Mungkin iya, tetapi bukan tidak mungkin. Komitmen kuat dari pemerintah sangat memungkinkan pembenahan secara gradual. Mungkin bisa dimulai dari pembenahan public transportation. Lagi-lagi saya mencontohkan Seoul melalui Seoul Metropolitan Subway. Berapa tahun pemerintah Seoul mewujudkan kereta cepat bawah tanah yang kini terkoneksi ke semua titik di Seoul bahkan luar kota Seoul? Pembangunan bertahap dimulai pada tahun 1974, jadi hampir 40 tahun. Ketika subway mulai benar-benar beroperasi, pemerintah menciptakan regulasi lain berupa pajak yang tinggi bagi pemilik kendaraan peribadi, selain itu tarif yang lebih tinggi untuk angkutan umum seperti bus dan taksi. Tujuannya, untuk menekan polusi dan orang benar-benar memanfaatkan subway yang eco-friendly.

Tapi, jika Seoul terlalu muluk, Surabaya bisa meniru public transportation busway yang dibangun pemprov DKI. Kalau public transportation nya nyaman, org akan malas berkendaraan pribadi. Maka pemerintah tidak perlu pusing membangun jalan tol di atas sungai Kalimas demi mengantisipasi ledakan jumlah kendaraan bermotor. Pertumbuhan jumlah penduduk tidak berbanding secara linier dengan pertumbuhan jalan, jadi setidaknya ada langkah prioritas yang ke depannya bisa menciptakan efek yang lebih membangun. (See the picture of Cheonggyecheon in my instagram)

Wednesday, June 19, 2013

I call it fate : Russia and Korea ~ Россией и Кореей

Saya tidak begitu paham jika Rusia dan Korea ternyata memiliki sejarah yang sangat dekat, hingga saya datang ke Seoul. There are many Russian here. Yes, Russian and also Uni Eurasian like Kazakhstan, Tajikistan, Uzbekistan, Kyrgyzstan, Turmenistan, Ukraine, etc. Itu sebabnya saya bengong ketika berjalan2 di kawasan Itaewon tiba2 melihat papan yang besar sekali bertulis RIO - Russian Club. Dalam benak saya, tentu club alias pub itu bukan sembarang club. Bagi org asing seperti saya, mengapa orang Rusia demikian pede mendirikan bisnis ini dg menuliskan papan identitasnya yang segede gaban di Seoul. Mengapa bukan Brazilian Club atau Mexican Club atau London Club atau daerah lain secara random. Why Russian? That's all I ask at that time. See the board's pub here

Maybe I can call it fate, because months ago before I go to Seoul I learned a lot about cyrillic (Russian alphabet) and hangul (Korean alphabet) ~ the only foreign language I've learn beside English. Why cyrillic? Because I have friends from Russia, they can speak English but would prefer Russian. But sadly they didn't tell me about their close history with Korean at all. Why hangul? Because I'm interested with K-Drama and K-Pop, and of course I think hangul is sexier and easier than hiragana/katakana/kanji (Japanese alphabet) or even Chinese guo yi or sinogram. Yet I didn't know about their (Russia-Korea) close history.

Back again about Russia-Korea, a freelance journalist from Rusia who lived in Seoul, Lidia Okorokova said that the closeness of Rusia to Korea is not something new. Meski populasi mereka kecil, namun gelombang migrasi orang Rusia ke negeri ginseng ini tak bisa dibendung. Moyang mereka (suku Tatar dan Pole, Rusia) banyak yang bermigrasi ke Korea melalui Korea Utara, demikian sebaliknya suku Koryo Korea juga ramai2 bermigrasi ke Rusia di pengujung abad 19. Rusia dan Korea hanya terpisah gunung dan sungai kecil bernama Tumen dan batasnya ditandai oleh Danau Khasan di wilayah perbatasan Korea Utara, tepatnya membelah provinsi Yanggang dan Hamgyong Utara.

Saat ini, daerah di Seoul yang banyak dihuni oleh org Rusia dan Uni Eurasia adalah distrik Jung (Jung-gu) atau istilahnya kecamatan Jung. Ada banyak restoran Rusia dan perkantoran orang Rusia disini. Tapi, letak Rio Russian Club yg tadi saya sebut berada di distrik Yongsan ~ dimana di dalamnya berdiri sebuah kawasan komersial bernama Itaewon. Uniknya, di kawasan Itaewon ini (tak jauh dari Russian Club) berdiri sebuah masjid terbesar Seoul yg kesohor dg nama Masjid Itaewon. Disinilah juga berdiri sebuah perkampungan org Timur Tengah. Mereka tak hanya mendirikan masjid, tapi membuka toko, restoran dan bisnis lainnya. Jika di kawasan Jung dijuluki "The Little Russia" maka di Itaewon dijuluki "The Little Arabic". Saya sendiri tinggalnya agak jauh, di kawasan Mapo-gu atau kecamatan Mapo.

Saya jadi semakin mengerti mengapa beberapa orang Korea yang saya kenal memilih daerah Rusia dan Uni Eurasia sbg tempat pertukaran pelajar, study ttg apapun hingga berwisata biasa. Banyak juga mahasiswa Rusia/Uni Eurasia yg belajar di Seoul. Seorang penginjil asli Korea mengaku pada saya bahwa ia baru saja pulang studi keinjilan di Kyrgyzstan selama beberapa minggu. Kyrgyzstan? Daerah kecil, minus, dikepung perbukitan dan pegunungan? Apa yang dicari disana? Okelah, penyebaran agama biasanya memang di pelosok2, tapi apa alasan memilih tempat itu? Tak sedikit pula bule Rusia/Uni Eurasia yg menikah dg org Korea. Hasilnya, anak2 mereka bisa di-leverage jadi  artis, hehehe.. Sebelumnya jika saya heran mengapa ada banyak keterkaitan antara Rusia dan Korea yang secara faktual ras mereka sama sekali berbeda, now I've got the answer.

Tuesday, June 18, 2013

Bandara ~ 공항 ~ Airport

Perhatikan kalimat yg biasa qt dengar di dlm penerbangan menuju kota2 di Tanah Air ini :

"Penumpang yang terhormat, sebentar lagi kita akan mendarat di bandara internasional Juanda Sidoarjo Surabaya," ujar co-pilot AirAsia kepada para penumpang.

"Penumpang yang terhormat, sebentar lagi kita akan mendarat di bandara internasional Soekarno-Hatta Jakarta," ujar pilot Garuda Indonesia kepada para penumpang.

Ada yang aneh? Kalimat pertama, Sidoarjo bukanlah Surabaya. Bukankah seharusnya kata Sidoarjo diikuti dengan Jawa Timur? Kalimat kedua, bandara Soekarno-Hatta bukan di Jakarta melainkan di kota Tangerang, Banten atau 20 km ke arah barat kota Jakarta.

Kalau di tiket penerbangan, kode bandara Sokarno-Hatta tertulis CKG (Cengkareng) karena lokasinya memang di daerah Cengkareng. Nama ini lebih aman daripada kode penerbangan untuk bandara Juanda yang tertulis SUB (Surabaya). Pemkab Sidoarjo yang merasa memiliki lahan, protes bukan main. Memang untuk memudahkan orang asing, penyebutan Surabaya lebih pas. Namun karena secara administratif lokasinya di Kabupaten Sidoarjo maka mrk pun merasa ingin diciprati identitas kebandaraan ini.

"Ladies and gentlemen, we'll be landing shortly at Incheon International Airport South Korea..." (without Seoul identity as the capital of S.Korea). Incheon International Airport memiliki kode ICN karena lokasinya memang di kota Incheon yang berjarak sekitar 50 km ke arah barat kota Seoul. Bandara ini merupakan bandara terbesar dari 9 bandara internasional di Korea Selatan. Don Mueang International Airport memiliki kode dalam tiket penerbangan DMK, sebab berada di kawasan Don Mueang kota Bangkok, Thailand.

Saya tidak tahu siapa yg berwenang menentukan sebuah kode untuk bandara, termasuk bandara Juanda. Apakah PT Angkasa Pura (Persero)? Memang agak susah jika mengubah kode SUB menjadi SDA, tapi bukankah sejak bandara ini berdiri pada 1964 dan ditetapkan sebagai bandara internasional pada 24 Desember 1990 lokasinya secara administratif tdk pernah berubah? Ataukah dulu ketika memutuskan kode tsb ada semacam krisis identitas kewilayahan?

My Birthday Wishes

What makes these 2 years b'day special.. June 18th 2012 I didn't realize that I gave me gifts in my b'day until my sister sent me message on my blackberry messanger. I was too busy last year so I didn't even realized about b'day. I bought my iPad, Bold 9900, and a beautiful clutch. I swear I didn't mean it for my b'day.

This year b'day, I just give me gifts named trip to Korea, I paid my Hangul short course, I paid my master college tuition fee myself, and this early August I'll start my 1st semester. For me, it's well worth what I'm paying for and this is something amazing because I use my own money (not my parent's) to finance myself and everything I want 아직 서른. 

It is alright if I don't have yet a serious man to be my boyfriend or husband, it is alright if I can't even buy me a house and luxury car, if I haven't even had a steady job after leaving my previous job.. I'm still happy. I have my Lord, family and friends who love me much. That's more than enough.

Thank you God for giving me another year of life. Thank you for all the people who remembered me today by sending good wishes personally. Thank you for my family who never fails to show some love and care to me. I love you mom, dad, sisters - thx God for their existence and health. Thx God for the gift of new life, new hope, new experience. 

I think, this is the first time ever I really live my own life as I want. Once again, 신 감사

Monday, June 17, 2013

TKI look alike

Bertubuh 155 cm (tanpa jilbab), wajah dan penampilan pas2an, berkulit Melayu jika bepergian ke negeri tujuan TKI pasti bakal sering dikira TKI. Jika sebelumnya ane ngalamin di-"TKI"-kan pas umroh di Saudi, kali ini waktu negok teman di Suwon sekalian cari short course Hangul di Seoul.

* Namsan Seoul Tower (남산 서울 타워) ~ Setelah capek berjalan kaki dari Myeongdong ke Namsan Tower, tibalah kami mengikuti antrean utk naik lift yg akan mengantar wisatawan ke titik cable car. Tiba2 di blkg kami terdengar suara dua orang pria sedang bercakap2 medok Jawa Tengahan. "Nang kene suwe tapi ra dong bosoe wong kene. Mrene bolak-balik yo ra dong wae. Mbuh kae ngomong opo to," kata dia ("Tinggal disni lama tapi tetep aja ngga ngerti bahasa orang sini, sering kesini - Namsan jg tetep ngga ngerti bahasanya. Ngga tau mereka ngomong apa"). Setelah menoleh ke arahnya, dandanan pria tersebut agaknya sdh mengikuti style pria gaul Korea. Yg satu mengenakan topi yg mirip topinya "Pak Tino Sidin" dipadu kemeja lengan pjg dilipat pendek dan celana selutut plus sepatu sneakers. Satunya lagi pake kaos ketat, syal (wait, wool scarf? hello, this is summer bro), dandanan rambut emo, celana jeans panjang, tas selempang samping dan sepatu merek Tom yg lg musim banget dimana-mana sekarang. Obrolan pun dibuka :
"Jawa ya mas? Darimana?"
"Oh, iya Semarang mbak. Mbaknya?"
"Ouw, Semarang."
"Kerja dimana mbak? Seoul juga?"
"Ngngngng... Ngga mas, main aja."
"Serius mbak? Wah enak ya cuma main aja bisa sampe Seoul."
"Ya kan masnya enak jg kerja disini bayaran gede"
(obrolan terhenti krn terpisah, saking banyaknya wisatawan yg hendak masuk cable car)

* Myeongdong (명동) ~ Berkali-kali qt mengunjungi kawasan ini. Myeongdong adalah satu dari 9 commercial district di Seoul yang berisi produk2 dengan harga mid-high. Ngga ada yg dibeli sih akhirnya, cuma liat2 aja, yg sering kebeli malah street food-nya. Kentang ukir segitu doank tertulis di papan seharga ₩3000 (Rp 27.000), jajan pasar tteokbokki seporsi kecil juga ₩3000. It's oke, beginilah sensasi kuliner di negara maju. Tibalah qt menyusuri gang-gang kecil nyari resto2 murah buat makan malem. Ketemu ama pria beruban ama istrinya di depan sebuah pintu resto yg sama. Sosoknya tinggi besar, pas banget jadi pejabat. Kayaknya sih masih keturunan Chinese soalnya agak sipit dan agak putih. Ia mengenakan kemeja lengan panjang dipadu celana katun, istrinya berpakaian rapi layaknya ibu2 pejabat, pake topi wol layaknya 아줌마 (ahjumma) cuma ngga pake high heels.
"Cari yang murah aja, sebab di daerah sini kayaknya mahal2," kata dia tiba2 membuka obrolan di sebelahku.
"Oh, iya pak. Tapi rata2 ya ₩6000 seporsi," kataku tersenyum.
"Kerja disini dik? dimana?" tanya dia.
"Oh, nggak pak. Main aja," ujar temenku.
"Main? Asalnya darimana emang?"
"Ngngng... Yang ini Jakarta, yang ini Surabaya."
"Saya juga Surabaya loh, emang situ kerjanya di Surabaya mana?"
"Kawasan Ahmad Yani," kata temanku.
"Bener daerah Ahmad Yani? Saya punya rumah di daerah Wonokromo," kata si bapak.
"Bener gimana maksudnya pak?" (agak aneh mendengar kalimat "bener" disertai tanda tanya yang menyiratkan kurang percaya). Tiba2 istrinya menyela obrolan "Bapak ini lahirnya di Semarang, tinggal di Surabaya, kerja di Jakarta." Mereka lalu ngobrol sendiri soal menu dan pergi meninggalkan kami, sementara kami juga berdiskusi menu dan memilih utk tdk memasuki resto tsb).

Keki? Ngga juga sih, TKI kan sodara kita juga. Meski kdg org diskriminatif, toh ngga ada yang salah menjadi TKI. Ambil positifnya aja, gaji gede, bisa jalan2 ke luar negeri. Di Korea, ada lebih dari 36.000 TKI tahun 2012. Mereka terkonsentrasi di Seoul, Busan, dan Angsan. Paling banyak emang Busan. Sektornya, mulai manufaktur, perkebunan, dan perikanan. Jumlah TKI cewek emang jauh lebih sedikit dibandingkan yg cowok, dan hampir ngga ada yang jadi PRT (beda ama di Saudi).

Sunday, June 16, 2013

다이소 - Daiso

Bisa baca huruf Korea (hangul) aja ternyata ngga cukup untuk berkomunikasi langsung dengan Koreanese. Di sebuah supermarket di kawasan Hongdae (Hongik) Seoul, ceritanya pengen beli sarung tangan plastik buat cuci piring. Bukan berarti di Indo kaga ada, tapi setelah ngeliat di wastafel hostel kok jadi pengen beli. Bahan karet sarung tangannya bagus dan tebal, at least ngga gampang bocor kayak yang biasa kubeli di Carrefour Indo Rp 12.000-an itu (karetnya tipis dan panjangnya sebatas pergelangan tangan lebihan dikit). Kalau made in Korea, tebal, elastis dan panjangnya hingga siku, jadi cipratan air ngga gampang masuk ke jari.

Nama supermarketnya adalah 다이소 (Daiso), sebetulnya ini brand asal Jepang tapi cabangnya uda dimana2 termasuk di kawasan Hongdae. Setinggi 3 lantai di atas permukaan tanah plus 1 lantai underground, ngga keliatan banget kalau ni supermarket lengkapnya bukan main. Koleksi barangnya bikin kalap mpe bingung gmn bawa pulangnya di bagasi.

"Execuse me, do you speak English? Where can found rubber latex gloves? Can you show me?" tanyaku pada beberapa SPG Daiso. SPG-nya cuma menggeleng dan memanggil temannya. Kebetulan temannya itu sedang menata barang di rak dan mengenakan sarung tangan wol. Maka akupun menunjuk sarung tangan tsb dan pake bahasa isyarat memeragakan orang nyuci baju pake tangan. Dia pun memberi isyarat untuk naik ke lantai atas. Muter2 nyari ngga nemu, terpaksa tanya lagi ke petugas yang ngga bisa speak English. Dia pun mengacungkan jari telunjuk yg ane pikir adalah lantai 1, maka turunlah kembali dan mencari rak sarung tangan. Hasilnya tetep nihil.

Mana koneksi internet ngadat pula, jadinya susah loading ke google translate buat nyari apa'an sih bahasa koreanya latex gloves. Kembali tanya petugas yg udah agak senior dg menunjuk sarung tangan wol yang ia pakai lalu memeragakan cuci baju, maka ia lalu menyuruh sales boy utk mengantarku ke rak yang aq maksud. Lega deh. Eh, tapi dia malah membawaku ke rak sabun deterjen. "Aniya aniya (bukan), anindeo," ujarku sambil kembali memraktikkan org pake sarung tangan dan nyuci baju. Ia pun tersenyum mengangguk lalu mempersilahkanku mengikuti ke lantai underground. Nah, baru bener nih. "Kamsahabnida," ujarku membungkukkan badan. Ia pun membalas dengan membungkukkan badan dan memersilahkanku kembali berbelanja. Bener dah, kalap belinya, ni sarung tangan warnanya cantik2 and desain garisnya unik2. Di bagian belakang bungkusnya tertulis Made in Korea. Harga sepasang mulai ₩1000-3000 atau setara Rp 9.000-30.000. See the gloves here

Things I learned from Koreanese

Things I learned from Koreanese :

* Mereka suka banget berjalan cepat seperti orang terburu2, di jalan, subway, pasar, look like a rush (wajar karena mereka sangat menghargai waktu dan punya mental disiplin tinggi thdp waktu).

* They'd prefer walk and memanfaatkan public transportation bernama subway sebab naik taksi dan bus lebih mahal. Emang dibikin mahal karena polutannya tinggi. Subway adalahbyg paling murah meski dlm ukuran saya juga ngga murah klo dihitung dlm kurs rupiah (sbg ilustrasi, sekali jalan ₩1650-4750 tergantung jarak, ini setara dg Rp 15.000-43.000 ; currency exchange 1 won ke 1 rupiah di pasar dunia emang 8,3 tp faktanya pas qt beli di money changer harga ₩1 ngga pernah di bwh Rp 9.

* Saking crowded-nya suasana, ngga heran klo ketemu pasangan kemana-mana hand-in-hand. Mau muda, tua, paruh baya pasti gandengan tangan kalau di keramaian. "You have to stick together, because the street so crowded," a Korean friend told me.

* Ah, i c itu sebabnya ketika di dalam subway ada pasangan suami istri and dua anaknya yang ABG, suami-istri itu terus bergandengan sambil berdiri karena ngga kebagian seat. Tangan kirinya menggandeng istrinya, tangan kanannya sesekali memegang kepala anak gadisnya dan sesekali memegang pegangan besi di dalam subway. Si anak ceweknya itu lalu menggandeng adiknya yang cowok. Belum lagi, byk pria dewasa hingga paruh baya yg selalu menentengkan tas pasangannya. Disini saya belajar tentang keromantisan yg tak kenal usia.

* Soal romantisme, ngga lepas dari kissing. Bener deh disini lebih vulgar ketimbang Indo. Ane mah cuek aja, tapi baru nyadar aja meski di satu sisi Korea masih memegang adat ketimuran di sisi lain asimilasi budaya barat juga menonjol. Klo ngeliatnya di negaranya orang bule mah wajar. Parahnya lagi meski diliat orang, mereka cuek dan tetep aja lanjut kissing, hot pula. Pemandangan kek gini berkali-kali ane liat pas nunggu subway, di eskalator pasar, di dalam lift, di sepanjang aliran cheonggyecheon stream (klo ini mah wajar), di bioskop, di area walking street, tempat rekreasi. Jadi kebayang donk jumlah orgnya seberapa banyak. Wedeh, coba aja ane ke Korea ama pasangan. Asiik!

* Klo mau cari 오빠 ganteng yang mau nemenin ngobrol sukarela sebaiknya simpan aja impianmu, sebab 오빠 ganteng hanya mau ngajakin ngobrol when he gets drunk. Kejadian bener nih, ada tiga 오빠 keren yang ngikutin kita di jalan menuju subway station lalu salah satunya mabuk berat dan dia meracau bertanya sambil menepuk pundak saya "Hi, where are you from? Philipina? Hongkong? Taiwan?" Awalnya ngga ngeh, ngga noleh kirain siapa gitu yang diajak bicara, kok pake tanya dari Hongkong, Philipina, Taiwan, apa ngga liat kulit kita Malayan? Eh, setelah qt noleh woooo cakep juga. Maka dua orang temannya langsung menyeret tangan si 오빠 yang mabuk ini dan membungkukkan badan minta maaf. Sempat ane tanya "Are u from Hongkong?" Eh sambil teler dan jalannya nubruk sana-sini dia jwb "I'm original Korean. Original. Wanna go with me? Sorry I'm lil bit drunk."

* Jarang org2 kongko di atas jam 12 malem, kalaupun ada pasti hanya mereka yang punya mobil atau bersedia naik taksi. Why? Sebab subway paling malem rata-rata jam 23.00 jadi secara otomatis mereka akan pulang ke rumah maksimal saat kereta terakhir.

* Banyak orang bilang many Koreanese is racist. But I'm not really sure. Kejadian di subway, lagi2 sama 오빠 cakep heheh.. Ia masuk ama temannya yg ngga cakep, si ganteng ni pake kemeja pjg and celana pendek selutut (tren berbusana Koreanese saat ini) berdiri persis di hadapanku. Apalagi pas kereta ngerem dia nyaris nubruk ke arah ane. Entah apa yg mrk bicarakan tiba2 ia senyum2 ngga jelas ama temannya sambil mengamati ane yg utak-atik BB. Ada yg salah? Apa karena BB, bukan iPhone or Galaxy Note? Or was about my style? I was wearing hat, short skirt and tshirt, backpack, dengerin iPod, utak-atik BB. Was my hat seemed weird? But wait, it's summer and everybody wears hat. Whatever pas mereka turun eh si temannya msh noleh2 ke blkg dan ngeliat ke arah ane lalu berbisik ke si 오빠 ganteng itu dan mereka berdua ngakak bareng. Kira2 bakal tersinggung apa GR?

* Game addicted. Coba aja liat mereka yang bepergian sendiri pas di dalam subway, semua kecanduan game. Satu hal lagi, semua duduk berderet-derey pake smartphone touch screen. Aneh? Nggak siy, cuma beda aja ama di Indo yang masih menomorsatukan BB. Sempat beberapa kali ngintip mereka lagi ngapain sih kayak anak autis, eh ternyata nge-game kalau ngga ya kakaotalk-an ketawa-ketiwi ngga jelas. Jangan harap ada mereka yang buka twitter ato instagram, ngga beken disini.

* Porsi makan cewek2 Korea minta ampun banyaknya. Sumpah bikin melongo. Ini sering ane jumpai. Seorang cewek yang datang sendiri ke resto tidak cukup memesan sepiring makanan. Padahal untuk satu set Korean menu selalu dilengkapi appetizer berupa kimchi, belum lagi main course-nya yang porsinya segede gunung. Untuk main course pasti ada dua pilihan. Herannya, tubuh mereka tetap slim. Apa karena mereka sering jalan kaki? Hehehe..

* Budaya antre dimana-mana. Mau di eskalator, toilet, subway, airport, masuk bus, antrean tertib berderet memanjang ke blkg. Coba di Indo, jangankan masuk toilet, jalan kaki aja nyrondol. Kalau di Korea, org ketika jalan kaki dan menyerempet orang lain maka ia langsung buru2 membungkukkan badan dan kembali berjalan.

* Ngga salah jika Korea terkenal dengan plastic surgery. Banyak orang cantik and cakep seliweran di jalanan, hidungnya diplester, rahangnya diplester, dll. Bener sih wajah mereka palsu tapi jujur lebih sedep dipandang. Ngga heran banyak dijumpai iklan rumah sakit / klinik kecantikan/ klinik operasi plastik dimana-mana, termasuk di subway station. Harganya? Mereka bilang sih affordable. Untuk ukuran operasi calf reduction alias operasi pengecilan betis paling murah ₩1,4 juta atau setara Rp 12,5 juta. Operasi hidung mancung mulai ₩1,4 juta - ₩ 4 juta. Mau nyobain?

Saturday, June 15, 2013

a Night to Remember

Kadang, hidup lebih indah dg kejutan
How God always come with complete surprise
I hate the feeling when I'm thinking of u
and the feeling when I'm missing u
And yes, you for real
Who came to me like an eyes blink

I can't describe u clearly
Hanya satu tanda membekas
bernama kebaikan dan...
No. It's not the way I'm stalking on you
But I know your life is "complicated"
And still, u'd never give up
Apakah hidup akan berhenti hanya dg qt menyerah?
and your answer is always God
I like the way u said and describe who God is

Well, I'm not gonna say like a saint
Because it is hard for me to put act like a saint
We can never truly act like a saint
I have my Lord, so does you
But I like the way u understand it

There was a night to remember

PS : Thx u for being there

Age

Seorang teman berpesan, agar tetap merasa muda maka sering2lah berada diantara mereka yang berusia diatasmu. Sindrom ini menyergap manakala ia yang mengaku kini berusia 26 tahun dan telah menikah, padahal sebetulnya ia enggan menikah hanya karena dipaksa oleh orangtua mengingat usia pacarannya yg terlalu lama. Ia pun yakin menunda momongan agar tak tampak tua.

Ia pernah mengaku bahwa menikah membuatnya merasa tua, dan parahnya gurat wajahnya memang mengesankan tua. Maka langkah yg ia lakukan, kemanapun ia berada ia selalu membandingkan umur dan mengumumkan pada dunia bahwa umurnya "masih" 26 tahun. Jadi geli sendiri, memang ada yg salah dg angka 26? 27? 28? 29? 30? How poor you are! My younger sister 21 years old and never do such thing.

Hanya karena gurat wajah yg tua dg status menikah, ia jadi sering meyakinkan orang satu per satu bahwa ia masih muda dengan cara menyeret nama-nama orang yang usianya lebih tua darinya namun berpenampilan jauh lebih muda darinya. "Orang sering salah menilai usia," tegas dia. Tak pelak, sebagian teman merasa aneh dg perilakunya karena seringnya ia membuat lelucon dan mengaitkan segala isu dengan faktor usia.

Bagi saya pribadi, perilaku itu tidak aneh krn itu justru sebuah pantulan atau cermin atas ketidaknyamanan dirinya sendiri, bukan orang lain. Kebutuhan akan pengakuan tetap muda alias older syndrome. No need to worry of getting older, no need to act like a younger girl to make people know your age. Age is just a number. So just enjoy your age...

Some people, no matter how old they get, never lose their beauty - they merely move it from their faces into their hearts  ~ Martin Buxbaum

AirAsia not Air Asia

I don't think I will use AirAsia again for my long trip. It was my first experience use low cost carrier (LCC) airlines for my long trip, from Surabaya to Incheon Seoul (about 10 hours).

Pilih AirAsia it's oke, tapi tentu punya konsekuensi. Harus siap mengalami turbulensi dengan guncangan yang cukup keras (maklum pesawat murah) serta harus siap merasakan kejutan hard landing. Bandingkan jika naik pesawat full service carrier, pasti bakal smooth landing and turbulensi nyaris ngga kerasa.

Reserve tiket via online tanpa bagasi and meal juga it's oke karena (mungkin) budget cekak, tp konsekuensinya jika beli langsung harganya akan lebih mahal. Bagi Anda yang ingin menyiasati bagasi saat bepergian jauh, saya punya sedikit tips.

1. Jika niat bepergian ke suatu negara pulangnya bakal beli barang dalam jumlah besar, it's better if you reserve the biggest baggage they offer include your online ticket. Why? Because the baggage price in check-in counter is pretty high. Bandingannya, tarif bagasi Sby-Incheon saat reservasi online sekitar Rp 200.000 (15kg), tapi saat beli bagasi di counter check-in internasional tarifnya 3 kali lipatnya.

2. Bagasi akan membengkak biasanya saat balik ke Indo, jadi pastikan membeli space kelebihan muatan saat rute pulangnya saja.

3. Jika males ribet dg bawaan banyak sejak berangkat, bawalah pakaian yang terbuat dari bahan yang tidak terlalu tebal. Untuk shampo, sabun cair, parfum dll bawalah dalam kemasan kecil-kecil. Pihak bandara di Indo memberlakukan aturan, maksimal untuk cairan seperti shampo, lotion, sabun cair, parfum tidak lebih dari 50 ml per item. Klo bandara internasional ditoleransi hingga 100 ml per item. Mineral water tetap tdk diperbolehkan kecuali membawa botolnya yang sudah kosong.

4. Tak ada salahnya sebelum sampai bandara (ketika di rumah atau penginapan) terlebih dulu menimbang berat barang bawaan Anda ~ jiika memang ada timbangan.

5. Untuk mendapatkan cabin bag tag atau semacam kitiran alias tali kertas bertulis "baggage approval," AirAsia memberlakukan aturan yang cukup ketat. Masuk boarding, semua bawaan yg hendak diletakkan ke kabin pesawat harus ditimbang dan per orang hanya bisa membawa barang maksimal 7 kg. Di setiap bandara transit setiap barang bawaan tersebut juga akan ditibang kembali.

6. Kecuali jika saat transit connecting flight Anda langsung boarding dan ngga keluar bandara maka proses penimbangan tsb tidak perlu dilakukan. Namun, apabila jarak ke penerbangan selanjutnya cukup jauh dan Anda berniat keluar bandara, maka saat masuk boarding kembali bersiaplah barang akan ditimbang lagi.

7. Hal ini juga yang saya alami ketika di bandara transit. Mengingat jarak ke penerbangan berikutnya sekitar 6 jam maka saya dan teman saya keluar dari ruang boarding untuk makan dan parahnya kembali membeli oleh2 di area bandara. Setelah balik ke tempat boarding mendekati jam boarding sempat dikejutkan dg sejumlah petugas yang sibuk melakukan penimbangan barang kembali. Saya tahu persis barang bawaan saya beratnya sudah melampaui 7 kg. Saya dan teman saya akhirnya menyiasati dg nyanggong org Indo agak jauh dari pintu masuk penimbangan. Kami menunggu setiap org berkulit Indo yg ngga bawa banyak barang dan meminta tolong padanya untuk membawa masuk salah satu tas saya. Lelah bertanya dan gagal pada 5 org, akhirnya berhasil pada org ke-6. Rombongan pria paruh baya yg rata2 hanya membawa tas pinggang, sasaran empuk utk kami mintai bantuan. Ah, ketiga tas saya seberat 9,5 kg akhirnya berhasil masuk kabin pesawat. Jujur saja aksi kucing2an ini bukan sesuatu yang disengaja sejak awal, ini terjadi karena the power of kepepet :)

Monday, June 3, 2013

What is Normal

Normal. Sebuah kata yang memiliki banyak definisi dari berbagai disiplin ilmu. Namun, banyak masyarakat yang hanya mendefinisikannya sebagai kebalikan dari abnormal. Is that? "Normal ya spt itu, yang wajar, spt org kebanyakan." Kalau ini adalah definisi normal berdasarkan perilaku.

Pembahasan definisi ini menyita 3 SKS. Saya sepakat dan menyimpulkan sendiri tiga pendekatan utk mendefinisikan normal, berdasarkan lingkungan operasional, lingkungan perilaku dan lingkungan perseptual. Behaviour can be normal for an individual (intrapersonal normality) when it is consistent with the most common behaviour for that person. Normal is also used to describe when someone's behaviour conforms to the most common behaviour in society (known as conforming to the norm).

Berdasarkan lingkungan operasional, sesuatu dikatakan normal karena terbentuk dari lingkungan geografi alias semesta. Normal berdasarkan perilaku adalah seperti contoh di atas (berdasarkan jumlah atau the most common behaviour) yang normal ya yang dilakukan banyak org, klo berperilaku spt segelintir org akan dikatakan nyeleneh, aneh, bahkan "gila." Jadi, mungkin beda tipis antara yang aneh dan yang gila. Normal secara perseptual melibatkan hal-hal yg bersifat persepsi rasional.

Kondisi normal di satu kelompok masyarakat tidak bisa digeneralisasi sebagai kenormalan pada kelompok masyarakat yang lain. Terkadang, kelompok2 kecil dlm masyarakat dengan mudahnya mengkonstruksi definisi normal dan tidak normal sekehendak mereka sendiri dan aturan itu seolah-olah wajib berlaku bagi anggota kelompok kecilnya tsb. Sesuatu yang oleh kelompok masyarakat lain atau di belahan dunia lain dipandang normal, besar kemungkinan menjadi hal yang abnormal bagi sekelompok masyarakat lain.

Jika Anda kebetulan mengalami hal tersebut, terjepit dalam kondisi yang dipandang abnormal sementara Anda merasa baik2 saja, apa yang akan Anda lakukan? Berpikir utk tinggal di kelompok masyarakat lain yang menerima perilaku Anda sebagai sesuatu yang normal? Tetap tinggal dan mengubah perillaku Anda 180° seperti kebanyakan org dlm kelompok dimana Anda tinggal? Atau membuktikan pada mereka bahwa perilaku Anda sejatinya bukanlah sesuatu yang abnormal, hanya saja mereka yang butuh waktu lama memahami dan mereka belum menemukan definisi yg tepat? Tidak, saya tidak sedang membicarakan tentang orientasi seksual melainkan sebuah keadaan normal atau abnormal bilamana seseorang dipandang stres (tertekan) atau tidak stres.

Dalam konteks ini, stres cenderung membuat org membabibuta dalam kurun waktu tertentu sehingga membuat keadaan di sekitarnya semakin kacau. Tidak stres didefinisikan sbg kondisi yg stabil dan tdk membuat kekacauan keadaan di sekitarnya, mampu menjalani peran2 yg jamak dijalani org kebanyakan. Sekelompok kecil dlm masyarakat bisa saja salah mengkonstruksikan  kondisi abnormal atau stres pada seseorang yg di kelompok lain dipandang normal.

All we need to know is, the diversity is good. Manusia terlahir dg keunikan masing-masing. Mereka punya cara tersendiri menemukan jalan keluar permasalahannya, mereka butuh waktu yang tidak sama utk menuju kesana. Once again, don't rush to judge. This is how we're understanding human behaviour.

Thx to my lecturer Mr 윳숩  굴니아완