Friday, March 18, 2016

Kantong Plastik (harus) Berbayar

Perilaku konsumen emang unik. Belanjanya di mana, kantong plastiknya merk apa. Ini gegara regulasi baru dari KLH dan Aprindo soal kantong plastik berbayar. Jangan dikira meski "cuma" Rp 200 masyarakat bakal mau keluar duit utk itu setiap kali belanja. Banyak kok yang enggan, termasuk saya. Itu sebabnya saya percaya, regulasi ini bakal berimbas menekan peredaran sampah plastik meski cuma 3 bulan.

Keluhan dari teman2 di toko, banyak konsumen asal bawa kantong plastik dari rumah. Ini membuat mereka risih melihatnya. Belanja ke Alfamart, tas kreseknya pake Indomaret. Belanja ke Indomaret, bawa tas kresek Giant. Belanja ke Matahari bawa tas kreseknya Alfamart. Ya, suka-suka konsumen layaw...

Sebelum regulasi ini diberlakukan, ritel besar spt Matahari melarang konsumen keluar toko jika tak pakai tak kresek Matahari pasca berbelanja. Kini, bebas. Ini pengalaman pribadi, kebetulan saya termasuk konsumen yg ogah beli tas kresek klo belanja. Jadi uda siap 3 lembar di dalam tas. Dilipat rapi, segitiga. Belanja di Matahari, kantong plastiknya Alfamart

Banyak konsumen mencibir regulasi ini. Kenapa ritel ngga bikin kantong belanja dari kertas aja? Ato perbanyak menjual kantong kain dari bahan yg reusable? Ato menutup pabrik pembuat kantong plastik sekalian? Ato meniadakan kemasan plastik yg dipakai para produsen consumer goods? Ato menyisir pemakaian kantong plastik di pasar tradisional? Beragam opini bermunculan.

Namun kebijakan ini tak seharusnya disikapi skeptis. Semangatnya kan mengurangi limbah plastik, implementasinya bisa beragam. Mulailah dari hal yg terkecil. Mengubah habit diri sendiri, setidaknya ketika belanja bawalah kantong belanja sendiri. Daripada berteriak ada kasus besar di seberang lautan, hal2 kecil di depan mata selesaikan dulu.

Jika program kantong berbayar di dunia ritel ini dianggap berhasil, jangka panjangnya tentu akan berimbas pada dunia usaha lainnya. Namun tolok ukur keberhasilannya memang belum ada kepastian. Yang pasti, untuk mengurangi limbah plastik memang tidak bisa secara simultan menutup pabrik pembuat kantong plastik. Itu bukan solusi yang efektif.

Mengapa ritel modern, bukan ritel tradisional? Konsumen ritel sangat banyak. Penggunaan kantong plastik di ritel modern juga luar biasa, namun sangat terukur dan bisa dievaluasi ke depannya sejauh mana dampak implementasi kantong plastik berbayar. Apa benar regulasi itu berdampak terhadap menurunnya peredaran kantong plastik? Klo di ritel tradisional gimana coba? Contohnya pedagang sayur beli kantong plastik tiap hari aja ngga tentu jumlah lembarnya. Konsumen mereka siapa? Kalau dibebani Rp 200 pasti langsung teriak. Beda dg ritel modern.

Lalu, kalau di pasar tradisional mau bawa belanjaan basah spt ikan, udang, tahu gimana ngebawanya? Kebayang ngga klo plastik benar2 ditiadakan, kemasan pengganti jenis apa yg tahan air?

Apapun kebijakan pemerintah, pasti punya tujuan jangka panjang yang positif. Hanya saja, banyak org ngga pagam tapi comment seenaknya. "Itu kebijakan keblinger, tuh lihat kemasan minyak goreng yg plastiknya tebel, kemasan mi instan, sabun cuci, knapa ngga dilarang?"
"Tutup aja pabrik plastiknya sekalian, bukan malah membebani konsumen"
"Tuh bungkus sayuran di pasar tradisional semuanya plastik dan gratis, kenapa dibiarkan?"

Kebijakan ini trial 3 bulan evaluasi. Jadi tuntutannya ngga usa muluk-muluk dulu. Dilihat saja sejauh mana setelah 3 bulan nanti. Yuk, dukung program kantong plastik berbayar di ritel modern ^^