Sunday, December 28, 2014

dungu

kamu tak ubahnya dia dan dia
pengkhianat sepi
yang menjanjikan riuh
tak sederhana
lalu tertawa berlalu
sambil mengemis maaf

entah bagaimana 
Tuhan sanggup menciptakan manusia keji
sepertimu
hanya kini tersisa
seribu tanya mengapa saya
yang tak secuil punya hati
menikam karib tanpa jerit

dungu menengadah

Thursday, October 30, 2014

Saldo Tabungan

Bahagia itu ketika melihat saldo tabungan yang tergerus, tiba2 buka SMS yang belum sempat kebaca berjam-jam isinya :

"Dek, aku lupa bilang klo habis transfer ke rekeningmu. Ada sedikit rejeki dari hasil jualan aspal buat beli kertas untuk ngeprin penelitianmu. Mungkin kamu pembuka pintu rizkiku. Kemarin pas habis ngasi kamu, aku langsung dapat order berlipat2. Pengen ngasi lagi. Bantu doa ya, semoga kita sama2 dilancarkan Allah."

Yaa Allah.. Subhanallah. Kakak bukanlah siapa2ku. Saudara bukan, teman bukan, tetangga bukan. Dia hanyalah wanita yg kukenal ketika kami sama2 umroh. Dia yang tiba2 terketuk hatinya. Dia yg memiliki kedekatan biasa saja denganku selama ini. Mungkinkah ini sama seperti beberapa tahun lalu (maaf tak bermaksud riya') ketika saya masih bekerja, saya pernah terketuk hati menjadi orangtua asuh anak SD yang tak kukenal. Niat waktu itu hanya menyisihkan rizki yg kemudian saya salurkan melalui BMH.

Ketika saya tak lagi bekerja, seakan2 Allah mengembalikannya. Jujur saya tidak pernah meminta kpd Allah bahwa apa yg telah saya berikan harus kembali. Tapi mengapa tujuannya sama? Untuk pendidikan. Semoga ini bisa menjadi pelajaran kita bersama, bahwa apapun yang kita lakukan akan dihitung oleh-Nya dan setiap jengkal kebaikan maupun kejahatan akan kembali dalam bentuk yg kurang lebih sama.


Wallahualambishshawab

Saturday, October 18, 2014

Celeb on TV


Seleb nikah disiarkan secara live on tv apa begitu berlebihan? Di Indonesia mungkin iya, tapi di beberapa negara lain sudah jamak. Saya bukan pendukung ide celeb wedding on tv, tapi saya juga tidak keberatan jika ada stasiun tv yang menyiarkan pernikahan seleb secara langsung (live). Termasuk ketika Raffi Ahmad-Nagita Slavina nikahan, saya cuma memantau pemberitaannya secara online tanpa melihat siaran tv. Berhubung acara2 di tv sejak lama mulai kehilangan daya tariknya maka saya lebih tertarik memanfaatkan kuota internet untuk mengakses segala informasi.

Raffi Ahmad-Nagita memang pasangan fenomenal, atau setidaknya mereka ingin menjadi pasangan fenomenal melalui upaya tersebut. Setelah Anang-Asyanti, Dude Herlino-Allysa, pasangan Raffi-Nagita tak mau kalah pernikahannya "harus" live on tv. Itu sah-sah saja. Dia seleb yg memiliki link demikian luas dan magnet yg luar biasa. Sehingga ada banyak pihak berkepentingan di dalamnya. Mulai dari perlengkapan gaun pengantin, wedding EO, honey moon, hotel utk resepsi, suvenir nikahan hingga pernak-pernik lainnya spt helikopter gratisan dll, ada berapa ratus "merek" berjalan dan ada berapa kepentingan yg merasa diuntungkan pada acara tersebut? Banyak pihak yg ingin unjuk gigi. Itulah seninya jadi orang beken. Jadi mengapa harus berpikir negatif?

Contoh sederhana, dulu ketika ada seorg teman wartawan menikah, ada banyak narasumber yang merasa berkepentingan sehingga berlomba-lomba utk "menyumbang." Meski tak seheboh Raffi-Nagita, tp teman saya itu cukup membuat saya berdecak kagum karena kepiawaiannya membuat link dg org2 berpengaruh. Ia pun dihujani sejumlah hadiah. Voucher gratis menginap utk honeymoon di hotel bintang 5 di Bali plus tiket pesawat PP, diskon tempat resepsi, diskon suvenir, gratis mobil sewa utk pengantin, pejabat2 penting yg memasukkan buwuhan dalam jumlah fantastis hingga sederet karangan bunga ucapan di depen gedung tempat resepsi pernikahan dari para pejabat penting.

Jujur bagi saya itu prestis. Disadari maupun tidak, kita tidak bisa iri atau memandang sebelah mata dengan "capaian" seseorang. Demikian halnya terhadap para seleb tsb. Itu duit kan duit mereka, rejeki juga rejeki mereka, klo tak suka melihat tayangan itu tinggal alihkan channel tv. Kecuali jika, pada saat yg bersamaan terjadi tragedi kemanusiaan yg luar biasa namun stasiun tv tsb lebih memilih menayangkan acara wedding itu secara live dg porsi yang tak berimbang. Kita boleh saja menghujat rame2 mempertanyakan fungsi media tsb sbg lembaga penyiar informasi.

Dari pemberitaan yg saya amati, ide live on tv sejujurnya bukan murni dari Raffi-Nagita. TransTV mengusulkan utk membeli tayangan tsb, di sisi lain TransTV ingin memberikan kado khusus pada Raffi sbg artis langganannya sehingga diberikan extend pada jam siarnya. Deal pastinya dalam rupiah saya kurang paham, namun acara itu jelas beda spt halnya acara Ahmad Dhani yg "menjual" anaknya di ANTV lewat Al El Dul dan Shafiya Putri Jamilah. Ada banyak nilai yang bisa kita petik dalam tayangan Raffi-Nagita tsb.

Bagi org awam, mgkn hal itu terasa berlebihan, sama berlebihannya ketika mengetahui SBY mantu Agus-Annisa memberikan suvenir uang Rp 200.000 (dikreasikan dg cantik) pada seluruh undangan, atau ketika sekretaris MA mantu dg memberikan suvenir berupa iPod (ditaksir seharga Rp 750.000) pada 2.5000 undangan, atau ketika Pak Ci (Ciputra) ulangtahun di Singapura dg mengundang ribuan tamu dg akomodasi ditanggung 100 persen dan tidurnya di Shangri-La Hotel, pulangnya semua dikasi suvenir emas lantakan (25 gram). Itulah potret sosialita negeri ini. Rupiah yg dibelanjakan berbanding lurus dg penghargaan mereka terhadap momen tersebut.

Wednesday, October 8, 2014

Desember, can you wait any longer?

Sepertinya jalan di depan sana terjal, Tuhan
Bekalku mungkin saja tak cukup
Ketika aku ingin tetap memberi dg segala keterbatasan ini
Namun, bolehkah saya tetap berharap
pada keajaiban-Mu yang menjadi satu2nya pengubah segalanya
Pun ketika digit di dalam buku semakin menyusut
Ingin kulari dari mimpi menyeramkan ini
Aku enggan tersadar, jika yang kutau
bahwa aku hanya bisa hidup sampai akhir tahun ini

Sunday, October 5, 2014

Surat Yusuf

111 Ayat-Mu terlantun ringan
Melintas di dua fajar-Mu
Di tiap lima waktuku
Lirih Kau berbisik
Pencarian harus kuakhiri
Yusufku telah kutemukan
Tepat di ayat 111
Aku berhenti
Sungguhpun lafadz-Mu Maha Dahsyat
Tak seharusnya kuragukan
Tapi, siapa Yusuf
Aku berpikir itu kamu
Jangan Tuhan
Aku tak ingin mengamini

Friday, September 5, 2014

Sore itu...

Sore itu entah mengapa saya ingin membeli rujak manis di kawasan penjual rujak manis Jl. Polisi Istimewa sepulang dari Sidoarjo. Ah ya, saya ingat punya langganan tetap. Sekalian silaturahmi sama bapak-ibu penjual rujak itu. Awal saya berlangganan pada org ini, si bapak itu baik banget sama pelanggannya. Sikapnya, kepasrahannya dalam mengais rizki, dan kebahagiaan2 kecil yg ia ciptakan bersama istrinya di tengah himpitan kota Surabaya, membuat saya tergugah. Mereka berasal dari Madiun, ngekos di daerah Kupang, anak mereka sudah pada menikah dan tdk tinggal serumah lagi.

Auranya saat berjualan terlihat ikhlas. Belum lagi ia selalu sholat tepat waktu. Hati saya trenyuh saat itu. Saya tahu ini krn saya sering beli di orang ini tanpa terlibat secara emosi. Hingga pd akhirnya ketika saya memiliki rejeki berupa goodie bag dari hasil liputan atau nasi kotak, saya selalu berikan padanya. Sedikit banyak akhirnya sering ngobrol. Lama setelah saya resign lebih dari setahun,ea tadi sore saya bersilaturahmi. Mereka kaget dan tersenyum berjalan ke arahku sambil menjabat tangan.

Ibu :     "Teng pundi mawon mbak, kok dangu mboten ketingal"
Saya : "Inggih buk, kulo sampun medal saking gawean sakniki sekolah"
Ibu :     "Oalah, bener pak," ujarnya berkata pada suaminya.
            "Tak rasani lo mbek pa'e, mbak sing biasae aweh-aweh kae opo pindah gawean yo pak"
Saya : "Jarang lewat mriki sakniki kulo, ngapunten"

Lalu saya membeli rujak manis dan kerupuk yg harganya semua Rp 12.000
Si bapak sambil mengupas buah, memberi rujak dalam porsi jumbo.
Tiba2 mereka menolak dibayar saat membungkus rujak itu.

Bapak : "Sampun mboten usah mbak, dibeto mawon"
Saya : "Loh pak, ampun ngoten to. Niki mpun niat kulo bayar kok. Kersane niki mboten usah jujul"

Setelah tarik menarik uang Rp 15.000, akhirnya saya ngotot tetap membayar dan mereka akhirnya tersenyum lagi.

"Matur nuwun mbak. Atos-atos nggih. Diparingi rejeki sing kathah," kata si bapak-ibu tersebut melambaikan tangan. "Monggo buk, pak."
Bahagia itu sederhana. Ketika qt melihat orang lain bahagia karena kita, ketika kita mendapat doa yang tulus dari orang lain.

Thursday, September 4, 2014

Keep on moving

Perjalanan hidup sering mengacaukan kita saat hendak mencapai sebuah tujuan besar. Ada banyak hal kita temui di tengah jalan, yang kita sangka itu juga menjadi tujuan penting kita lainnya. Lantas kita lupa apa tujuan yang sebenarnya. Hal yang kita sangka masalah besar, seringkali bahkan tidak penting terlintas dalam pikiran. Jika itu tak sebanding dengan tujuan besar yang kau korbankan, tinggalkan. Abaikan mereka yang tak lagi sejalan denganmu tanpa kau harus membenci. Apakah untuk menggapai mimpi, kita masih perlu persetujuan orang lain? Maka teruslah bergerak maju. Berjuanglah sendiri dan jangan menyerah...

Tuesday, September 2, 2014

Takdir yang sempurna

Wahai zat pembolak-hati, teguhkanlah jalan yg kupilih
Jagalah prasangka ini
Tunjukkan kami yg hitam agar terlihat hitam, yg putih terlihat putih
Jauhkan kami dari serigala berbulu domba
yg membalas ketulusan dg menghujam belati
yg tersenyum sambil menghunus pedang
Sesungguhnya, kami hanya ingin menjadi orang baik dg cara kami
Ketika tak ada lagi yg bisa kami harapkan
selain takdirMu yg sempurna

Sunday, August 31, 2014

IQ dan EQ

Banyak pria beranggapan jika semakin tinggi pendidikan wanita, semakin matang usianya, semakin ia susah diatur sebab ia cenderung keras kepala dan merasa lebih tahu. Artinya, jika kalimat ini dinegasikan maka wanita yg berpendidikan tidak terlalu tinggi dan masih berusia muda maka ia cenderung lebih bisa diatur? Apa memang begitu? Bagaimana dg pria? Subyektivitas saya mengatakan, anggapan itu tak sepenuhnya benar, baik terhadap wanita maupun pria. Sebab ada banyak faktor yg mendasari sifat seseorang.

Faktor keras kepala seseorang sering ada tak ada hubungannya dg faktor pendidikan dan usia. Wanita/pria berpendidikan rendah kebanyakan memang keras kepala (benar atau salah ini subyektivitas saya) tapi wanita/pria dg pendidikan tinggi juga tak sedikit yg berbuat semaunya sendiri. Soal hubungannya faktor usia? Saya punya dua ilustrasi menarik. Yang satu, seorang wanita yg kini berusia 50 tahun dan berpendidikan tinggi (S2) satunya lagi seorang pria berusia 25 tahun juga berpendidikan tinggi (S2). Keduanya sama2 susah diatur.

Di kantor lama saya, ada seorang wanita yg pernah menjadi atasan (bos) saya selama 2 tahun. Yang unik, sebelum kami akhirnya "berjalan" di rel yang sama (baca : bekerja di bidang yg sama) hubungan kami sangat baik. Namun ketika kami "berjalan" di rel yg sama, kerikil2 dlm perjalanan hubungan kami acapkali sering menjadi batu besar sehingga agak berat ketika disapu. Puncaknya, saya dan dia pernah berbulan2 tdk saling bicara. Yang saya lakukan hanya setor kewajiban lalu pulang, dan merancang tugas semau sendiri. Dia pun seringkali tdk memakai hasil garapan saya dan memilih memajang garapannya sendiri. Bagi saya, tdk masalah yang penting saya sudah gugur kewajiban. Bukan salah saya ketika nanti ditanya bos besar, saya bisa berkelit, selama ini saya sudah menyelesaikan tanggungjawab saya namun tidak dipakai. Hubungan kami up and down, dan ketika kami tak lagi "berjalan" di rel yg sama justru hubungan kembali membaik bahkan sampai saat ini.

Pernah suatu ketika, bos besar kami memanggilnya ke ruangan dan berkata padanya bahwa ia ibarat pasukan dalam barisan yg derap langkahnya tak pernah seirama. Memang tetap berada di dalam barisan, namun jalannya melenceng tak beraturan. Kadang tertinggal, kadang lebih cepat, kadang lebih ke kiri atau terlalu ke kanan. Irama itu ia ciptakan sendiri. Tak ada yang bisa mengatur agar derap langkahnya jangan terlalu ke kiri atau ke kanan atau jangan terlalu cepat. Kebenaran diri sendiri adalah harga mati. Mungkin itu prinsipnya. Sedangkan kami sebagai perusahaan besar memerlukan tim yang bekerja secara solid (team work). Tak perlu orang cerdas, tak perlu orang kaya, yang diperlukan adalah orang-orang yang mau diatur dan mau bekerjasama, orang-orang yang memiliki loyalitas tinggi.

Salah seorang pria teman kuliah saya menggambarkan, bahwa menjadi keras kepala tak harus berpendidikan tinggi dan berusia matang. Jiwanya yang keras terbentuk sejak kecil. Sebagai sulung dua bersaudara, ia sosok pekerja keras dan kerap memimpin organisasi. Ia pun tampil sebagai pribadi yang sangat percaya diri. Sering merasa benar dan kepentingannya adalah yg utama, jadi tak jarang ia berbuat semaunya. Jadi, semua org harus memakluminya? Ketika dia dilanda bad mood, tiba2 saja semua org kena imbasnya. Namun ketika org lain yg giliran bad mood lalu diolok2 tdk semestinya bad mood tanpa memberikan solusi atau sudi mendengarkan masalah org lain yg mjd penyebab bad mood. Agak payah memang, sama seperti bos wanita saya itu. Mood-nya up and down dlm waktu yg tak terduga. Emosinya dlm berkomunikasi juga sering tidak stabil. Ini acapkali ikut menyeret org lain mjd tidak stabil juga apabila orang itu tdk segera sadar bahwa sebetulnya auranya sedang diseret menjadi negatif oleh teman saya ini.

IQ dan EQ lebih sering tidak berbanding lurus. Orang yg cerdas secara IQ tak selalu cerdas mengendalikan emosi dalam berkomunikasi. Tulisan saya ini tak hendak menunjukkan jika saya telah berada pada tingkat kematangan IQ dan EQ tertinggi, namun untuk membuka pikiran saya sendiri bahwa listening skill itu perlu dipertajam. Saya perlu menata hati secara terus-menerus. Mendengar orang lain jauh lebih penting sebelum kita benar-benar ingin didengar dan dimengerti. Salam.

Saturday, August 30, 2014

Rival?

Dear you!

Sebenarnya dia tak cukup pantas kau sebut rival. She thinks that she's nobody. Dia hanyalah sosok wanita yg memiliki sedikit ambisi terhadap hal2 kecil dalam hidup (tidak termasuk hal yang kau sangkakan itu). Wanita itu hanya ingin lulus tepat waktu, bukan berlama-lama di bangku kuliah sepertimu yang sengaja menunda tesis hanya karena "belum siap." Tak ada yang perlu ditunda, sebab ia tak punya cukup banyak uang untuk membiayai kuliahnya. Menjadi org tak berduit, minimal harus rajin dan pandai agar tak menyusahkan diri sendiri. Sebab dunia pendidikan tak begitu ramah terhadap org2 yang tak berduit dan tak pandai. Begitu kata dia untuk memotivasi diri. Dia bukan tipe wanita yang menyusu di ketiak orangtuanya seperti halnya kamu. Dia sangat mandiri, bahkan sejak lulus SMA. Membiayai hidupnya sendiri dari hal terkecil sampai terbesar. Dia malu menodong SPP pada orangtuanya meski lebih dari mampu. Tahukah kau jika dia sangat mandiri, bahkan untuk urusan pergi ke toilet atau perpus, dia tidak memerlukan banyak pasukan sepertimu yang selalu merengek minta ditemani. Dia sangat percaya diri! Apapun yang terjadi meski pada akhirnya ada yg menilai salah, yang terpenting berani membawa diri dg cara yg wajar.

Setelah lulus, yang ia inginkan mendapat pekerjaan yang lebih mapan dari kemarin. Semacam pekerjaan yang boleh disebut pengabdian utk masyarakat luas, utk bangsa dan negara ini. Dulu, kata "pengabdian" terdengar lucu dan aneh bagi wanita ini. Tapi kini, itu menjadi salah satu tujuan besar dalam hidupnya. Sebab yang terpenting dari apa yang telah ia dapat selama ini adalah bagaimana ia harus memberi dg cara yang tepat pada orang2 yang tepat secara masif. Bukan perkara bagaimana menjadi mapan untuk diri sendiri. Ia berpikir jauh ke depan, bahwa belajar dan bekerja tak sekadar untuk diri sendiri, namun bagaimana ia harus memberi, memberi, dan memberi, dengan segenap apa yang ia miliki. Ia bisa tersenyum jika melihat orang lain tersenyum karenanya. Keinginan yang sederhana.

Bukan menjadi rival dalam percintaan dan studimu, yang tiba2 keesokannya kamu giat belajar demi memperoleh IPK yg sama utk merebut hati lelakimu. Sebab seperti itu juga yang dilakukan wanita itu terhadap lelakimu? Itu semua hanya prasangkamu. Demi Tuhan, wanita itu tak sehina apa yang ada di benakmu. Mungkin kamu salah orang dalam mencari rival. Apakah wanita itu sosok yang demikian hebat sehingga kau anggap sebagai ancaman bagi hidupmu? Apakah wanita itu sosok yang demikian bengis yang akan tega menikammu secara keji saat kau lengah? Sebaiknya cabut kembali kata2mu sebelum benar2 melukainya. Wanita itu selalu berpikir bahwa kau adalah teman baiknya (meski bukan sahabat), wanita itu selalu berpikir bahwa kata2mu manis dan masih lugu, wanita itu selalu merasa bersalah setiap kali ia bercanda dengan lelaki yang ternyata kau cintai dg sangat. Tak ada yang perlu diperebutkan. Tak ada yg perlu dipersaingkan. Biarkan semua mengalir seperti apa adanya saat ini. Kalau kau memang berpikir wanita itu layak jadi rivalmu, maka dia tak ingin bersaing denganmu, sebab dia berpikir tak ada istilah rival dalam percintaan dan studi, atau mungkin kamu bukan dianggap rival yang sebanding dengannya?

Friday, August 22, 2014

Pernah Istimewa

Hari yang super, kejutan yang sempurna
Pernikahan dan kelahiran anak
Dua lelaki di masa laluku
Di dunia yg telah berbeda
Lama tak terdengar gaungmu
Apa kabar kalian..
Tiba2 foto itu muncul tanpa sengaja
dari akun kawan dan email
Di hari yang sama ini
Tak ada lagi getir
Tak ada lagi rindu
Tak ada lagi kecewa
seperti ribut2 di masa lalu
yang lucu dan obsesif
Congratulation guys..
That's all I can say

DRM-MEI

Welcome Russia

Sejak serial kartun Masha and The Bear booming di ANTV, film2 Rusia jadi lebih welcome masuk ke layar kaca Tanah Air. Tentu saja film2 Rusia yang telah dialihsuarakan (dubbing) ke dalam bahasa Inggris. Si kecil Masha yang "nakal" memang telah mencuri hati pemirsa, termasuk saya. Ketawanya menggemaskan, ulahnya bikin orang ketawa. Meski ia ditampilkan sebagai anak berusia 3-4 tahun, namun sejatinya pengisi suara Masha saat film itu booming di negara asalnya (2011) dia telah berusia 10 tahun.

Entah kapan ANTV kali pertama menayangkan serial itu, yg pasti penayangannya baru tahun 2014 ini menggantikan serial kesayanganku si monyet cerdik "Curious George" pada jam yang sama. Bicara soal Rusia, saya pernah mempelajari huruf Cyrillic (Rusia) tahun lalu, hanya untuk berkomunikasi dengan teman Rusia saya. (Baca juga tulisan saya lainnya tentang Rusia) Agak rumit memang, namun grammar-nya masih jauh lebih susah Hangul (Korea). Entah ada motif apa tiba2 negara saya mulai welcome dg budaya Rusia melalui film2nya. Yang pasti, ada motif yang jauh lebih kompleks dari yg bisa kita bayangkan ketika sebuah budaya berhasil (diijinkan) masuk ke sebuah negara. Bisa jadi memang ada kepentingan2 tertentu antara pemilik stasiun televisi yang menayangkan film tersebut dg para pembuat kebijakan dari negara asal si pembawa budaya baru itu (baca : Bakrie dg Rusia).

Contoh ekstrem ketika Korea Selatan membombardir Indonesia dan negara2 lain dg budayanya yang terwakili melalui film/drama dan musik. Indonesia mengijinkan budaya Korsel diserap sebab memang ada kepentingan bilateral yang diarahkan pada kepentingan mutualisme dalam skala yang lebih kompleks. Sebetulnya saya tak terlalu peduli apapun kepentingan di balik itu mengingat saya tidak dikenai impact-nya langsung. Saya hanya mencoba menjadi penikmat film dan musik yang memiliki latar budaya berbeda.

Setelah Masha and The Bear, tiba-tiba GlobalTV malam ini juga menayangkan film Rusia lainnya. Black Lightning, agaknya versi lain Spider-Man milik AS. Mengapa GlobalTV? Stasiun televisi yang terafiliasi dengan HT, dan pada pilpres kemarin pemilik ANTV dan HT juga merapatkan barisan pada kandidat yang sama. Mungkin agak lebay mengaitkan kedua hal itu, tapi bisa jadi memang ada kepentingan yang sama yang menjadi benang merahnya. Who knows. Tapi sekali lagi, saya tak peduli apapun kepentingan itu. Saya hanya ingin mencermati dan membandingkan bagaimana teknologi perfilman Rusia yang bisa saya tangkap melalui kedua film tersebut (Masha and the Bear dan Black Lightning) dibandingkan dg teknologi perfilman AS yg selama ini lebih dominan di layar kaca.

Menurut saya, Rusia masih kalah dibandingkan AS dalam teknologi perfilman jika membandingkannya melalui dua film tersebut. Garapan Black Lightning (2009) pun sedikit kasar dibandingkan Spider-Man (2002). Akting pemain filmnya pun tak terlalu bagus. Sutradara film BL mungkin tak hendak menyamakan garapannya dg film SM yang diangkat dari Marvel Comics, namun secara garis besar inti ceritanya boleh dibilang sangat mirip. Mengangkat tokoh superhero, namun BL mengandalkan mobil terbangnya. Di dalamnya juga dibumbui kisah cinta dengan teman sekampus. Ada tokoh antagonis yang berusaha menandingi BL melalui rekayasa teknologi nano katalisator.  Kisah SM dan BL sama2 happy ending. Namun utk teknologi animasi Masha and the Bear menurut saya sudah bisa disejajarkan dengan sejumlah film kartun Hollywood. Ide ceritanya menarik, teknologi animasinya juga cantik. Then, welcome Rusia.. Добро пожаловать России :)

Friday, August 15, 2014

Flowers

Seperti lonceng
Terdengar bergerombol
datangnya riuh dari jauh
tertiup angin

Ia tulip
cantik dg kelopak putihnya
merekah di taman kecil
Melambai tertiup angin
Engkau petik setangkai
buatku

Persis setelah mawar kemarin
dengan kelopak merahnya
setangkai cantik merekah
Kau selipkan di antara buku
di sisi kananku
: Buat Ame

Wahai anggrekku...
Terima kasih telah ada di sisiku

Kamu

Kelak
Jika pintu takdir kita berbeda
tak ada lagi jalan untuk bersama
Sebaiknya saja pergilah jauh
dan jangan pernah kembali

Sebab terlalu pedih
melihat diri yg jauh terpuruk
Sendiri melipat kenangan
Menyapu butiran airmata
Melepas separuh hati ini
pergi berlalu

Kamu.
Ya. Mungkin itu...

Sunday, August 10, 2014

Celeb and reality show


Selebriti selalu punya cara unik menghimpun pundi-pundi rupiah dengan menjual namanya. Seperti yang dilakukan Ahmad Dhani. Setelah "menjual" aktivitas anaknya lewat acara "Al El Dul" kini giliran "menjual" nama anak dari hasil perkawinan bawah tanggannya dengan Mulan Jamilah dalam acara "Shafiyah Putri Jamilah" dengan pemeran utama Shafiyah Ahmad. Lucu memang, menggemaskan pula bocah berusia 3 tahun itu. Jujur saya baru tahu acara itu hari ini (Minggu 10/8/2014) jam 14.30 di ANTV. Sejak Jumat kemarin lupa mau liat edisi yang Sabtu. Setelah googling, ternyata acara reality show ini sudah tayang sejak 8 Juni dan tayang setiap Sabtu-Minggu 14.30-15.30 entah sampai berapa episode. Agak telat saya tahunya, mungkin karena sangat jarang nonton televisi. Baru nonton sekarang karena memang sedang libur kuliah.

Liat iklannya sekilas di ANTV ketika hari Jumat kemarin, tiba-tiba saya langsung tertarik dan mencatat di to-do-list dengan alarm agar tidak lupa. Mengapa acara itu menarik? Tayangan itu memang tidak penting, tapi menarik. Mengapa? Sebab, tokohnya adalah anak Ahmad Dhani yang selama ini "disembunyikan." Dalam hati saya berpikir, ANTV berani membeli acara itu berapa ratus juta ya. Aktivitas settingan seorang bocah yang tidak penting, bisa meraup duit ratusan juta. Masih ingat di benak saya, dulu ketika Mulan Jamilah hamil, Dhani bersumbar kalau media ingin tahu siapa ayah bayi yang dikandung Mulan maka harus bersedia membayar Rp 100 juta dan dia akan cerita panjang lebar. Entah gimana kelanjutan cerita ini, yang pasti semua ulahnya membuktikan betapa dia sangat percaya diri. Apapun informasi yg mengalir dari dirinya akan selalu bernilai uang dalam jumlah fantastis. Inilah hebatnya Ahmad Dhani.

Jujur saya bukan penggemar infotainment, tapi tak bisa dipungkiri klo ada banyak sisi menarik dari dunia infotainment yang bisa memancing rasa penasaran orang awam. Orang awam lebih sering kepo pada selebriti maupun tokoh penting. Ketika seseorang sering tampil di publik, seolah2 privacy mereka juga milik publik. Saya bukan penggemar infotainment, hanya pernah meliput bidang infotainment selama 2,5 tahun, kemudian saya meminta pada bos agar saya dipindah di bidang lain karena saya tidak tahan jika harus mengejar gosip yang tidak penting. Bagi saya, menangani halaman infotainment sulit menjadi cerdas, selain tiap hari kita harus memantau gosip atau kehidupan orang lain yang tidak penting. Secara tdk langsung saya "dipaksa" mengikuti ulah selebriti, mengejar sana-sini, telpon sana-sini, ngikutin aktivitasnya, kepo atas privacy orang lain. Bisnis ini memang bernilai uang bagi media massa. Nama selebriti bisa dijual di halaman depan kalau pandai memilih judul yang tepat. Ujung2nya, media memang menjual nama mereka. Tak heran jika selebriti menjadi jual mahal. Ya memang ada yang jual murah, tapi biasanya itu sebanding dengan kadar informasi yg ia sampaikan, menarik atau tidak.

Tuesday, August 5, 2014

Ayah

Ayah.. Tahukah kau ketika tanganmu gemetar memegang segala sesuatu yang selalu jatuh, dulu aku selalu marah. Ketika ayah berkali-kali menjatuhkan alas gelas sehingga air teh yang berasa manis selalu tercecer lalu aku membersihkan sambil menggerutu. Ketika ayah berkali-kali meneteskan kuah sayur di meja makan sehingga meja jadi belepotan, nasi tercecer kemana-mana, aku membersihkan sambil mengomel. Ketika ayah menuangkan biskuit kucing ke dalam wadah, selalu saja tercecer dan lagi2 aku membersihkannya sambil mengomel lelah. Ketika ayah terpeleset di kamar mandi aku berkata "Ayah kurang hati-hati. Kalo tubuh besar jatuh, aku nggak kuat ngangkat. Emang agak licin, belum sempat membersihkan soalnya aku capek. Jangan jatuh lah."

Ketika ayah tertimpa tangga portable sehingga jidat berdarah sewaktu membenahi kabel, aku berteriak dan menyalahkan "Ayah kenapa selalu bikin ulah sih! Selalu saja tidak mau berhati-hati sendiri." Aku selalu berteriak meski pada akhirnya membantu mengobati. Ketika lutut ayah berdarah tertusuk pensil yang runcing, aku hanya bisa berteriak dan menyalahkan lalu mengambilkan Betadine dan Hansaplast. Tetatp saja aku menggerutu.

Sore itu, ketika kita duduk menikmati secangkir teh dan pisang goreng sambil mengobrol, engkau lalu berkata. "Kalo ada temen ngobrol begini setiap hari rasanya senang. Nggak ada yang uring-uringan, nggak ada yang saling menyalahkan. Ayah sudah tua, nduk. Saraf tangan dan kaki sering tiba-tiba lemah. Apalagi kalo diabetesnya pas kambuh, habis minum obat penurun kadar gula pasti saraf-sarafnya langsung lemah. Pengennya ya tetep aktivitas nggak cuma ngobrol sama ibu. Masih pengen dengar cerita-cerita lucu dari anak-anakku," kata ayah. Mataku langsung berair. Aku hanya tertunduk. Ayah, maafkan aku.. Tiba-tiba aku menangis memeluk ayah.

Aku ingat ketika kecil dulu, aku sering menumpahkan air dan makanan, lalu ayah tertawa sambil mengepel lantai. Ketika aku sering mencoret-coret dinding lalu ayah mengecat ulang. Ketika kaki kiriku masuk ke panci berisi air panas, ayah dan ibu langsung membawaku ke dokter. Ketika aku membuat berantakan mainan yang sudah disusun rapi, ayah menyusunnya ulang. Ketika aku banyak bertanya, ayah selalu menjawab. Ketika aku kesepian ingin bermain, ayah selalu mengajak ke taman bermain dekat rumah setiap sabtu-minggu. Menggendongku di atas pundak dan membelikan es lolipop. Ayah.. Maafkan aku.. Berjuta kali aku menangis mohon ampun pada-Nya, aku tetap tak mengerti apa doa terbaik buatmu. Aku ingin ayah panjang umur dan tetap sehat, selalu sabar dan sayang keluarga.

Apapun perbedaan yang kita miliki saat ini, jangan jadikan itu sbg penghalang kasih sayang yang tulus. Engkau tetap ayahku yang hebat, yang tak tergantikan oleh apapun. Engkau tetap ayah yang aku cintai, yang kutembuskan doa melalui waqaf dua Quran di Masjidil Haram atas namamu dan ibu. Ustadku pernah bilang, doa anak yang berbeda agama dengan orangtuanya tidak akan didengar Allah. Tapi, aku lebih percaya jika doa dan ketulusan tak pernah mengenal agama. Tuhan mencintai perbedaan, dan pada akhirnya aku percaya jika hakim tertinggi yang menentukan apa yang baik, benar, buruk, salah adalah DIA. Ayah, seandainya engkau tahu, sewaktu umroh kemarin aku juga membelikanmu baju gamis Arab agar kelak entah kapan Allah membuka hatimu maka engkau bisa memakainya untuk ke masjid atau berlebaran atau sekadar sholat Jumat. Baju gamis panjang warna abu-abu yang masih kusimpan rapi di lemari hingga saat ini...

Wednesday, July 23, 2014

Selamat pada Presiden Baru Kami

Selamat atas terpilihnya presiden baru negeri ini : Jokowi-JK. Seperti kata bapak kemarin, takdir seseorang sudah digariskan termasuk ketika bapak menjadi walikota, gubernur, hingga presiden. Prestasi yang sangat luar biasa, dan amanah yang sungguh berat. Tapi kami percaya, Tuhan tak pernah salah memberi amanah. Ia datang di saat yang tepat dan mengerti apa yang kami butuhkan. Kepada bapak Prabowo-Hatta, terima kasih telah meramaikan pesta demokrasi ini. Terima kasih telah membuat kami semakin mengerti sosok pemimpin yang kami butuhkan saat ini.

Sebagai kandidat yang kalah dalam pemilu yang telah menjunjung tinggi azas jujur dan adil dalam demokrasi ini, agak berlebihan jika bapak mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi. Bukankah kekalahan itu sudah bisa diprediksi secara massal? Simpan saja uang bapak untuk beramal di bidang lain. Gugatan ke MK hanya akan menjadikan uang bapak semakin berdarah-darah.

Terima saja kekalahan dengan legowo. Tak perlu ngotot dengan rekapitulasi data kemenangan yang sumir. Bapak sebaiknya sadar jika kemenangan kemarin itu semu alias kemenangan ABS, asal bapak senang. Jelas saja lembaga survey yang dipilih memenangkan suara bapak, wong yang disurvey ngambil sampelnya itu di kantong-kantong yang notabene basis suara bapak. Mengapa demikian? Sebab bapak ngotot pilih lembaga survey yang bisa memenangkan suara bapak, apapun itu metode dan sampelnya.

Logikanya, apa iya lembaga survey yang kadung dibayar gede tiba-tiba menghasilkan suara di mana Prabowo-Hatta kalah tipis dengan Jokowi-JK? Yang ada hanya logika sungkanisme. Ya, pokoknya asal bapak senang, gimanapun metodenya, capcus ajalah. Hasilnya, jelas rekapitulasi abal-abal. Bapak lupa jika cara-cara semacam ini adalah cara generasi oldies seperti Orde Baru. Bapak lupa jika era telah berubah. Jika bapak sudi membuka mata, telinga, dan hati, saat ini adalah era di mana arus informasi mengalir demikian deras, era di mana generasi terdidik tak mudah tertipu akal bulus. Saya bisa menjamin jika keterbukaan semacam ini tak akan sanggup dibendung oleh kekuatan bernama uang.

Boleh saja bapak mengancam dan mengumpat akan menutup media massa yang bapak anggap tidak fair. Mengancam menggunakan kekuatan ekonomi di balik bapak. Sumpah saya ngeri menyaksikan tayangan beberapa video wawancara bapak tersebut. Di hadapan publik, bapak telah menunjukkan perangai yang sebenarnya. Perangai sisa-sisa Orde Baru yang menggunakan ancaman sebagai penakluk rakyat. Citra bapak di mata kami adalah sosok yang berpendidikan, pandai berbahasa Inggris, tegas dan keras. Namun, apa benar jika IQ ini merupakan satu-satunya tiket untuk menjadi pemimpin yang sukses? Rasanya, kami juga butuh pemimpin yang mengerti soal EQ. Pemimpin yang tidak terlalu cerdas berbahasa Inggris itu bukan persoalan besar, asalkan ia bisa merangkul orang-orang cerdas dan menggandeng mereka berjalan dalam satu ritme kepentingan yang sama, membangun SDM dan membangun negeri. Salam!

Tuesday, July 22, 2014

Fajar

Seperti malam dan fajar
yang datang beriringan
Seperti lentera dan mentari
menjadi penerang di waktu lain

Malam tak pernah tahu
fajar selalu menjadi penanda
hari baru masih ada
Fajar tak pernah tahu
malam selalu jadi penanda
jiwa yg lelah perlu bersandar

Seperti malam dan fajar
yang melengkapi hari
saling menandai waktu

Bukan kesengajaan
jika malam bertemu fajar
This isn't as simple as words
They are meant cross this path for a reason
to unify the universe

Tuesday, July 15, 2014

Merah Putih Kami

Semangatku tak pernah merah putih
di pesta demokrasi dulu dan dulu
Sampai ketika aku menemukan sosokmu
kemarin
Sosok yg membeli kepercayaan ini tanpa uang
Aku percaya kamu bisa
menjadi pemimpin bangsa yang amanah
Aamiin...

#JKW-JK

Saturday, June 7, 2014

Tuhan tidak sedang bercanda

Seperti neraka2kecil di dalam surga. Seperti simalakama, dimakan ibu mati, tdk dimakan bapak mati. Entah ini bencana atau sebuah keberuntungan. Mata ini tak lagi bisa melihat dg jernih. Membaca dg hati. Meraba dg halus. Mengamini segala yang baik. Sampai di titik mana kebaikan itu terhenti, seakan sedang tidak berpihak di sini. Semuanya jauh. Ketika nafas terengah-engah berjalan dan berpikir bahwa ujung jalan itu bukanlah tikungan. Ketika peluh hampir di tetes terakhir, tiba2 surga benar2 beranjak pergi. Apakah syukur ini harus tetap terucap?

Hidup ini menjadi aneh ketika kejutan yg datang tidak sempurna. Sempurna tak selalu bahagia, ia datang atas nama kebaikan dari Tuhan. Ia bukan keinginan manusia yg terdalam, bukan pula pencarian yg tiada henti, ia hanya sesuatu yg menamakan diri sebagai kebutuhan. Ah, biasanya Tuhan membisikkan sederet kata menjemput fajar, mengetuk pagi dg keajaiban, lalu menghembuskan badai di kala senja. Menghantarkan gemericik hujan dan sejumput petir. Lalu muncul pelangi. Untuk kebaikan manusia?

Sejenak terkesiap pesan Paulo Coelho, "If u only walk on sunny days, you'll never reach your destination." Hidup mjd sempurna ketika ada siang dan malam. Too much light burns us, while in the darkness we cannot see. But together we have shade. Hidup adalah tentang ketidakpastian. Kebaikan sejati tak pernah berpihak pada siapapun. Sebab ia bertindak atas nama kebaikan itu sendiri. Neraka malam dan surga pagi teach us that life always comes with complete surprise.

Sunday, May 18, 2014

Manusi A

Mengapa Tuhan menciptakan manusia yg demikian jahat sepertimu
Manusia yg tak mengerti makna kebaikan
Manusia yg mnempatkan diri terlalu tinggi
yang selalu bercermin pada kaca usang yg retak
Melupa sejarah, bersama pikir yg kaku penuh dendam

Ah, apakah agar hidup ini menjadi lebih lengkap?
Jika 1000 manusia sepertimu bertebaran

Hei! Luka masa lalumu silahkan kau kubur sendiri
Getirmu cukuplah kau telan sendiri
Bersama dosa yg hendak kau putihkan
Silahkan kau cari Tuhan sesukamu
Mohonkan ampun di waktu-waktu senggangmu
Lantas tak perlu merasa paling suci hari ini
hanya karena orang tak tahu masa lalumu

Tahukah kau, tak ada sebait kata yg akan menguap
Waktu akan menjadi saksi
di mana kau menelan semua ucapanmu sendiri

Saturday, March 22, 2014

Dermaga Baru

Tak ada yg akan berubah
Ketika hati sdh bulat berkata tidak
Sekarang dan selamanya
Kapal telah berganti haluan
Menuju dermaga
yang tak lagi sama
Dermaga lain
yang menanti kapal sandar
selama ini

"If we always see the sky when we walk,
we will never see the beauty of the flower on the grass"

Tuesday, March 18, 2014

Cirebon-Jerman

Percakapan dua orang pria paruh baya berikut membuat saya sungguh trenyuh. Bapak A punya 2 anak, yang satu telah bekerja dan menikah dg orang bule tinggal di Jerman dan satunya tinggal di lain kota. Bapak B punya 2 anak masih SD dan SMA.

A : Jangan bangga punya anak yg tinggal di luar negeri bergaji besar.
B : Kenapa pak? Anak dapat pekerjaan mapan kan harapan orangtua.
A : Kelihatannya begitu. Tapi jangan lupa, orangtua usianya semakin menua dan ia semakin kesepian. Di manapun orangtua berada, mereka ingin ketika sakit dan tutup usia didampingi anak2nya. Itu saja sudah bikin seneng.
B : Iya pak, tapi orangtua kan tidak bisa menentukan di mana dan sejauh mana rejeki anak2nya harus dikejar.
A : Contohnya saya pak, kemarin sakit sebulan di rumah sakit. Anak saya di Jerman hanya bisa nengok 4 hari. Dia libur seminggu buat perjalanan PP Jerman-Cirebon. Namanya kerja ikut orang di sana tidak bisa cuti lama. Memang gajinya lumayan, tapi saya malah sedih. Semakin jauh saya sama anak saya dan saya tdk bisa berbuat apa2.
B : Agak susah memang pak, di satu sisi orangtua jarang yg bisa ngasi pekerjaan layak buat anaknya kalau dia harus tinggal berdekatan. Kalau mau cari rejeki yang bagus tapi jauh, memang dilema.
A : Saya sudah sering sakit2an. Tapi hanya kemarin pas sakit parah baru ngabari. Kalo saya kangen bisanya juga cuma telpon. Ya memang ada kiriman uang setiap bulan, tapi ternyata rasanya beda kalo anak itu tinggalnya gampang dijangkau. Anak saya satunya, tinggal di Jakarta. Lumayan dekat daripada Jerman. Itu pun kalo ngabari sakit ngga bisa sewaktu-waktu. Saya sama istri kemana-mana. Untung ada tetangga dan teman buat ngusir sepi.

Cirebon, 27 Februari 2014

Kelas Reguler

Money can buy many things. Termasuk nilai. Jangankan di PTS, PTN pun iya. But they're smooth sailing. Begini ceritanya... "Nilai UAS kalian itu sudah saya tambah 10 semuanya," kata seorang profesor di tempat saya kuliah. Omaigat, itu pun nilai masih 59, ada lagi yang lebih parah 35. Lalu nilai sebenarnya berapa? Agak aneh model UAS-nya, pas ngerjain soal di kelas setelah 40 menit berlalu tiba-tiba petugas mengatakan bahwa UAS boleh take home. Loh? Boleh dikumpulkan seadanya, lalu selebihnya disempurnakan di rumah lalu jawaban diketik rapi dan dikumpulkan maxi minggu depannya lagi. Tapi ternyata ujung2nya yg dinilai adalah jawaban seadanya tsb. Mengapa? Sebab ancur semua tu nilai sekelas. Kok bisa ancur berjamaah? Ya, untung saja ada tambahan nilai UTS dan tugas jadi bisa mengatrol.

Pada jurusan yang sama, nilai di kelas reguler dg kelas beasiswa kominfo selalu lebih baik yg kelas reguler. Apa mahasiswa kls reguler lebih pintar dibandingkan mhs kelas kominfo? Saya ragu, sebab uanglah yg berbicara. Kami sebagai mahasiswa kelas reguler (yang membayar dg jalur uang pribadi alias nonbeasiswa) cenderung diperlakukan "istimewa". Terbukti nilai per mata kuliah juga lebih tinggi, hasilnya IPK kami pun lebih tinggi dibandingkan kelas sebelah di jurusan dan angkatan yang sama. Jangan2 memang karena kami brsedia bayar lebih? Ah, bapak.. Kata2 Anda menjadikan prestasi kami cacat akademik. Mengapa harus ada kata2 "sudah saya tambah 10" dan kalimat ini tdk dilobtarkan di kelas kominfo.

Tuesday, February 11, 2014

Sertifikasi Profesi

"Buat apa ada uji sertifikasi wartawan jika toh sertifikat itu tak bernilai secara materi? Kalo guru bolehlah ngotot memperjuangkan sertifikasi karena dampaknya signifikan terhadap kesejahteraan. Kalo wartawan dipaksa ikut uji sertifikasi atau uji kompetensi, urgensinya apa?" keluh seorang teman wartawan yang baru saja menjalani uji kompetensi wartawan Jawa Tengah dalam obrolan kami, Senin (10/2/2014).

Saya dulu belum sempat menjalani uji sertifikasi karena ide tentang pelaksanaan uji sertifikasi ini baru muncul 1-2 tahun belakangan dan saya keburu resign. Setiap media hanya bisa mengirimkan 3 org setiap gelombang ujian yang saat itu digelar oleh PWI (Persatuan Wartawan Indonesia). Jadi ya, pastilah yang senior duluan yang bisa ikut. Ujian ini dijadwalkan berlangsung setiap tahun. Tdk ada penunjukkan langsung. Sifatnya volunteer.

Entah siapa penyandang dana di balik penyelenggaraan uji sertifikasi ini. Tapi saya percaya, ini adalah sebuah proyek yang nilainya tidak kecil. Sebab skalanya nasional. Tujuan awal sertifikasi ini mgkn positif, ini mengingat wartawan adalah sebuah profesi dan untuk meningkatkan daya saing maka uji kompetensi ini diharapkan menjadi salah satu mekanismenya.

Lalu, apakah wartawan yang belum menjalani uji kompetensi maka kemampuannya di lapangan akan diragukan? Sistem uji kompetensi ini baru muncul, maka ia justru belum bisa diakui sebagai instrumen yang bisa menguji kemampuan wartawan di lapangan secara valid.

Saya sempat berincang dg teman2 yg telah melakukan uji kompetensi ini. Soal ujiannya cukup banyak, termasuk pertanyaan mengenai kode etik dan bagaimana melobi narasumber2 top di hadapan para asesor. Semakin banyak narasumber top yang bisa dihubungi dg tingkat kedekatan komunikasi yang semakin lancar di hadapan para asesor, maka nilai ujian semakin bagus.

Ada benarnya keluhan teman saya itu. Di tingkat wartawan, sertifikat itu hanya akan menjadi piagam pajangan. Beda dengan uji sertifikasi guru atau tenaga asuransi atau bankir. Sertifikasi profesi tersebut benar2 bisa bernilai uang. Entah mengapa profesi wartawan sedikit unik. Setinggi dan sebanyak apapun gelar, tidak bisa menjadi uang. Sebanyak apapun sertifikat, juga tidak akan mendatangkan uang. Sebanyak apapun narasumber top bisa kepegang tangan, malah menjadi ancaman mutasi. Sebanyak apapun tulisan menjuarai kompetisi, dibilang wajar, siapapun bisa, maka perusahaan tak perlu memberi reward. Gemar ikut teriak naikkan UMK buruh, tapi UMK diri mereka sendiri malah jalan di tempat dan tak berani bersuara. Di kelas media cetak, posisi wartawan justru paling diincar ketimbang posisi redaktur. Idealnya, statusnya naik kelas. Tapi ironisnya, pangkat jendral gaji kopral. Sebaliknya di posisi wartawan, pangkat kopral gaji jendral. Lucu memang. Tapi ini fakta.

Saya dulu tak berambisi ikut uji sertifikasi duluan, karena saya menduga bahwa sertifikat itu tidak akan berdampak apa2 terhadap tunjangan. Lha, orang kerja apa yang dicari kalo bukan uang? Cuma dapat pengalaman dan malah mengorbankan waktu kerja yang seharusnya bisa dipakai cari uang. Saya memilih bersikap rasional. Biar saja itu bagian dari proyek PWI, seperti halnya AJI (Aliansi Jurnalis Independen) ketika menggelar survey besar2an tentang kesejahteraan wartawan. Nilai proyek ini saya yakin juga tidak kecil, karena skalanya nasional. Pertanyaan dalam lembaran setebal itu buat apa? Ditanya berjam-jam, hasilnya juga tidak signifikan. Tidak sebanding dg waktu yang disita. Kalau saja survey AJI itu bisa mendorong perubahan kesejahteraan wartawan, ya saya mau jadi respondennya. Tapi saat itu saya tolak ketika tahu bahwa survey itu terlalu banyak tanya tapi tidak memberikan umpan balik apa-apa kecuali pemberitaan. That's it.

Jadi, saya tidak merasa rugi apapun tidak pernah mengikuti uji kompetensi wartawan. Kompetensi tidak bisa dinilai dari selembar sertifikat. Kemampuan seorang wartawan dalam menggali isu, memantau dan mengembangkan isu, memilih dan melobi narasumber yang kompeten, menuangkannya dalam tulisan yang terstruktur dan logis, ditentukan dari bagaimana ia berproses selama di lapangan. Publiklah yang akan menilai kemampuannya.

Monday, February 10, 2014

You

I like you
Doesn't mean I want to marry you
for now..
You conquered my heart
Doesn't mean I will surrender my life for you
It's just a feeling
I try to understand
It's just a feeling
That I take to make me happy
It came and then go
as soon as they sometimes will

Kamu dan ia

Jika kelak
Kamu dan ia
Hanya terselip di selintas waktu
bukan di akhir perjalanan
Ijinkan qt nikmati detik2 ini
Detik qt tertawa
menyunggi romansa
dalam sipu dan hening
Ijinkan waktu berhenti
hanya di saat2 itu
Ijinkan waktu
memberikan yg terbaik
Aku, kamu dan ia

Sunday, February 2, 2014

Pagiku

Selamat malam, pagiku
Mentari hariku

Kamu adalah pagi
yang tak pernah gelap

Kamu adalah semangat
yang tak pernah surut

Kamu yang selalu renyah
Menggiring tawa
Bersama detik2 waktu

Kamu yang santun
Mengetuk pesan sederhana

Seperti sudah ribuan pesan
Kau kirim dalam bisik2 kecil
Ah, aku lupa
Rupanya kita baru kemarin sore

Selamat tidur

Saturday, February 1, 2014

Polisi dan Mahasiswa Asing

Polisi Indo emang gila korupnya. Seorang teman dari Madagaskar yg nyasar salah jalan pun kena palak juga. Gara2 pajak STNK nya mati sejak dua tahun lalu, kena deh dia.

"Priiittt! Suddenly he stopped me and asked me to show the KTP motor and driving license," Gio said to us.

Temanku ini emang kocak banget, nyebut STNK selalu aja KTP motor. Bisa siy bahasa Indo tapi masih setengah2 meski dia sudah setahun belajar di Sby.

"Jalanan macet dan saya drive my motorcycle to flyover. I just knew that the flyover only for car," he said.

Yg dia maksud adalah jembatan Mayangkara. Dia berasal dari arah terminal Bungurasih hendak pulang menuju kos di daerah Gubeng Kertajaya. Motor yg ia pakai sebetulnya ia beli second Rp 7 juta dari temannya teman staf pengajar bahasa di Lab Bahasa Unair. Agak rumit, ngga heran Gio lalu hrs menanggung pajaknya yg tdk dibayarkan selama dua tahun. Pemilik yang sesuai dg alamat STNK ternyata sudah meninggal dan Gio bingung harus pakai KTP siapa ketika bayar pajak dan balik nama BPKB. Di situlah polisi memanfaatkan celah.

"Actually I have my driving license from Madagascar but for car, not motorcycle. And I don't think I can use it in Indo because the position of steering wheel on right-hand side, Madagascar on left-hand side," he added.

"The police asked me fifty thousands rupiahs, but I said I don't have money pak. I'm a college student, and here is my identity. Then I show him my wallet there are only fifty thousands left. So he asked me thirty five thousands," he said.

"Seriously? Dia mau kau kasi cuma 35.000 aja?" we asked.

"Ya, he counted my cash on my wallet. After that, he asked me why I didn't have driving license? He offered me to get driving license and gave me his phone number. He said that I can get it instantly only eight hundred thousands rupiahs, just call his number. " Gio said.

"Gosh! And you say yes?"

"No. I only nodded and then discard his number. No way, I don't have that much money from my scholarship. I don't even have my KTP motor yet," he said.

Poor you are.. Polisi Indo emang resek betul. Tau ada orang asing langsung jd sasaran empuk buat dipalak.

"You know the real cost to get driving licence for motorcycle in Indo? Only Rp 100.000, but you have to make it on three days. If we (local people) want to get instantly from calo only Rp 400.000," I said.

"Wow, twice for me? Great pak police!" Gio added.

Tuesday, January 21, 2014

The power of credit

Minggu lalu saya dan kawan2 sengaja melewatkan liburan ke rumah salah seorang kawan di Tulungagung. Kota yang sama sekali tdk pernah terlintas dalam benak saya sebagai kota jujugan liburan. Pagi itu saya berbincang dg ibu kawan saya usai jalan2 habis sholat Shubuh. Ditemani sebungkus nasi pecel khas Tulungagung, dia bercerita tentang anaknya (yaitu kawan saya yang pagi itu masih tertidur).

"Saya sampe sekarang ngga pernah tau berapa IPK si A. Kenapa dia ambil jurusan ini itu juga, dia ngga pernah cerita. Anaknya agak tertutup, beda dengan adiknya yang selalu cerita," kata si ibu.

"Iya sih bu, ngga linier jurusannya. Tapi sama juga kek saya. Ngga masalah kan. Apapun ilmunya yang penting kemauan belajarnya," sahutku.

"Ada sih, tantenya (adik saya) di Jakarta yang kerja di Departemen Kelautan dan Perikanan ambil S2nya Komunikasi juga tapi di UI. Semua bukunya juga sudah diberikan ke si A tapi kok ngga pernah dibaca dan ngga ikut dibawa ke Surabaya. Makanya tantenya pas kesini bilang, kok kamu kuliah S2 nyantei sekali? Apa ngga baca-baca buku gitu ya? Kata tantenya sih, S2 itu berat kalo ngga banyak baca sendiri," ujar si ibu.

Saya tiba2 terdiam. Kata2 itu seperti terrus mendengung.

Ya, emang harus banyak baca siy. Tapi apa qt harus menampilkan diri sbg org yang sibuk membaca agar terlihat wajar dengan tidak nyantai? Begitu? Lalu, menjadi santai di luar waktu liburan adalah gambaran menabung beban akademis seorang mahasiswa S2? Bisa jadi iya, tapi bisa juga engga.

Menurut saya, S2 menjadi tidak santai bagi si tante karena dia juga bekerja. Lagipula usia si tante yg sudah 40-an mungkin membuat dia memahami buku sbg sesuatu yang fisik atau hard cover. Jadi, ketika tau keponakannya ngga baca buku secara fisik ya namanya ngga belajar. Padahal, bisa aja baca lewat eBook atau jurnal-jurnal versi pdf.

Kuliah S2 yg pendek membuatnya tampak lebih serius dan mendebarkan bagi mahasiswa. Baru saja membuka mata dan memahami teori, tiba-tiba sudah harus mengerjakan penelitian buat thesis. Ini siksaan bagi mereka yg ngambil jurusannya ngga linier. Harus ekstra belajarnya. Itu sebabnya, klo ngerjain tugas usahakan referensinya maksimal. Biar skalian nyicil belajarnya. Skalian nyicil ingatan juga. Daripada hrs mengkhususkan hari buat memahami buku babon tentang teori dll apa ngga lebih memusingkan? Ya bisa aja, itu kan pilihan. Tapi klo bisa nyicil alias kredit, knapa harus lunas? Berat.

Bye bye Mentari

Pernah merasakan gimana punya nomer cantik? Nomer HP maksudnya. Genap 10 tahun saya pegang nomer prabayar Mentari, saya ditelpon ama pihak Indosat, tepatnya dua tahun silam.

"Selamat, Anda adalah pelanggan setia Mentari Indosat dengan kepemilikkan nomor tepat 10 tahun," ujar operator Indosat.

Saya pikir tipu2 dari mana lagi ini. "Iya, trus kenapa mas klo 10 tahun?" tanyaku.

"Anda berhak mendapatkan hadiah migrasi ke nomor cantik paskabayar Matrix bebas abonemen, plus satu nomor Matrix bebas," kata dia.

"Berarti saya harus nanggung dua nomor lagi donk mas? Nah yang Mentari ini saya kemanakan? Apa saya harus ngopeni 3 nomor Indosat atau ketika ada klien nelpon ke nomor Mentari lama saya, secara otomatis di-direct ke Matrix tanpa saya harus mengumumkan nomor baru tersebut?" tanyaku.

Hmmm... Ini hadiah apa nambah beban pulsa bulanan ya.

"Tidak bisa mba. Itu bener2 nomer baru dan sistemnya tidak bisa direct seperti itu," lanjutnya.

"Yauda deh mas. Makasi ya infonya. Kalau hadiahnya pulsa, saya mau ambil deh, heheheh..," ujarku.

"Tidak bisa mba. Dapatnya nomor cantik Matrix yang dimigrasi secara cuma-cuma plus satu lagi nomor Matrix tapi bukan nomor cantik. Beneran nih mba ngga diambil hadiahnya? Sayang sekali loh," katanya.

"Bukanya semua operator klo migrasi juga cuma-cuma ya mas? Apa istimewanya?" tanyaku.

"Bebas abonemen ini," balasnya.

"Bebas abonemen tapi kalau tarif pulsanya lebih tinggi dari rata2 ya sama aja donk mas," ujarku.

"Ngga itu mba. Ada skema tarif khusus kok," yakinnya.

"Khusus yang mahal maksudnya mas? Heheheh.. Makasi deh mas hadiahnya saya ngga ambil," pungkasku.

Nyerah juga pake Mentari cantik +628165413444 setelah kepake selama 12 tahun. Emang hari gini msh ada ya, pelanggan yg loyal spt saya? Secaraaa itu nomer prabayar. Di dunia telekomunikasi dg churn rate yg demikian tinggi, definisi pelanggan loyal kartu prabayar menjadi sangat langka (catet ya : PRABAYAR, bukan PASKABAYAR. Kalau pelanggan paskabayar mah banyak yang loyal). Seharusnya, hadiahnya juga gede, ato setidaknya lebih kreatif heheheh... Apa dikira pelanggan ini ngga tau prkembangan dunia telko apa? Mengatakan bebas abonemen diartikan benar2 bebas abonemen? Ya engga lah. Itu kan bahasa marketing aja. Bilangnya emang bebas abonemen, tapi tarifnya mukul belakangan. Baik tarif call, SMS, internet. Pelanggan ya mana tau rinciannya tarif uda fair apa engga?