Friday, June 21, 2013

Soju and Makgeolli

Saya memang bukan penggemar minuman beralkohol, tapi jika mampir ke suatu daerah atau negara pasti tak bakalan melewatkan food and beverage khas dari daerah itu. Wisata kuliner is a must (tentu disertai dg minuman khasnya). Ketika saya banyak sekali mengoleksi DVD Korea, dulu saya sangat penasaran dengan yg namanya soju. Soju is a very popular and traditional alcoholic drink in Korea. Ya, mereka bilang itu bir. Soal rasa, silahkan nikmati sendiri sensasinya. Sensasi rasa soju maksud saya, jangan salah baca sensasi rasa SuJu ~ Korean boysband Super Junior yang super unyu-unyu.

Seorang teman asal Indonesia yang sdg berkuliah di kota Suwon (1 jam dari Seoul) bernama Yessi juga memperkenalkan saya pd jenis minuman khas lainnya asal negeri ginseng ini selain soju. Namanya Makgeolli (막걸리) atau semacam rice wine, rasanya lebih ringan dibandingkan soju. Semua resto di Korea Selatan (baik resto kelas pinggir jalan hingga hotel berbintang) menjual kedua minuman ini, tidak ada ceritanya stok bakal kosong lalu pembeli hanya disuguhi air mineral atau jus atau es teh. Ini karena minuman ini merupakan minuman wajib utk menenami santap pagi, siang, sore, malam.

Makgeolli rasanya semacam tuak beras Bali. Mengapa tuak Bali? Karena rasa tuak itulah yg paling saya ingat. Ketika dulu saya menjalani kuliah lapangan di Kabupaten Badung Bali, seorang teman membeli dua botol besar dan menyembunyikannya dari tuan rumah. Kata dia, sbg stok berakhir pekan yg murah meriah di dalam kamar. Tiba saat akhir pekan kami menikmatinya ramai2 di kamar dia (saat itu di rumah penduduk tempat kami menginap hanya tersedia dua kamar, satu utk para pria dan satu utk para wanita). Semuanya mabuk kecuali saya dan dua teman lainnya. Cairan tuak beras Bali berwarna putih, khas aroma gula yang difermentasi, ada rasa manis dan pahitnya. Begitu juga makgeolli.

Sebotol makgeolli yang banyak dijual berukuran 750 ml kemasannya dari plastik, dijual seharga 10.000 원 (Rp 90.000). Kalau sebotol soju berukuran 375 ml kemasan kaca dijual seharga 3.000 원 (Rp 27.000). Saya tidak mengerti mengapa maggeolli sedikit lebih mahal dibandingkan soju, mungkin itu sebabnya soju yang paling banyak laku. Lagipula memang tidak semua makanan enak dinikmati bersama makgeolli. Sebelum saya ke Korea, saya pernah mampir ke Kogyo (sebuah restoran Korea-Mexico yang berada di dalam Surabaya Town Square - Sutos) untuk mencari soju. Harga sebotol kecil kemasan 375 ml sangat fantastis Rp 180.000 (mungkin karena pemerintah Indo menerapkan cukai minuman beralkohol impor yg sangat tinggi, jadi jatuhnya harga ke konsumen juga selangit).

Aroma soju hampir mirip aceton, cairan alkohol yg dipakai utk membersihkan cat kuku atau kuteks. Rasanya juga agak pahit and quite similar with vodka. Bagi penggemar minuman beralkohol mungkin rasa pahit soju biasa aja, kandungan alkoholnya 20-40%. Sejarah beberapa abad silam, soju sebetulnya terbuat dari fermentasi air beras seperti halnya maggeolli tapi karena pemerintah saat itu mengalami kelangkaan beras maka bahan baku soju pun diganti alkohol sintetis. Salah satu slogan lucu tentang soju yg bisa Anda temui di Korea, "Save Water Drink Soju".

Saya jadi geli sendiri, tanpa embel2 "save water" saja habit orang Korea dg sendirinya sudah membuat stok water mereka aman. Ini karena mereka jarang minum air putih atau air mineral di setiap kesempatan. Banyak orang Korea lalu lalang menenteng minuman di jalanan, coba lihat apa yang mereka bawa : minuman botol atau kemasan tapi selain air mineral (minuman supplemen, jus jeruk/ jambu kemasan dan minuman teh kemasan yang tehnya semua berasa tawar). Mungkin ini juga alasannya mengapa air mineral selalu disediakan cuma-cuma di setiap restoran, karena kurang diminati. Jadi, jika Anda penggemar air mineral seperti saya bisa minum sepuasnya alias free flow kalau makan di restoran di Korea.

No comments: