Tuesday, June 18, 2013

Bandara ~ 공항 ~ Airport

Perhatikan kalimat yg biasa qt dengar di dlm penerbangan menuju kota2 di Tanah Air ini :

"Penumpang yang terhormat, sebentar lagi kita akan mendarat di bandara internasional Juanda Sidoarjo Surabaya," ujar co-pilot AirAsia kepada para penumpang.

"Penumpang yang terhormat, sebentar lagi kita akan mendarat di bandara internasional Soekarno-Hatta Jakarta," ujar pilot Garuda Indonesia kepada para penumpang.

Ada yang aneh? Kalimat pertama, Sidoarjo bukanlah Surabaya. Bukankah seharusnya kata Sidoarjo diikuti dengan Jawa Timur? Kalimat kedua, bandara Soekarno-Hatta bukan di Jakarta melainkan di kota Tangerang, Banten atau 20 km ke arah barat kota Jakarta.

Kalau di tiket penerbangan, kode bandara Sokarno-Hatta tertulis CKG (Cengkareng) karena lokasinya memang di daerah Cengkareng. Nama ini lebih aman daripada kode penerbangan untuk bandara Juanda yang tertulis SUB (Surabaya). Pemkab Sidoarjo yang merasa memiliki lahan, protes bukan main. Memang untuk memudahkan orang asing, penyebutan Surabaya lebih pas. Namun karena secara administratif lokasinya di Kabupaten Sidoarjo maka mrk pun merasa ingin diciprati identitas kebandaraan ini.

"Ladies and gentlemen, we'll be landing shortly at Incheon International Airport South Korea..." (without Seoul identity as the capital of S.Korea). Incheon International Airport memiliki kode ICN karena lokasinya memang di kota Incheon yang berjarak sekitar 50 km ke arah barat kota Seoul. Bandara ini merupakan bandara terbesar dari 9 bandara internasional di Korea Selatan. Don Mueang International Airport memiliki kode dalam tiket penerbangan DMK, sebab berada di kawasan Don Mueang kota Bangkok, Thailand.

Saya tidak tahu siapa yg berwenang menentukan sebuah kode untuk bandara, termasuk bandara Juanda. Apakah PT Angkasa Pura (Persero)? Memang agak susah jika mengubah kode SUB menjadi SDA, tapi bukankah sejak bandara ini berdiri pada 1964 dan ditetapkan sebagai bandara internasional pada 24 Desember 1990 lokasinya secara administratif tdk pernah berubah? Ataukah dulu ketika memutuskan kode tsb ada semacam krisis identitas kewilayahan?

No comments: