Saturday, August 30, 2014

Rival?

Dear you!

Sebenarnya dia tak cukup pantas kau sebut rival. She thinks that she's nobody. Dia hanyalah sosok wanita yg memiliki sedikit ambisi terhadap hal2 kecil dalam hidup (tidak termasuk hal yang kau sangkakan itu). Wanita itu hanya ingin lulus tepat waktu, bukan berlama-lama di bangku kuliah sepertimu yang sengaja menunda tesis hanya karena "belum siap." Tak ada yang perlu ditunda, sebab ia tak punya cukup banyak uang untuk membiayai kuliahnya. Menjadi org tak berduit, minimal harus rajin dan pandai agar tak menyusahkan diri sendiri. Sebab dunia pendidikan tak begitu ramah terhadap org2 yang tak berduit dan tak pandai. Begitu kata dia untuk memotivasi diri. Dia bukan tipe wanita yang menyusu di ketiak orangtuanya seperti halnya kamu. Dia sangat mandiri, bahkan sejak lulus SMA. Membiayai hidupnya sendiri dari hal terkecil sampai terbesar. Dia malu menodong SPP pada orangtuanya meski lebih dari mampu. Tahukah kau jika dia sangat mandiri, bahkan untuk urusan pergi ke toilet atau perpus, dia tidak memerlukan banyak pasukan sepertimu yang selalu merengek minta ditemani. Dia sangat percaya diri! Apapun yang terjadi meski pada akhirnya ada yg menilai salah, yang terpenting berani membawa diri dg cara yg wajar.

Setelah lulus, yang ia inginkan mendapat pekerjaan yang lebih mapan dari kemarin. Semacam pekerjaan yang boleh disebut pengabdian utk masyarakat luas, utk bangsa dan negara ini. Dulu, kata "pengabdian" terdengar lucu dan aneh bagi wanita ini. Tapi kini, itu menjadi salah satu tujuan besar dalam hidupnya. Sebab yang terpenting dari apa yang telah ia dapat selama ini adalah bagaimana ia harus memberi dg cara yang tepat pada orang2 yang tepat secara masif. Bukan perkara bagaimana menjadi mapan untuk diri sendiri. Ia berpikir jauh ke depan, bahwa belajar dan bekerja tak sekadar untuk diri sendiri, namun bagaimana ia harus memberi, memberi, dan memberi, dengan segenap apa yang ia miliki. Ia bisa tersenyum jika melihat orang lain tersenyum karenanya. Keinginan yang sederhana.

Bukan menjadi rival dalam percintaan dan studimu, yang tiba2 keesokannya kamu giat belajar demi memperoleh IPK yg sama utk merebut hati lelakimu. Sebab seperti itu juga yang dilakukan wanita itu terhadap lelakimu? Itu semua hanya prasangkamu. Demi Tuhan, wanita itu tak sehina apa yang ada di benakmu. Mungkin kamu salah orang dalam mencari rival. Apakah wanita itu sosok yang demikian hebat sehingga kau anggap sebagai ancaman bagi hidupmu? Apakah wanita itu sosok yang demikian bengis yang akan tega menikammu secara keji saat kau lengah? Sebaiknya cabut kembali kata2mu sebelum benar2 melukainya. Wanita itu selalu berpikir bahwa kau adalah teman baiknya (meski bukan sahabat), wanita itu selalu berpikir bahwa kata2mu manis dan masih lugu, wanita itu selalu merasa bersalah setiap kali ia bercanda dengan lelaki yang ternyata kau cintai dg sangat. Tak ada yang perlu diperebutkan. Tak ada yg perlu dipersaingkan. Biarkan semua mengalir seperti apa adanya saat ini. Kalau kau memang berpikir wanita itu layak jadi rivalmu, maka dia tak ingin bersaing denganmu, sebab dia berpikir tak ada istilah rival dalam percintaan dan studi, atau mungkin kamu bukan dianggap rival yang sebanding dengannya?

No comments: