Friday, August 22, 2014

Welcome Russia

Sejak serial kartun Masha and The Bear booming di ANTV, film2 Rusia jadi lebih welcome masuk ke layar kaca Tanah Air. Tentu saja film2 Rusia yang telah dialihsuarakan (dubbing) ke dalam bahasa Inggris. Si kecil Masha yang "nakal" memang telah mencuri hati pemirsa, termasuk saya. Ketawanya menggemaskan, ulahnya bikin orang ketawa. Meski ia ditampilkan sebagai anak berusia 3-4 tahun, namun sejatinya pengisi suara Masha saat film itu booming di negara asalnya (2011) dia telah berusia 10 tahun.

Entah kapan ANTV kali pertama menayangkan serial itu, yg pasti penayangannya baru tahun 2014 ini menggantikan serial kesayanganku si monyet cerdik "Curious George" pada jam yang sama. Bicara soal Rusia, saya pernah mempelajari huruf Cyrillic (Rusia) tahun lalu, hanya untuk berkomunikasi dengan teman Rusia saya. (Baca juga tulisan saya lainnya tentang Rusia) Agak rumit memang, namun grammar-nya masih jauh lebih susah Hangul (Korea). Entah ada motif apa tiba2 negara saya mulai welcome dg budaya Rusia melalui film2nya. Yang pasti, ada motif yang jauh lebih kompleks dari yg bisa kita bayangkan ketika sebuah budaya berhasil (diijinkan) masuk ke sebuah negara. Bisa jadi memang ada kepentingan2 tertentu antara pemilik stasiun televisi yang menayangkan film tersebut dg para pembuat kebijakan dari negara asal si pembawa budaya baru itu (baca : Bakrie dg Rusia).

Contoh ekstrem ketika Korea Selatan membombardir Indonesia dan negara2 lain dg budayanya yang terwakili melalui film/drama dan musik. Indonesia mengijinkan budaya Korsel diserap sebab memang ada kepentingan bilateral yang diarahkan pada kepentingan mutualisme dalam skala yang lebih kompleks. Sebetulnya saya tak terlalu peduli apapun kepentingan di balik itu mengingat saya tidak dikenai impact-nya langsung. Saya hanya mencoba menjadi penikmat film dan musik yang memiliki latar budaya berbeda.

Setelah Masha and The Bear, tiba-tiba GlobalTV malam ini juga menayangkan film Rusia lainnya. Black Lightning, agaknya versi lain Spider-Man milik AS. Mengapa GlobalTV? Stasiun televisi yang terafiliasi dengan HT, dan pada pilpres kemarin pemilik ANTV dan HT juga merapatkan barisan pada kandidat yang sama. Mungkin agak lebay mengaitkan kedua hal itu, tapi bisa jadi memang ada kepentingan yang sama yang menjadi benang merahnya. Who knows. Tapi sekali lagi, saya tak peduli apapun kepentingan itu. Saya hanya ingin mencermati dan membandingkan bagaimana teknologi perfilman Rusia yang bisa saya tangkap melalui kedua film tersebut (Masha and the Bear dan Black Lightning) dibandingkan dg teknologi perfilman AS yg selama ini lebih dominan di layar kaca.

Menurut saya, Rusia masih kalah dibandingkan AS dalam teknologi perfilman jika membandingkannya melalui dua film tersebut. Garapan Black Lightning (2009) pun sedikit kasar dibandingkan Spider-Man (2002). Akting pemain filmnya pun tak terlalu bagus. Sutradara film BL mungkin tak hendak menyamakan garapannya dg film SM yang diangkat dari Marvel Comics, namun secara garis besar inti ceritanya boleh dibilang sangat mirip. Mengangkat tokoh superhero, namun BL mengandalkan mobil terbangnya. Di dalamnya juga dibumbui kisah cinta dengan teman sekampus. Ada tokoh antagonis yang berusaha menandingi BL melalui rekayasa teknologi nano katalisator.  Kisah SM dan BL sama2 happy ending. Namun utk teknologi animasi Masha and the Bear menurut saya sudah bisa disejajarkan dengan sejumlah film kartun Hollywood. Ide ceritanya menarik, teknologi animasinya juga cantik. Then, welcome Rusia.. Добро пожаловать России :)

No comments: