Tuesday, March 18, 2014

Kelas Reguler

Money can buy many things. Termasuk nilai. Jangankan di PTS, PTN pun iya. But they're smooth sailing. Begini ceritanya... "Nilai UAS kalian itu sudah saya tambah 10 semuanya," kata seorang profesor di tempat saya kuliah. Omaigat, itu pun nilai masih 59, ada lagi yang lebih parah 35. Lalu nilai sebenarnya berapa? Agak aneh model UAS-nya, pas ngerjain soal di kelas setelah 40 menit berlalu tiba-tiba petugas mengatakan bahwa UAS boleh take home. Loh? Boleh dikumpulkan seadanya, lalu selebihnya disempurnakan di rumah lalu jawaban diketik rapi dan dikumpulkan maxi minggu depannya lagi. Tapi ternyata ujung2nya yg dinilai adalah jawaban seadanya tsb. Mengapa? Sebab ancur semua tu nilai sekelas. Kok bisa ancur berjamaah? Ya, untung saja ada tambahan nilai UTS dan tugas jadi bisa mengatrol.

Pada jurusan yang sama, nilai di kelas reguler dg kelas beasiswa kominfo selalu lebih baik yg kelas reguler. Apa mahasiswa kls reguler lebih pintar dibandingkan mhs kelas kominfo? Saya ragu, sebab uanglah yg berbicara. Kami sebagai mahasiswa kelas reguler (yang membayar dg jalur uang pribadi alias nonbeasiswa) cenderung diperlakukan "istimewa". Terbukti nilai per mata kuliah juga lebih tinggi, hasilnya IPK kami pun lebih tinggi dibandingkan kelas sebelah di jurusan dan angkatan yang sama. Jangan2 memang karena kami brsedia bayar lebih? Ah, bapak.. Kata2 Anda menjadikan prestasi kami cacat akademik. Mengapa harus ada kata2 "sudah saya tambah 10" dan kalimat ini tdk dilobtarkan di kelas kominfo.

No comments: