Friday, April 19, 2013

Prison and Sex Toys

"Setiap 2-3 bulan sekali beberapa penjara di kawasan Jakarta dan sekitarnya baik rutan maupun lapas memesan alat bantu seks ke pabrikku dalam jumlah besar," kata seorang teman yang bekerja di salah satu sex toys company di Cikarang.
"Berapa banyak?"  "Bisa 4-6 kardus medium sekali kirim, isinya macam-macam."
"Oya? Pemesannya pihak lembaga rutan atau lapasnya langsung atau lewat perorangan?"
"Sudah langganan sih, yang tahu persis bosku. Kayaknya lembaganya langsung yang pesen."
"Itu barang diantar oleh karyawan perusahaanmu atau kurir lepas? Lalu dijual lagi ke penghuni penjara apa dibagikan gratis?"
"Pengantarnya kurir lepas. Katanya sih tidak gratis tapi emang dijual di dalam penjara berdasarkan pesanan penghuninya."
"Isinya apa aja dalam kardus itu? Ada boneka manusianya juga?"
"Semua ada, mulai aneka vibrator, dildo, tiruan miss v. Kalau boneka sih jarang karena mahal, biasanya klo itu yang beli perorangan langsung karena itu impor. Pabrikku tidak bikin, tapi kalau mau pesen bisa."

Sex toys kini sudah tdk tabu dibicarakan. Jadi ingat sekitar 6 tahun silam mendapat tugas dari bos untuk wwcr pedagang sex toys. Wawancara user saat itu? Jangan harap! Tabu. Masyarakat kita masih belum demikian terbuka tentang hal ini. Di sudut kota kawasan Gentengkali, ada sebuah toko kecil yang menjual sex toys komplit dan bisa taster kalo mau ("Kalo nggak puas bisa balikin barangnya," kata pedagangnya).
Kami berdua saat itu agak malu2 dan takut masuk ke dalam toko. Takut juga kalau ketahuan bahwa kedatangan kami tdk utk benar2 membeli. Apalagi klo kepergok motret dagangannya. Mampus.
"Cari apa mbak?"
"Lihat-lihat dulu mas, yang direkom apa ya? Yg lagi booming gitu. Tapi ngga mahal2," ujarku.
"Booming? Sex toys sih ngga ada kata mana yang booming, ya kapan aja bisa pake," kata dia.
Ternyata, aku dan temanku itu baru pertama kali lihat dan menyentuh langsung alat bantu dan aksesori seks. Tak heran, pas penjualnya memeragakan pake baterei dan ada juga yang dicolokin listrik maka tawa kami pun langsung meledak. Penjualnya bengong. "Kenapa ketawa mbak?"  "Oh, nggak apa2 mas."
"Ini cincin bergerigi rasa cokelat, ada yang jeruk dan mint. Rp 75.000 saja per biji."  Ada varian rasa? Mirip kondom ya.
"Kalau ini boneka cewek, tinggal ditiup pake alat kayak balon dia akan mengembang."
Bonekanya cantik, naked, tingginya sekitar 160cm, bahannya kenyal. Bagian payudara dan miss v terbuat dari silikon kenyal. "Berapaan ini?"  Rp 750.000  "Busyet. Mahal amat mas," ujarku.
"Impor Cina mbak, emang mahal karena bukan plastik biasa. Beli buat siapa to mbak?"
Aku cuma tersenyum dan menunggu si mas itu masuk ambil barang lalu kami sigap memotret sejumlah dagangannya.
"Tolong ambilkan ring bergerigi yang tadi, tapi bentuk lain ya. Agak besar dan agak panjang," kataku. Lalu ia pun masuk mengambil barang sehingga kami bebas memotret.
Kami pun sigap mencatat harga, warna, bentuk hingga catatan deskriptif lain hingga komentar si penjual.
Toko itu sudah 4 tahun buka (ntah saat ini masih ada atau tidak). Mas yg jualan itu dari Kediri dan baru gabung jadi salesnya 6 bulan, sebelumnya ia jualan DVD di kawasan Tunjungan Center.
"Ngga boleh kurang ni harga cincinnya jadi Rp 25.000?"  "Belum boleh mbak, Rp 70.000 deh."
"Yaudah deh mas, kita cari rempat lain dulu ya. Ntar kalo cocok kita balik lagi."

No comments: