Wednesday, April 10, 2013

Jeruk Bali : 자몽 : Jamong

"Bang, jeruk bali ini berapaan kok nggk kecantum harganya?"
"Itu Rp 20.000 per biji," ujar salah seorg sales pria di Giant supermarket.
"Hah? Bukannya minggu lalu masih Rp 12.000-an ya?"
"Oh, yg kemarin itu jeruk bali lokal. Yang ini Thailand punya," katanya.
"Bedanya apa? Tanpa biji? Lebih manis? Secara ukurannya kan sama sekepala bayi."
"Hampir sama sih, tp kayaknya kulitnya lebih tipis, dagingnya lebih manteb."
Oh gitu. Bungkus dah. Promosinya si abang kayaknya menarik banget.

Lalu namanya di struk belanja menjadi jeruk Bali Thailand. Kenapa nggak jeruk montok ijo atau jeruk montok kuning gitu? Berarti someday klo jeruk bali masuk Thailand akan menjadi jeruk Thailand Bali? Padahal di Thai sendiri, jenis ini disebut Ma o (nama bulenya Citrus maxima alias grapefruit). Tp siapa juga yang menemukan varietas itu kok tiba2 namanya pake 'Bali', apa karena varietas ini awalnya beken dari Kintamani? Harus diakui klo banyak produk hortikultura impor Thai yg kualitasnya lebih bagus dr punya kita. Durian montong aja Thai, mangga Thai, bawang Thai sampe jahe dan cabe di pasar belakang rumah juga dari Thai (*kata pedagangnya siy). Thailand memang jagonya hortikultura. Kita knapa cuma bisa ketakutan membendung impor sana-sini pake regulasi dll tanpa berusaha meningkatkan kualitas dg berguru teknologi di bidg hortikultura kesana lalu implementasi disini. Tanya kenapa!

No comments: