Sunday, April 14, 2013

Not just paid for ask

Why everyone so proud to be a journalist? Long-term journalist can be harm for your life. Hehe kidding! But to be honest (tbh) it causes long-term unrealized stress, tapi selain tentu saja banyak keuntungan lainnya. There are five things that has taught me so far.

Relations. Paid for ask. Grammar queen. Character improvement. Trust no one

# Relations
Semua org tau profesi tsb identik dg relasi yg banyak. They come and they go. Bisa dibayangkan jika sehari bertemu dengan 5-10 org berbeda, ada berapa banyak orang yang akan ditemui dalam seminggu, sebulan, setahun dan bertahun-tahun. Bisa saja sehari lebih dari 10 org. Ada perkenalan just-so-so, profesional atau akhirnya mjd teman baik bahkan 'baik'. Pengalaman tdk enak terjadi ketika kita sulit mengingat seseorang yg ternyata hafal betul siapa kita. "Hei, apa kabar? Wah, masak pura-pura lupa. Sombongnya!"  Loh, klo lupa ya wajar saja. Toh, kita juga kerap lupa wajah pejabat penting atau bahkan wajah kita dilupakan narasumber yg pdhl sering diwawancara. "Pak wamen hadap sini pak wamen, nah gitu pak," teriak para fotografer yg lupa dg nama Bayu Krishnamukti Wamendag saat melakukan setting foto di sebuah pasar tradisional. Lupa sah-sah saja krn begitu byk org yg qt temui in every chance. Tapi, klo kebetulan bertegur sapa tinggal sebutkan saja identitas, siapa dan pernah ketemu dimana, tanpa mengatakan "sok lupa" atau "sombong".

# Paid for ask
To write a full story is about dig, dig, and dig the source. What, who, where, when, why and how (5W1H). So everyone knows that journalist is about asking too much. People sometimes hate the way we ask, but we must! I remember my first experience, an editor once asked my friend, RI1 besok mau datang dan si beginner ini bertugas utk liputan (waktu itu belum booming yg namanya berita online). Setelah mendekati jam ngantor, dlm SMS "Tolong segera listing berita RI1"  "Tidak ada listing pak. Sepi" "Kok bisa sepi gimana?"  "RI1 batal datang."  "Itu juga tetap jd berita. Alasannya apa dia nggk dtg?"  "Rombongannya kecelakaaan, jd perjalanan ke Sby ditunda."  "Loh, itu malah lebih bagus. Ayo cepat digali berita dan sumber2nya bisa HL 1 (*headline halaman 1)"  Saat itu juga baru tau namanya bad news is good news. Apa (what) kejadiannya, siapa saja (who) korbannya, dimana (where) kejadiannya, mengapa (why) bisa sampai kecelakaan, bagaimana (how) detil peristiwanya.

# Grammar queen
Gara2 srg ditegur redaktur, redpel dan corrector terkait presisi ejaan dan logika tulisan, kalau ada orang yg salah eja/ salah tulis/ salah kalimat jadi gemes sendiri. "Seorang ibu-ibu terpaksa menangisi jenazah anaknya." Bagaimana mungkin ada kata seorang tapi diikuti dg ibu-ibu (jamak) lalu disusul dg kata 'terpaksa' (apakah ketika seorg ibu melihat jenazah anaknya lalu muncul perasaan terpaksa utk menagis? menangis tidak perlu dipaksa! apalagi ketika anaknya meninggal) Kalimat itu tercetak dlm sebuah koran harian ternama, ya mgkn redakturnya lagi ngantuk sehingga meloloskannya. "Maling Kerupuk Dihajar Massa Remuk" (awalnya miris kasihan tapi ternyata setelah baca isinya, si maling ngga cuma nyolong 3 kaleng kerupuk tapi juga 10 tabung elpiji 12kg, 7 tabung elpiji 3kg, duit, makanan, 25 dos aqua dan hampir seisi warung disikat) Wah itu mah bukan maling kerupuk! Redakturnya ngawur bikin judul.

# Character improvement
"What makes you proud to be a journalist?" i asked my resigned friend. "I found my self confidence and my strong personal character. When you take the cloth journalist off, you will have a social crisis. But in the other side, you will have your strong character," he said. I gained my first self confidence when I hv to interview Jaya Suprana at Shangri-La Hotel. I really lack of self confidence since I was kid. My parents however didn't know how to boost their children self confidence until we've found it self. "Mumpung acara belum mulai, Pak Jaya mau diwawancara sekarang. Tapi beliau duduk di kursi paling depan. Langsung ke mejanya saja," ujar salah seorang panitia acara saat itu. Belum ada wrtwn yg hadir ato memang blm ada yang kenal krn newbie. Semua hadirin mengenakan baju rapi, ada yang pake batik hingga evening gown. But me? I wore t-shirt, jeans, footflop and backpack (*OMG). Mengumpulkan segenap kekuatan dan mengubur rasa malu, akhirnya melenggang di tengah hadirin lalu melipir mendekati Jaya Suprana "Pak, boleh minta waktu sebentar. Mau wawancara," ujarku berbisik. Untung orgnya ramah, maka wawancarapun dilakukan sambil membungkuk dan sedikit jongkok dan Pak Jaya duduk di kursi paling depan tapi agak ke tengah. Can you imagine how do I look like and what I feel?

# Trust no one
Sebuah informasi yg dtg dari satu sumber tdk akan ditelan mentah2, apalagi jika itu terkait konflik. Perlu cover both side, keterangan dari kedua belah pihak yg sdg berkonflik. Tidak perlu buru2 menghakimi, don't rush to judge. Kumpulkan semua fakta/ cerita, lekatkan baik2 dalam memori, rangkailah menjadi sebuah logika berpikir, lalu ambil benang merahnya. Kebenaran tak ada yg mutlak dan hanya akan menyisakan dua kecenderungan, normatif dan obyektif. Bersandarlah pada apa yg kamu yakini itu benar, jangan terpengaruh siapapun dan jangan mudah percaya pada siapapun.

No comments: