Monday, April 15, 2013

Donasi : 기부 : Gibu

Jika sebelumnya door to door, modus meminta sumbangan kini mulai merangsek ke mal-mal. Entah yayasan betulan atau abal-abal, sore itu seorang pria berkulit putih bermata sipit kira2 berusia 20-an menghampiri meja kami. Bicaranya sedikit kurang pe-de karena intonasinya sangat lirih dan wajahnya agak menunduk.
"Execuse me, let me introduce my self...bla bla bla" *gak kedengaran (dia lalu memberikan leaflet dan kartu identitas). Setelah kami baca seksama, dia pun menyodorkan kertas berisi daftar donatur dan ballpoint sambil berbicara cepat dlm bahasa Inggris yg super pelan. Entah apa yg dia katakan.
Kartu identitas (lupa mengingat siapa namanya) terbuat dr dari bahan kertas print dilaminating dan tertulis volunteer.
Panti Anak / Pusat Pelatihan : Wisma Tanah Merah Indah (Jl. Perjuangan, Tugu Selatan, Jakarta Utara 14260. Tel 021 90536932
Contact Person: Drs Samuel Wiweko - Email: info@ysaindonesia.org)
Daftar donatur baru berisi 4 orang dimana mereka rata2 menyumbang Rp 50.000 dan Rp 100.000. Entah benar atau tipu2, yang pasti tulisan tangan dalam kertas tersebut hampir sama jeleknya. Tanda tangannya mirip semua. "Darimana mas?" tanyaku. Dia tidak menjawab hanya tersenyum dan mengangguk. Apa dia bkn org Indonesia? Sejurus kemudian dia terus mengoceh dlm bahasa Inggris yg terdengar samar. I think he's not Indonesian. "No thanks. Maybe next time," ujarku tersenyum setelah mengamati leaflet dan kartu identitas lalu mengembalikannya lagi. Wajahnya langsung masam dan berlalu tanpa senyum.
Giving to charity or donation is not about how much money we've donated but trust to reliable foundations. Apakah ckp efektif jika di era digital saat ini menarik sumbangan person to person tanpa disertai pertanggungjawaban yg meyakinkan? Saya rasa, org akan lebih memilih transfer antarbank atau dtg langsung. Pengambilan sumbangan secara manual memang masih ada tapi biasanya dilakukan oleh yayasan2 dan org2 yg relatif sudah dipercaya oleh donatur.

Di sebuah mal lain. Cafe n coffee. Last year. Uma and I.
"Siang kak, pernah nonton Kick Andi kan?" tanya seorg wanita muda berparas ayu.
"Iya. Kenapa?" (dia pun tdk meminta izin kesediaan meluangkan waktu)
"Berarti pernah tau yayasan...(lupa). Kami beberapa kali tampil di Kick Andi," kata dia lalu menyodorkan buku profil yayasan dan kertas donasi. Ada banyak donatur di dalam kertas tsb dan semuanya menyumbangkan Rp 100.000 (Wow!)
"Saya kebetulan mahasiswi Unpad Bandung (tp berlogat Jawa kental)."
"Asli mana?"  "Bandung"
"Oya? Disini nginep dimana?"
"Hotel, tapi lupa hotel mana. Sama2 dg tim saya dari yayasan yg sama"
"Bisa lihat KTM-nya?"  "Wah lupa kak soalnya kemarin buru2."
"Bisa lihat KTP atau identitas lain?"  "Iya, kebetulan ketinggalan di hotel."
"Mahasiswi Unpad ya? Siapa skrg rektor barunya?"  "Lupa juga kak, saya maba (*mahasiswa baru). Kakak Unpad juga ya?"
"Iya." (padahal bukan)  "Ow."
"Biasanya kita ada live show di mal-mal kok."  "Oh gitu. Kapan? Yaudah, kita nunggu pas kalian live show aja."
"Loh, kenapa ngga sekarang aja kak. Kan sama aja."
"Apa bedanya sama nanti? Bisa sekalian kita liput acaranya karena kebetulan kita wartawan."
"Oh kakak wartawan? Maaf maaf.." lalu wanita itu buru-buru ngacir dan terlihat langsung menelpon seseorang.
Loh? Kamipun saling berpandangan dan mengernyitkan dahi..

No comments: