Friday, September 20, 2013

BJTM

Agak terkejut tak sengaja mendengar kabar dari teman wrtwn. Salah seorang direktur bank BUMD di provinsi saya tinggal - yg dulu saya kenal baik, baru saja resmi dilengserkan dari jabatannya. Desas-desusnya, ia dilengserkan karena dikait2kan dg kasus pidana (kredit fiktif senilai puluhan miliar) yg menurut penyidik kepolisian dilakukan anaknya bersama 12 tersangka lainnya. Anak dan bapak ini bekerja di instansi yg sama. Menurut saya, si bapak bisa jadi tak ada hubungannya dg kasus si anak, tapi berhubung si anak telah mempertaruhkan nama baik bapaknya maka karir si bapak ikut berdarah2. Isu yg mencuat di media, si bapak melengserkan diri karena alasan kesehatan. Entah mana yg benar, tp saya benar2 prihatin.

Saya mengenal si bapak sekitar bbrp tahun sebelum ia menjabat sbg direktur hingga ia dilantik sbg direktur. Dia org yg cukup cerdas dan sebetulnya terbuka, tapi sangat berhati-hati dlm menyampaikan sesuatu. Saya bisa maklum, krn tradisi di birokrasi memiliki "daya paksa" seorang bawahan utk benar2 tunduk thdp atasan. Tidak mau tunduk, silahkan menyingkir. Saya pikir, hal semacam ini jg banyak dijumpai pun di perusahaan swasta. Bukankah setiap "rezim" yang berkuasa pasti memiliki posisi tawar yg kuat?

Saya dulu selalu mengikuti kasus demi kasus yang terjadi di dlm tubuh perseroan di sektor perbankan ini yg mulai menyeruak jelang pelaksanaan penawaran saham perdana ke publik alias Initial Public Offering (IPO), termasuk kasus kredit macet dan kredit fiktif yg muncul di media. Sayangnya, tak ada yg naik cetak. Yang lolos hanya tulisan yg baik2 saja, seperti dana murah yg terus tumbuh, CAR yg membaik, NPL yg mulai bisa ditekan, sertijab direksi baru, bla bla bla. Pokoknya berita2 yg positif dan enak dibaca pasti lolos. Alasannya klise, perseroan ini adalah pemasang iklan yg cukup besar di media saya bekerja. Uang ratusan juta mengalir rutin ke kantong perusahaan sbg jatah iklan. Setiap tahun minimal bisa 4-5 kali tayang. Itu sebabnya, sekali muncul pemberitaan miring, jatah iklan akan dipangkas.

Agak aneh ketika suatu saat saya diminta salah seorang pimpinan media saya menulis ttg rangkaian kasus bank ini mjd sebuah laporan khusus alias tulisan bersambung. Lho? Mengapa tdk sejak dulu mengawal kasus itu? Apakah harus menunggu semua media ramai memberitakan? Lalu kebakaran jenggot mendadak ikut2an nulis krn takut dianggap ketinggalan isu? Lalu menuding wrtwn mereka di lapangan selama ini tdk melakukan tugasnya dg baik? Ato jgn2 ada motif lain yg saya tdk tahu? So many excuses!

Sejak saya mengundurkan diri bbrp bulan silam dari media saya dulu bekerja, saya sudah jarang membaca koran sehingga saya tdk mengikuti kelanjutan berita tsb. Setahu saya, sejak dulu memang terkesan ada yang aneh di dalam tubuh perseroan ini. Misalnya, pers rilis data perbankan triwulanan. Utk data triwulan I saja bisa 3x berbeda ketika disampaikan di tiga kesempatan berbeda dlm setahun. Selalu ada selisih. Bgmn mungkin capaiannya berbeda? Saya menyimpan data2 tsb dengan baik. Jadi, apakah ada data rekayasa yg memang khusus dipublish dan ada data riil yang tak boleh publish? Lalu, suatu saat kecolongan mengeluarkan data tersebut? Saya tdk mengerti!

Berbicara ttg instansi ini selalu menarik bagi saya. Perseroan terbatas dan terbuka (Tbk) sebesar itu belum memiliki tim kehumasan yg cukup mumpuni. Media tak cukup dirangkul dg uang, tapi beri pemahaman yang utuh ttg kondisi yg sebenarnya terjadi. Teruslah berbenah dan tak perlu membohongi publik sebab publik semakin cerdas. Klo boleh saya saran ke pak dirut HS, tolong itu benahi juga tim satpam yg jaga dkt lift. Taruh yg muda2 dan ganteng2 kek! Ajari juga jangan asal njenggong klo ada tamu wartawan. Senyum itu ibadah. 

Saya mengapresiasi jajaran direksi yg kini sudah agak terbuka pada media. Tim humas lalu mengadakan road show ke beberapa media besar di kota saya. Bukankah sudah seharusnya jika public relations yg baik tdk perlu "lari" dari media? Pencitraan positif bangkit dari krisis memang perlu dibangun mengingat perseroan juga sdh mjd bagian milik publik. Tapi jgn lupa, beri juga kesempatan pada publik utk menilai dan mengamati proses pendewasaannya secara alami. Saya percaya harga saham perseroan terbuka ini berangsur akan terkerek dalam kurun 5 tahun ke depan. Jika saat ini pergerakkan harga sahamnya cenderung melandai karena kinerja keuangan yg kacau, namun apabila manajemen punya komitmen kuat utk berbenah saya yakin pergerakkannya progresif. Semua butuh waktu.

No comments: