Wednesday, September 27, 2017

Office Romance

Siang itu, dalam obrolan ringan dg seorang kawan yg juga head dept di kantor dan kebetulan dia laki-laki. Topiknya adalah perselingkuhan di dunia kerja. Lagi marak. Wabah? Virus? Habit?

Seorang karyawan yg baik, belum tentu seorang suami yg baik, dan sebaliknya.
Seorang anak yg baik di mata orangtuanya, belum tentu seorang pimpinan yg baik dalam perusahaannya, dan sebaliknya.

Mutasi seringkali mjd alasan mengapa salah satu pasangan harus resign dari pekerjaan. Hidup yg semula double income mjd single income sangat tdk mudah di kota besar.

Namun, bagi mrk yg menganggap bahwa keluarga adalah investasi yg tak ternilai maka hidup dg single income adalah pilihan yg terakhir.

Double income dan hidup berjauhan dari keluarga adalah pilihan yg berat. Masih kata dia, kecuali klo tiap bulan ada budget cukup utk bersua anak istri. Itu cerita lain.

"Sekuat2 laki2 klo jauh dari istri bahaya," hot papa itu menegaskan. Banyak teman demikian terbuka bercerita tentang perselingkuhannya. Bukan bangga, hanya gaya bertutur seorang dewasa membuat saya bisa membedakan dari gaya yg sok2an.

Ada banyak pelaku perselingkuhan yg tdk pernah terencana, sedikit mengendap-endap dan berusaha tampil wajar tak kebablasan. Kasak-kusuk sering menguap sbg gosip tanpa klarifikasi. Ada yg kepo. Ada yg cuek. Ada yg arogan klarifikasi.

Masih soal cerita tentang teman di kantor. Entah hubungan keduanya smpe sejauh apa, si manajer wanita yg satu ruangan dg saya dan manajer laki2 jauh di kantor pusat. Hubungan yg sdh lama (ternyata), terendus olehku ketika mrk sering bertelpon mesra di sela jam kantor.

Entah apa yg dilakukan si manajer wanita ini dg selungkuhannya sehingga kemudian Tuhan dg keras menegurnya dg cara mengambil nyawa sang suami dalam sebuah kecelakaan tunggal. Si wanita inipun syok berhari2 spt org linglung.

Saya jd ikut termenung. Apakah Tuhan sdg memberitahukan padanya agar lebih menyayangi apa telah diberikanNya selama ini yg bernama pendamping hidup?

*Saya, yang tak sempurna dan tak hendak menghakimi siapapun.


No comments: