Thursday, June 25, 2015

Life


Sebenarnya, apa yang kamu cari? Apakah dengan menjegal kaki orang lain maka kamu akan lebih dulu sampai di garis finish? Apakah dengan menebar gosip murahan kamu akan terlihat lebih baik sebagai pembanding antara hitam putih yang kamu ciptakan? Apakah dengan melontarkan kalimat2 satir setiap kali obrolan, maka kamu akan terlihat lebih cerdas? Cerdas mencari celah orang lain. Mirip kata pepatah, gajah di pelupuk mata tak nampak, kuman di seberang lautan tampak.

Saya jadi ingat kalimat seorang kawan. Ketika kamu tak bisa membuat orang lain tertawa, minimal jangan membuatnya menangis. Ketika kamu tak bisa menghibur, minimal jangan menyakiti. Ketika kamu tak bisa memberi, minimal jangan mencela.

Dalam kamus saya, perilaku orang2 semacam itu lebih mirip dg orang sakit jiwa terselubung. Gangguan kepribadian, sebuah kondisi yang tak lazim yang lama2 mendorong orang lain utk membentuk kepribadian serupa. Sebuah perilaku berulang yang menjadi kebiasaan. Itulah kepribadian. Kepribadian sakit jiwa yang menjadi jamak.

Ketika materi candaan tiap hari mengarah pada fisik, harta, dan intelektual seseorang. Ketika celaan sudah menjadi kebiasaan alias hobi. Then, welcome to the jungle.

Lagi2 ingat nasehat teman, hidup ini menjadi begitu banyak masalah kalau kita memasukkan semua permasalahan itu ke dalam kepala dan hati. Yang ada, kita bakal ikutan gila. Sebab tak setiap masalah perlu dipikir. Butuh kebiasaan saja utk bisa membedakan mana masalah sepele dan mana masalah berat.

Kapasitas otak manusia terbatas. Ada hal2 yang tak perlu masuk ke dalam otak, apalagi turun ke hati. Ketika semua hal dijejalkan masuk, maka isi kepala akan tumpah. Sering kita tak sadar bagian mana yang tumpah akibat salah menyusun prioritas.

Manusia punya dua telinga dan satu mulut. Idealnya, mereka lebih banyak mendengar ketimbang bacotnya. Tapi banyak juga yang ngga nyadar.

Semoga hal2 semacam ini mampu menjadi ladang amal untuk membangun kesabaran dan senantiasa memohon ampun pada-Nya.

No comments: