Friday, June 5, 2015

Dailan Isekak

Saya bukan simpatisan DI, tapi ketika melihatnya dihujat rame2 lewat tulisan "Dahlan Iskan Kesetrum Gardu Listrik" hati saya miris. Era pendzaliman sdg dimulai? Orang2 yg tak paham benar kasusnya mendadak sotoy dan girang.

Apa benar proyek senilai lebih dari Rp 1 triliun itu memperkaya dirinya? Musuh seringkali sukses mencari celah lawan meskipun kasus yg sebenarnya tdk segamblang definisi korupsi itu sendiri.

Pembaca yg cerdas tdk seenaknya latah menghujat. DI mungkin bukan orang bersih, tapi mungkin juga tidak senggarong yang dibayangkan org lewat berita2 di media massa yg kdg ditulis oleh wartawan kemarin sore yg cuma paham sepenggal kasusnya.

Agak susah ketika informasi telah menjadi bagian dari komoditas. Demi rating. Demi iklan. Akibatnya, banyak media yg mendadak ikut2an menyorot hanya karena tak ingin ditinggal permirsa/pembacanya (kecuali Jawa Pos Grup sudah pasti akan mengabaikan isu ini).

DI memang sudah lama menjadi TO untuk dijebloskan dalam jeruji besi, sebab posisinya sangat strategis menangani proyek2 "raksasa" di mana ada banyak orang yang berpotensi tidak kebagian pelicin. Orang2 tersebut (mungkin) berpotensi menjelma sbg malaikat suci yg merasa berhak memutuskan siapa yg salah dan siapa yg benar. Tinggal tunggu waktu.

Saya tak hendak membela DI, tak ada untungnya juga bagi saya. Namun saya lebih miris menghadapi kenyataan bahwa negeri ini sampai kapanpun tak akan siap dipimpin oleh sebaik2 apapun sosok pemimpinnya. Selalu mencari celah, gampang menghujat, enggan belajar dari kesalahan, sulit memberi kesempatan pada sosok pemimpin yang sedang ingin berbenah. Lalu, lebih tepatnya carilah pemimpin dari bangsa malaikat.

*Saya, yang selalu berdoa agar pemimpin2 negeri ini amanah*

No comments: