Saturday, May 12, 2007

YEARS AGO

Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat is a deeply mystery, mystique and not just a myth. Sisa2 kemegahan masa silam mungkin hanya akan teraba oleh mereka yg memiliki kesempatan. I went on research for couple months during the preparation of Jogja annual tradition. Called Garebeg Mulud. Few days ago, Carlos Bayen Fernandez – researcher from Barcelona Espanol whom I met along the research years ago asking toward my research by electronic mail.

Jajaran pendopo agung dengan pilar2 kuno kokoh berdiri. Berlapis coklat dan kuning keemasan. Tepat tak jauh dari Gedong Kuning. Bangsal Kencono, begitu tulisan berukir dalam papan kecil itu terbaca. Sejurus aku melenggang, terperangkap dalam bangsal2 tak berarah. Langkahku terpatri di salah satu pintu banggsal yang agak paling ujung. Pintu yg menjuntai dan terbuka dg sendirinya.

Teronggok sebuah peti cantik berukir emas dengan dua tombak di dua sisinya. “Ambillah alas dua tombak itu maka kamu akan bisa!” entah darimana dtgnya suara itu. Dua buku itu kusam tapi bersinar. I was trying so hard 2pick up the book. I made it and I was fell. Buku itu bertulis huruf2 Hijaiyah. Tiba2 penutup peti pun terbuka. Tulang belulang manusia masih tersusun rapi. Sepertinya tulang belulang tubuh seorang pria. Sejurus kudapati riuh suara di luar bangsal. Puluhan abdi dalem wanita mondar-mandir menyunggi wakul dan bercanda riang. Kebaya putih plus jarit motif tulis. Aku mengintip dari balik pintu bangsal dan kudapati wajah mereka yang serupa. Tak berbentuk. Rata.

God sake, I woke up that night. Where did I stand? Did I still alive? Esoknya, aku berlari penasaran mencari bangsal dalam mimpi yang akhirnya tak kutemukan. Jawaban seorang abdi dalem pria tak cukup memuaskanku. Ada beberapa bangsal yg memang sengaja tidak dibuka utk umum. Bahkan aku jg tdk diperkenankan, alasannya tak cukup jelas.

Sore itu kami sengaja ke alun2 utk mengabadikan suasana pasar malam dg kameraku. Pasar Malam- dikenal dg istilah sekaten, digelar mengelilingi dua pohon beringin tua. Hal yg mengejutkan kudapati ketika aku mencetak bbrp lembar foto jepretanku. Di salah satu lembar foto tsb, tercetak selayang bayangan putih yg terangkai sbg gambar tengkorak kepala manusia. Bayen mengernyitkan dahi dan menudingku merekayasa foto tsb. Huh! How come!!! Aku, apalagi dia dan org lain, mgkn tak paham maksud kejadian2 itu. Adakah sebuah kehidupan masa lalu? Di tempat yang sama dan di gelaran tahunan yg sama? es un miystery!

Filsuf Jerman abad 17, Arthur Schopenhauer mengatakan, bukankah hidup dan mimpi berasal dari lembaran2 yg sama (…das Leben und der Traum kommt vom gleichen blatt…)
“Kebenaran yg datang padamu, kamu yakini, adalah kebenaran hakiki hidupmu, bukan hidup org lain. Kamu tak perlu berteriak lantang dan mengatakan pd dunia bahwa kamu sedang memegang apa yg kamu sebut kebenaran. Setiap org memegang kebenaran dg caranya sendiri, yg hakiki bagi dirinya sendiri. Mengoyak kebenaran org lain, sama halnya mengikis kebenaran diri sendiri. Bertahanlah pd apa yg kamu anggap benar tanpa perlu menyakiti org lain. Buat apa kamu terbang jika tempatmu bukan di awan. Buat apa kamu berlari jika kamu salah jalan…..” Gracias Bayen, lo tendré presente en mi mente!

No comments: