Setelah diamati seksama, he speaks Indonesian fluently. Mengenakan kaos baseball plus topi diputar ke belakang, celana pendek sport dan sepatu kets, ia memangku tas ransel kecilnya di paha lalu mengeluarkan selembar uang utk membayar. Pelayan pun sedikit membungkuk utk menerima uang krn terhalang meja kasir. Para pembeli yg sedang makan siang agaknya biasa2 saja melihat pemandangan itu.
"Mal ini memang cukup ramah bagi penyandang cacat," ujar seorang teman ketika aku mengamati remaja itu. Ukuran ramah itu apa? Dilengkapi ruang lift yg besar dan mudah dijangkau di tiap lantai plus toilet khusus penyandang cacat? Bukannya, di tiap mal besar selalu ada kriteria tersebut? Whatever it was, he was a brave teenager.
No comments:
Post a Comment