Friday, February 29, 2008

How I Miss Every Single Moment

Aku menikmati...
Setiap tetes darah yg mengalir perih
Bersama air mata di hati yg tercabik
Menghentak degup ini

Hanya aku terdiam...
Diantara rasa yg membelenggu
Di tiga purnama itu
Satu langkah yg terluka satu langkah
Dua kepedihan merenggut dua kebahagiaan
Impas tanpa rencana

Luka itu terbalas luka yg lain
Rasa itu jatuh berbilang sama
Tercerabut dari makna yg sama
Diantara duka yg persis sama
Namun di dua benua berbeda

It is really you...
"Tomorrow's near never I felt this way
Tomorrow how empty it will be that day
It tastes a bitter obvious to tears to dried
To know that you're my only light
...How many seasons will flow over me
'till the motions make my tears run dry
at the moments I should cry
for I love you... I need you" (by Daniel Sahuleka)

Monday, February 25, 2008

aku ada diantara mereka

tentang dua anak manausia
bersembunyi di balik tirai ketakutan
terbakar di gairah terpendam
bersilang kaki mendendam cinta
berselimut kelambu malam
berserapah demi segalanya

hanya diri saksi bisu
atas ia dan dirinya
hanya diri menangis
atas kasih sayang yg pernah ada

haruskah ia terenggut
jika semua hanya sesaat
dan akan pergi berlalu

wahai diri yg merontah
dari kebenaran yg tercabik
kebenaran yg pernah berbisik
ketika gairah itu belum melebur

hanya...
diri saksi bisu
atas ia dan dirinya

sungguhpun kebenaran itu sudah pernah ada
dan mustahil dalam pengingkaran

pesan masa lalu?

aku mencari
goresan wajah yg tersamar
diantara puing-puing yg terbakar

ia berdiri
lantang berkacak pinggang
menanti entah apa yg hendak dinanti
dg tatapan kosong menantang

ia berdiri berpunggungan
diantara onggok masjid yg hangus terbakar
tanpa gurat kesedihan

hanya sebuah masa lalu?
yg coba ia tutup rapat?
dg kekhusyukkan kini?

adakah sebuah pesan dibalik misteri
diantara wajah yg kukagumi itu

Saturday, February 23, 2008

Janji 1000 Malaikat dan Aku

1000 Jubah putih berlari beriring
Diantara shaf yg menggema takbir
Di derap langkah bertasbih
Terlukis hingga langit ketujuh
Di sepertiga malam yang telah berganti pagi

Adzan terkumandang menggugah
Di basuh bening 1000 wajah itu
yang tak lelah menyambung tasbih
Hanya anak Adam tergolek
Menutup hati telinga bertuli

Adakah ragam khalifah Kau cipta lebih baik
Jika diantara adzan dan tasbih ia berpaling

Tuhanku...
Sucikan raga ini
Mata batin ini
Hingga Kau sambut aku di langit ketujuh

Tuhanku...
Baru kuhitung 1000 nista menyerta
Meski tak putus aku bersimpuh
Merangkai dzikir yg coba teringat
Melukis langit berlapis dg lafadzMu
Belumlah hilang
Belumlah berbalas
Air mata menderas hangat di pelukMu

Sungguhpun Aku tak ingin pergi lagi....

just over!

tawa itu pernah ada
terbagi diantara rasa yg melambung indah
di silam dua purnama
bersama usai 25 desember
lenyap bersilang gurat wajah itu
andai keajaiban itu kembali
merengkuh tawa yg menyisa pilu kini
bersama sejumput hati yg pernah berjanji
but there was only a time when we’d never coming back

gurat itu selalu ada
takkan betul melenyap
ketika kupasangkan pada gurat yg lain
namun tak sama dan tak akan pernah sama
di sisi mana aku coba mencari paksa
he’s knocking on her door
when everything seems hardly possible
to raise in hand…
él está golpeando en su puerta
cuando todo se parece apenas posible
levantar a disposición...
for now!
god are u just let her in her crush decision

sebilah waktu

semilir angin berbisik perih
dalam jejak jemari yg (pernah) menancap tajam
di kelembutan hati...
aku melebur...
dalam kesendirian yg (pernah) ada
bersama waktu yg menampak diantara sunyi