"At birth we cry, at death we see why"
--Bulgarian proverb
"Birth is the messenger of death"
--Syrian proverb
Thursday, July 26, 2007
cantik
aku rindu...
diantara cemara
aku dan bintang
hanya sejengkal hati
aku dan pungguk
diantara pucuk dahan
berbisik menatap rembulan
diantara dingin menjekut
beralas rumput berembun
kemana riang
kemana tangis
aku dan kunang-kunang
terpaku memeluk renung
terpesona laksana malam
hanya semilir nan merdu
datang dari taman edelweis
ribuan tapak
dari cemaraku
hanya aku ragu
masihkah kuhidup setahun lagi…
diantara cemara
aku dan bintang
hanya sejengkal hati
aku dan pungguk
diantara pucuk dahan
berbisik menatap rembulan
diantara dingin menjekut
beralas rumput berembun
kemana riang
kemana tangis
aku dan kunang-kunang
terpaku memeluk renung
terpesona laksana malam
hanya semilir nan merdu
datang dari taman edelweis
ribuan tapak
dari cemaraku
hanya aku ragu
masihkah kuhidup setahun lagi…
Tuesday, July 24, 2007
di Dalam Janji
Ar-Rahman…
Di sepertiga malam
Di penghujung fajar
Di pergantian senja
Di tiga kali doa tulusmu
Tentang sebuah kemurahan
Bersua Padang Arafah
Mengintip Surga Al-Kautsar
Di satu sisa umur
Di sewindu itu
Tuhan mendengar
dalam liatmu pun…
78 Kalimat itu memanggil
Adakah yang masih engkau dustai…
Fabiayyi aalaaairobbikumaa tukadzdzibaan
Di sepertiga malam
Di penghujung fajar
Di pergantian senja
Di tiga kali doa tulusmu
Tentang sebuah kemurahan
Bersua Padang Arafah
Mengintip Surga Al-Kautsar
Di satu sisa umur
Di sewindu itu
Tuhan mendengar
dalam liatmu pun…
78 Kalimat itu memanggil
Adakah yang masih engkau dustai…
Fabiayyi aalaaairobbikumaa tukadzdzibaan
Monday, July 16, 2007
Demi Segala Kesucian...
Jika putih itu tlah menjadi kelabu
Tertundukku di atas permadani usang…
dan…langitpun menjauh…
Daun-daun runtuh terselip di sayap mega
Terkoyak rikuh butiran air hujan
Masih separo perjalanan ini…
Di atas permadani usang
Terseru menengadah
Kelabu yang fatamorgana
Menjadi tirai untaian senyum mega
dan…langitpun sejengkal kepala
Semua mengangguk syahdu
Syahdan mantra mengalir lembut
Laa Illaha Illallah…
Segara pun menyeruak jagad raya
Juru Selamat terlahir kembali…
Pelangi pun bertautan
Terpaku dalam lafadz…
Alif—Lam—Lam—Ha…..A..L..L..A..H!
Adakah kau rindu bersimpuh…
(sby, 26/1/07--10:00pm)
PS: hate me 4all the things i didn't do 4u
Tertundukku di atas permadani usang…
dan…langitpun menjauh…
Daun-daun runtuh terselip di sayap mega
Terkoyak rikuh butiran air hujan
Masih separo perjalanan ini…
Di atas permadani usang
Terseru menengadah
Kelabu yang fatamorgana
Menjadi tirai untaian senyum mega
dan…langitpun sejengkal kepala
Semua mengangguk syahdu
Syahdan mantra mengalir lembut
Laa Illaha Illallah…
Segara pun menyeruak jagad raya
Juru Selamat terlahir kembali…
Pelangi pun bertautan
Terpaku dalam lafadz…
Alif—Lam—Lam—Ha…..A..L..L..A..H!
Adakah kau rindu bersimpuh…
(sby, 26/1/07--10:00pm)
PS: hate me 4all the things i didn't do 4u
Thursday, July 12, 2007
Menengok Firasat, Menjemput Takdir!
Waktu adalah milik Illahi
Berputar dalam keheningan
tergilas dalam keramaian
Kehidupan… Kematian…
Hanyalah sebuah drama
Yang terbungkus sebagai rahasia
Kehadiran (mungkin) terlupa tawa
Tapi kepergian takkan terlupa tangis!
Menyesak… Menyisa air mata
Melebam… Tapi ‘kan pulih
Terlupa waktu!
Yang pernah ada hanya ‘kan ada di hati
Terkunci hanya di ingatan
Bersama takdir…
Yang menyerta perbuatan
Yang melekat bersama keikhlasan
Tersembunyi …
(kembali) menjadi rahasia
Yang hanya ternilai oleh Tuhannya
Yang hanya tak terlupa Tuhannya
Sekecil biji sawi pun!
Kebaikan hanya serupa semu
Menghitung kebaikan
Hanya serupa laknat
Kebaikan yang tak berharap
Hanya tunduk dalam kepasrahan
Bagaimana kau kata takdir
dalam hidup mati yg datang & pergi sekejap
Bersama tragedi?
Bersama org2 yang engkau cinta?
Bagaimana kau kata takdir
dalam kebaikan yg berakhir tragis
Atau manusia sampai di kebutaan lain
Di kebaikan (semu) yang kau sebut
Akankah kebaikan abadi berakhir tragis?
Adakah janji yang belum terbayar?
Tanyakan pada Tuhanmu
Sejauh mana IA membentang misteri
Sejauh mana IA menitip firasat
Pada orang2 yg IA cinta
Ketika malaikat siap menjemput
PS: Inna Lillah wa Inna ilaihi Roji'un
abang Taufik Savalas...
Berputar dalam keheningan
tergilas dalam keramaian
Kehidupan… Kematian…
Hanyalah sebuah drama
Yang terbungkus sebagai rahasia
Kehadiran (mungkin) terlupa tawa
Tapi kepergian takkan terlupa tangis!
Menyesak… Menyisa air mata
Melebam… Tapi ‘kan pulih
Terlupa waktu!
Yang pernah ada hanya ‘kan ada di hati
Terkunci hanya di ingatan
Bersama takdir…
Yang menyerta perbuatan
Yang melekat bersama keikhlasan
Tersembunyi …
(kembali) menjadi rahasia
Yang hanya ternilai oleh Tuhannya
Yang hanya tak terlupa Tuhannya
Sekecil biji sawi pun!
Kebaikan hanya serupa semu
Menghitung kebaikan
Hanya serupa laknat
Kebaikan yang tak berharap
Hanya tunduk dalam kepasrahan
Bagaimana kau kata takdir
dalam hidup mati yg datang & pergi sekejap
Bersama tragedi?
Bersama org2 yang engkau cinta?
Bagaimana kau kata takdir
dalam kebaikan yg berakhir tragis
Atau manusia sampai di kebutaan lain
Di kebaikan (semu) yang kau sebut
Akankah kebaikan abadi berakhir tragis?
Adakah janji yang belum terbayar?
Tanyakan pada Tuhanmu
Sejauh mana IA membentang misteri
Sejauh mana IA menitip firasat
Pada orang2 yg IA cinta
Ketika malaikat siap menjemput
PS: Inna Lillah wa Inna ilaihi Roji'un
abang Taufik Savalas...
Thursday, July 5, 2007
7 Kali 7 Rupa
Kembang setaman
Kembang tujuh rupa
Di jernih telaga
Di tujuh kali basuh tubuhmu
yang berharap keelokan
Seuntai kenanga
Seuntai bulir padi
Menyerta tidurmu
Mereka datang…
Meloncat girang
Menciumi wangimu
Memanggil namamu
di tujuh kali ujung malam
Sejuta keelokan itu…
datang tak kasat mata
Lewat pintu kegaiban
Lewat tujuh wanita tanpa rupa
Mencengkeram jiwamu
Menyeringai pada yang lain
Hanya rautmu tercekat
Di jerit tak bersuara
Di sepertiga malam
Engkau terjaga
“Kembang setaman” itu “menyeruak”
tak rupa kembang tidur!
NB: Adalah kisah dibalik ritual pemilik salah satu janavesse beauty spa lewat kuasa gaib. Ketika penulis menyerta & mengambil gambar di tiap detil ritual mereka. Sesungguhnya, kegaiban itu akan menyerta diantara kamu yang mempercayai maupun yang tidak. Lewat cara dan kuasa apapun, manusia akan selalu punya pilihan. Namun hanya manusia yang baik yang akan mendapatkan pilihan terbaik di mata Tuhannya...
Kembang tujuh rupa
Di jernih telaga
Di tujuh kali basuh tubuhmu
yang berharap keelokan
Seuntai kenanga
Seuntai bulir padi
Menyerta tidurmu
Mereka datang…
Meloncat girang
Menciumi wangimu
Memanggil namamu
di tujuh kali ujung malam
Sejuta keelokan itu…
datang tak kasat mata
Lewat pintu kegaiban
Lewat tujuh wanita tanpa rupa
Mencengkeram jiwamu
Menyeringai pada yang lain
Hanya rautmu tercekat
Di jerit tak bersuara
Di sepertiga malam
Engkau terjaga
“Kembang setaman” itu “menyeruak”
tak rupa kembang tidur!
NB: Adalah kisah dibalik ritual pemilik salah satu janavesse beauty spa lewat kuasa gaib. Ketika penulis menyerta & mengambil gambar di tiap detil ritual mereka. Sesungguhnya, kegaiban itu akan menyerta diantara kamu yang mempercayai maupun yang tidak. Lewat cara dan kuasa apapun, manusia akan selalu punya pilihan. Namun hanya manusia yang baik yang akan mendapatkan pilihan terbaik di mata Tuhannya...
La Muerte
Keranda berbunyi nyaring
Melintasi temaram
Vacío! Kosong!
Mencari semerbak harum
Menawar kepergian
Mengetuk urat nadi
Kegetiran menyergap
Satu diantara kamu
Berteman keranda
Sebuah teka-teki
Kepastian dalam ketidakpastian
Aku, kamu, atau dia
Segera berbisik dalam keranda
Tamasya diantara langit
Melintasi temaram
Vacío! Kosong!
Mencari semerbak harum
Menawar kepergian
Mengetuk urat nadi
Kegetiran menyergap
Satu diantara kamu
Berteman keranda
Sebuah teka-teki
Kepastian dalam ketidakpastian
Aku, kamu, atau dia
Segera berbisik dalam keranda
Tamasya diantara langit
Subscribe to:
Posts (Atom)